Peluncuran Buku ‘Akulah Istri Teroris’ Mengundang Kontroversi
2015.05.29

Novel baru karya Abidah El Khalieqy rencananya akan diluncurkan di Toko Gramedia Depok Jawa Barat tanggal 31 Mei. Buku yang isinya diklaim oleh penulis untuk memperjuangkan kaum perempuan ini juga akan diangkat ke layar lebar.
“Saya awalnya ragu, tetapi dengan banyak berita dan mencermati berita di televisi terutama tentang nasib perempuan, para istri tersangka teroris, saya memutuskan untuk menuliskan cerita ini,” kata Abidah mengkonfirmasi kepada BeritaBenar.
Tetapi pamphlet untuk acara peluncuruan buku yang tersebar luas di jejaring sosial mendapat sorotan dari masyarakat luas.
Pasalnya dalam selebaran tersebut bukan hanya menjadwalkan tentang acara bedah buku, tetapi juga adanya lomba berbusana mirip istri teroris, profil ini digambarkan seorang Muslimah menggunakan jilbab Syar’i, yaitu jilbab hitam panjang berwarna hitam menutup seluruh bagian tubuh dan cadar penutup wajah.
Pemenang kontes ini akan meraih hadiah Rp. 1 juta.
“Saya melihat di selebaran tersebut di toko buku lokal kemudian teman-teman saya membicarakan hal tersebut di kampus jadi saya mulai tertarik dengan cerita ini,” kata Anisa Hariyani, seorang mahasiswi Universitas Indonesia jurusan Sastra Inggris kepada BeritaBenar tanggal 29 Mei sambil menambahkan bahwa ia akan menghadiri acara tersebut.
“Saya ingin tahu tentang detail novel ini. Cerita seperti ini jarang dijumpai di media,” katanya lanjut.
Gramedia menolak
Asisten Manager Gramedia Depok Aulia Sisca menolak pernyataan yang terulis dalam pamphlet tersebut.
“Kita sejauh ini hanya menerima pengajuan peluncuran buku, tetapi belum ada persetujuan apapun,” katanya mengkonfirmasi kepada BeritaBenar tanggal 29 Mei.
Tetapi CEO Solusi Publishing yang juga memproduksi buku ‘Akulah Istri Teroris’ Ahmad Bahar membenarkan tentang tujuan perlombaan busana seperti istri teroris. Ia mengatakan tujuan perlombaan ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang fakta dilapangan, kehidupan mereka dan beban yang dialami dengan stigma sebagai ‘istri teroris.’
“Tetapi memang banyak yang salah paham dengan maksud kami,” katanya seperti dikutip oleh Portal Bisnis.com.
"Hoax apanya, kami jauh-jauh hari sudah mengajukan acara ini kepada Gramedia Depok, dan mereka sudah menyetujuinya. Kok tiba-tiba tidak ngaku," katanya lanjut sambil menegaskan bahwa pihak Gramedia ketakutan karena maraknya kontroversi dalam masyarakat.
Ahmad juga mengatakan bahwa buku ini akan diangkat ke layar lebar.
"Iya, rencananya, kami akan angkat ke layar lebar. Kita rencananya mau ajak sutradara Hanung Bramantyo untuk menggarapnya," katanya lanjut.
Memperjuangkan nasib perempuan
Abidah mengatakan bahwa sebelum menuliskan buku ini, ia terlebih dahulu mengadakan studi lapangan.
“Saya pergi ke Poso dan beberapa daerah lain di Jawa Barat dan Jawa Timur,” kata perempuan asal Jombang, Jawa Timur yang sekarang tinggal di Yogyakarta.
Abidah mengatakan dengan melihat dari dekat tentang tersangka teroris yang kebanyakan ditangkap di Poso sangatlah berbeda dengan gambaran dari kepolisian.
“Kebanyakan dari mereka santun bahkan kebanyakan terlihat kurus. Saya juga bertemu dengan beberapa istri mereka, susah untuk dipercaya mereka terlibat kekerasan,” katanya sambil mengatakan bahwa kasus terorisme di Indonesia sepertinya telah direkayasa oleh pihak tertentu.
“Untuk memojokkan dan menyamakan Islam dengan agama teroris, Islam terkait dengan kekerasan, dan radikalisme,” katanya.
Abidah yang pernah mencuat namanya dalam novel “Perempuan Berkalung Sorban” ini mengatakan bahwa tujuan penulisan “Akulah Istri Teroris” adalah untuk menjauhkan pemikiran masyarakat luas bahwa Islam adalah teroris.
“Dan masyarakat juga bisa mengerti bahwa stigma isteri teroris atau ‘ninja’ bagi Muslimah yang mengenakan jubah panjang adalah salah,” tambahnya.
Isu tentang lomba berbusana mirip teroris pun mendapat perhatian dari anggota Dewan, Wakil Komite III DPD RI, Fahira Idris. Ia meminta kepolisian memeriksa.
“Jika kegiatan seperti ini dibiarkan akan menimbulkan banyak keresahan di masa depan,” katanya kepada wartawan pada hari Jumat.
Pengamat kontra terorisme Harits Abu Ulya memuji upaya penulisan buku.
“Ini merupakan langkah bagus untuk membuka wacana di masyarakat bahwa Islam tidak identik dengan teroris,” katanya kepada BeritaBenar lewat telefon.