Kilau Emas Yang Membutakan

Basri Marzuki di Palu, Sulawesi Tengah
2015.08.28
01.jpg

Penambang emas tradisional menyusuri bukit untuk mencari bebatuan yang mengandung emas. (BeritaBenar/Basri Marzuki)

02.jpg

Bongkahan batu besar dipahat sedikit demi sedikit untuk mendapatkan batuan berkandungan emas. (BeritaBenar/Basri Marzuki)

03.jpg

Bukan hanya di ruang terbuka bebatuan itu dicari, penambang pun menggali hingga kedalaman berpuluh-puluh meter untuk mendapatkan batuan emas itu. (BeritaBenar/Basri Marzuki)

04.jpg

Batuan yang mengandung emas dikumpulkan untuk diangkut ke mesin-mesin pengolah atau tromol. (BeritaBenar/Basri Marzuki)

05.jpg

Pekerja menghaluskan bebatuan emas sebelum digiling ke dalam tromol atau mesin penggiling. (BeritaBenar/Basri Marzuki)

06.jpg

Batuan emas selesai digiling hingga berbentuk butiran-butiran pasir. Butiran itu dimasukkan ke dalam tromol untuk memisahkan batu dan emas. (BeritaBenar/Basri Marzuki)

07.jpg

Pekerja memasang tali untuk memutar tromol yang telah diisi dengan butir-butiran pasir mengandung emas. Tromol itu telah diisi dengan cairan sianida untuk menangkap kandungan emas. (BeritaBenar/Basri Marzuki)

08.jpg

Tailing atau sampah gilingan dikumpulkan untuk diproses kembali. Kandungan emas pada tailing ini bisa lebih banyak dari pada emas yang didapatkan dari gilingan atau tromol. (BeritaBenar/Basri Marzuki)

09.jpg

Penyaringan emas dilakukan pekerja. Kandungan emas terkumpul jadi satu dalam larutan sianida. (BeritaBenar/Basri Marzuki)

10.jpg

Emas yang terperangkap dalam larutan sianida dibakar untuk menghilangkan kandungan perak di dalamnya. (BeritaBenar/Basri Marzuki)

11.jpg

Inilah emas yang diperoleh dari hasil penggilingan tromol. Jika beruntung, sekali penggilingan tromol yang memakan waktu sampai delapan jam bisa menghasilkan 5 sampai 10 gram emas murni. (BeritaBenar/Basri Marzuki)

Panas yang membakar kulit tak menghalangi para penambang emas tradisional di Dusun Vatutempa, Kelurahan Poboya, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah, untuk terus mengayunkan martil dan memahat bebatuan cadas. Mayoritas penambang berasal dari pelbagai daerah di Sulawesi, sebagian bahkan datang dari luar pulau.

Setiap penambang yang bekerja penuh dalam satu hari bisa mendapatkan sedikitnya 5 gram emas murni. Jika harga emas saat ini Rp 300 ribu per gram, dalam satu hari pendapatan para penambang bisa mencapai Rp 1,5 juta.

Akibatnya, tak kurang dari sekitar 45 hektar lahan yang masuk dalam kawasan konservasi Taman Hutan Rakyat itu kini meranggas akibat penggalian dan pemahatan gunung-gunung batu di dalamnya.

Penelitian yang dilakukan oleh individu dan Dinas Kesehatan setempat selama tiga tahun terakhir menyebutkan, kawasan itu telah tercemar kandungan kimia sianida dan air raksa yang sudah di ambang batas. Udang kecil yang ditangkap nelayan di sekitar pantai Teluk Palu yang menjadi pembuangan limbah pengolahan emas itu kini telah terkontaminasi zat mematikan tersebut.

Ini juga menjadi peringatan serius bagi warga yang bermukim di sekitarnya, karena persediaan air bersih bagi penduduk di ibukota, Palu, berasal dari kawasan tersebut.

Meski pemerintah daerah setempat menyadari dampak lingkungan pertambangan emas rakyat, aktivitas pertambangan komersial dan tradisional masih dilegalkan. Kawasan itu membuka lapangan kerja dan mengurangi tingkat kriminalitas di daerah sekitarnya, sehingga para pengambil kebijakan menghadapi dilema.

Kilauan emas di Poboya telah membutakan mata dan mengancam kelangsungan hidup anak dan cucu mereka kelak.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.