Dua Balita TKW Indonesia Diselamatkan dari Suriah

Kedua balita Hilman dan Touja akan dipulangkan KBRI Damaskus bersama 26 WNI dari Suriah melalui Lebanon.
Tia Asmara
2016.12.01
Jakarta
161201_ID_Syria_1000.jpg Mohammad Hilman dengan ibunya Nani (kiri) dan Muhannad Touja dengan ibunya Sri Budi bermain di tempat penampungan KBRI Damaskus, Suriah, 29 November 2016.
Dok. Pensosbud KBRI Damaskus

Dua balita, Mohammad Hilman (3) dan Muhannad Touja (4), hasil perkawinan tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia dan pria Suriah berhasil diselamatkan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Damaskus setelah menempuh berbagai upaya hukum.

Hilman merupakan anak Nani Nuraeni, seorang TKW asal Majalengka, Jawa Barat, hasil hubungannya dengan Adnan Al Bawab, anak majikan terakhir Nani yang bernama Samer Al Bawab.

Menurut pernyataan pers KBRI Damaskus yang diterima BeritaBenar di Jakarta, Kamis, 1 Desember 2016, Samer menjadikan Hilman sebagai sandera agar Nani mau bekerja dari rumah ke rumah di bawah pengawasan Samer yang memotong gaji TKW itu.

“Samer mengancam jika Nani tidak menurut padanya, maka bayinya tak akan selamat,” ungkap pejabat Penerangan Sosial Budaya (Pensosbud) KBRI Damaskus, AM Sidqi, dalam rilis tersebut.

Disebutkan bahwa Nani datang ke Damaskus sebagai TKW, Desember 2008. Setelah kabur dari majikan aslinya, Juni 2009, ia ditampung Samer yang menjanjikan Nani diantarkan ke KBRI.

Namun, selama berbulan-bulan bukannya diantar ke kedutaan, Nani malah dipekerjakan di agen TKW ilegal miliknya.

Menurut Sidqi, KBRI Damaskus bekerja sama Kepolisian Trafficking Suriah berhasil memenjarakan Samer dan komplotan agen TKW ilegal.

Nani dan anaknya juga ikut dipenjara oleh polisi Suriah karena mereka tidak memiliki paspor dan izin tinggal.

“Pada Juli 2016, KBRI berhasil menarik Nani dan anaknya dari Pusat Penahanan Imigrasi ke penampungan KBRI Damaskus,” jelas Sidqi.

Selama di penampungan KBRI, Hilman kerap menanyakan Samer dan istrinya karena mereka yang dikenal sebagai orang tuanya, sedangkan Nani hanya pembantu di rumah Samer.

Di Aleppo

Sedangkan Touja merupakan anak Sri Budi Setyowati Sudardi yang menikah dengan seorang sopir taksi warga Suriah, Mohammad Khoyawi.

“Sri berasal Makasar, Sulawesi Selatan, berangkat ke Aleppo sebagai TKW, April 2003, dengan paspor palsu yang diterbitkan Kantor Imigrasi Jakarta Barat,” ujar Sidqi.

Sebenarnya, nama asli Sri adalah Suwi Daeng Bau asal Makassar, tapi ketika membuat paspor di Kantor Imigrasi Jakarta Barat, namanya diganti menjadi Sri Budi Setyowati Sudardi asal Surabaya.

Di tengah kecamuk perang melanda Aleppo, KBRI Damaskus menyelamatkan Sri alias Suwi pada Juli 2016 ke penampungan KBRI cabang Kota Aleppo.

Saat itu, perang di Aleppo mencapai eskalasi tertinggi. Setelah menunggu jalanan ke Damaskus aman untuk dilalui, Agustus 2016, Sri alias Suwi dan Touja dibawa ke penampungan Damaskus.

“Setelah perjuangan panjang di Kepolisian Suriah, sidang demi sidang di pengadilan, dan pengurusan dokumen keimigrasian, Nani dan anaknya Hilman serta Sri beserta anaknya Touja dapat diselamatkan,” ujar Sidqi.

Fenomena

Sekretaris Utama Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Hermono, mengatakan fenomena TKI punya anak menjadi tren umum yang terjadi di Timur Tengah, terutama Arab Saudi.

“Tapi, di Suriah sedikit saja kasusnya. Ini memang masalah, karena umumnya anak lahir dari hubungan gelap, meski ada juga dari pernikahan resmi,” katanya kepada BeritaBenar.

Direktur Migrant Care, Anis Hidayah menilai tak ada penanganan serius dari pemerintah terkait masalah itu.

“Penyelesaiannya hanya pemulangan. Ini membuka ruang masalah yang terus terjadi,” katanya.

Anak, menurut dia, menjadi implikasi akibat pengiriman TKW ke negara yang berkonflik.

“Problemnya berlipat, tidak saja administrasi anak tapi reintegrasi sosial berat,” ujarnya, “stigma TKW membawa anak sulit, malu tidak hanya ditanggung ibunya tapi keluarga buruh migran.”

Program moratorium yang digagas pemerintah dinilai gagal total karena semakin banyak arus TKW illegal.

“Solusinya dengan penegakan hukum dan pencegahan trafficking. Jangan moratorium di atas kertas saja,” tegasnya.

Hermono mengakui ada kelemahan dalam pencegahan karena sering bocor jalur ilegal yang dilewati calon TKI melalui Batam ke Malaysia atau Singapura.

“Biasanya mereka tidak melalui agen resmi, berangkat dari Batam ke Kuala Lumpur, alasannya hanya liburan, tapi kemudian terbang ke Timur Tengah,” katanya.

Repatriasi 26 TKI

Sidqi menyebutkan bahwa Hilman dan Touja akan dipulangkan ke tanah air bersama 26 WNI, termasuk tujuh korban perdagangan manusia, dari Suriah melalui Lebanon dalam gelombang repatriasi ke-281.

“Kami menyelamatkan WNI dari Suriah berkejaran dengan waktu,” katanya.

Sebelumnya repatriasi dilakukan langsung via Bandara Internasional Damaskus. Ada juga melalui Amman di Jordania dan kini lewat Beirut, Lebanon.

“Yang penting keselamatan WNI terjamin dengan secepatnya meninggalkan Suriah,” ujarnya.

Pelaksana Konsuler I KBRI Damaskus, Makhya Suminar, menegaskan pemulangan WNI merupakan program yang telah berlangsung sejak tahun 2012 karena situasi di Suriah masih sangat mengkhawatirkan.

Sejak program repatriasi WNI dari Suriah dilakukan, KBRI Damaskus telah memulangkan sebanyak 12.563 WNI.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.