Bentrokan Warga di Sultra saat Idul Fitri, 2 Tewas

Puluhan rumah dibakar dan 800-an warga mengungsi dalam konflik yang dipicu bisingnya konvoi motor malam takbiran.
Arie Firdaus
2019.06.07
Jakarta
190607_ID_Eidtakbiran_1000.jpg Dalam foto tertanggal 16 Juli 2015 ini, warga Ibukota menyambut berakhirnya Ramadan dengan pawai motor pada malam takbiran di Jakarta.
AFP

Dua orang tewas, delapan lainnya terluka dan 87 rumah dibakar akibat bentrokan warga dua desa di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra) pada hari raya Idul Fitri, dipicu oleh kebisingan konvoi sepeda motor malam takbiran.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan, kericuhan yang melibatkan warga Desa Sampuabalo dan Desa Gunung Jaya di Kecamatan Siontapina itu juga memaksa sekitar 800 orang mengungsi ke tempat yang aman.

"Mereka yang mengungsi karena takut kejadian berulang. Tapi sekarang situasi sudah terkendali. Kapolda (Sultra) sudah berada di lokasi," kata Dedi kepada BeritaBenar, Jumat, 7 Juni 2019.

Dia menambahkan aparat kepolisian telah mengantongi identitas terduga provokator yang memicu bentrokan tersebut.

Hanya saja, sebutnya, penangkapan belum dilakukan karena pimpinan daerah setempat bersama aparat keamanan masih berfokus mendamaikan dua kelompok yang berseteru.

"Belum ada yang ditangkap. Masih mendata kerugian, mengevakuasi korban, dan menyelidiki lebih lanjut," tambah Dedi.

Juru bicara Kepolisian Daerah Sultra, Ajun Komisaris Besar Polisi Harry Goldenhardt, menambahkan,salah seorang korban yang tewas tercatat bernama Juanda (60), seorang petani.

Ia ditemukan tewas dengan luka tebasan benda tajam di bagian kepala. Seorang korban lain belum diketahui identitasnya.

Sejak Kamis malam, kepolisian setempat juga telah menetapkan status siaga 1 di seluruh wilayah Sultra.

"Langkah ini untuk meningkatkan kesiapan dan mengantisipasi munculnya konflik sosial dan keamanan lain pascabentrokan warga dua kampung di Buton," ujar Harry.

Guna mengantisipasi kerusuhan lanjutan, tambah Harry, Polda Sultra telah menambah 45 personel Brigade Mobil ke lokas kejadian.

Total, kini terdapat 317 polisi yang berjaga-jaga ditambah 100 personel Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari Yonif Raider yang dikirim dari Makassar, Sulawesi Selatan.

Polisi juga menutup akses jalan yang menghubungkan kedua desa.

Bermula dari Konvoi

Sejumlah saksi mata yang dikutip media lokal menyatakan bahwa bentrokan itu bermula dari konvoi sepeda motor yang dilakukan sekitar 40 pemuda Desa Sampuabalo, Selasa malam --menjelang Idul Fitri, sekitar pukul 20.00 waktu setempat.

Di sela-sela konvoi itu, mereka dilaporkan bermain-main dengan gas sepeda motor yang rata-rata bersuara bising. Tidak ada tanggapan dari warga Desa Gunung Jaya.

Sekitar pukul 20.45, massa konvoi berniat pulang ke Sampuabalo dan kembali melewati Gunung Jaya.

Namun sesampai di pertigaan yang menghubungkan kedua desa, muncul teriakan provokasi "kita serang Gunung Jaya", disusul pelemparan batu ke arah rumah-rumah warga.

Tak terima dengan pelemparan, warga Gunung Jaya melakukan perlawanan sehingga terjadi keributan.

Dua orang anggota Kepolisian Sektor Sampuabalo sempat mendatangi lokasi bentrokan sekitar pukul 21.00 untuk melerai pertikaian warga. Bentrokan pun sempat mereda.

Tapi keesokan hari --bertepatan perayaan Idul Fitri, sekelompok massa dari Sampuabalo kembali mendatangi Gunung Jaya dan melakukan pembakaran terhadap sejumlah rumah.

“Mereka mengamuk, pegang parang panjang, kami tidak punya hanya lari saja, rumahku dibakar sudah hangus,” kata seorang warga Gunung Jaya, Mira, yang dikutip dari laman Kompas.com.

Sejumlah warga Gunung Jaya dilaporkan sempat melawan sehingga membuat keributan semakin membesar.

Saat pembakaran terjadi, kata Mira, ratusan warga Gunung Jaya, ketakutan sehingga lari menyelamatkan diri ke hutan.

“Kemarin sekitar jam 14.00, kami dengar bunyi bom. Kami langsung lari masuk ke hutan, kami tidak tahu bagaimana keadaan di kampung, kami larikan anak-anak dua orang,” katanya.

Gubernur Sultra Ali Mazi kepada wartawan di ibukota Kendari mengatakan pemerintah akan kembali membangun perumahan warga yang hancur akibat kerusuhan itu.

Ia pun mengimbau warga kedua desa untuk tidak meneruskan keributan yang terjadi serta tidak mudah percaya dengan provokasi.

"Kepada desa-desa tetangga agar menjaga situasi, tidak memperkeruh keadaan. Ini kampung milik kita, jangan kita terprovokasi dengan orang yang tidak bertanggung jawab" kata Ali.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.