Biden absen KTT ASEAN, komitmen Amerika dipertanyakan

Pejabat AS sebut Pemerintahan Biden capai rekor terbaik keterlibatan di Indo-Pasifik dibandingkan kepala negara lainnya.
Tria Dianti
2023.08.25
Jakarta
Biden absen KTT ASEAN, komitmen Amerika dipertanyakan Anggota serikat pekerja dalam sebuah demonstrasi berjalan melewati spanduk terkait Indonesia menjadi tuan rumah KTT ASEAN 2023 di Jakarta, 9 Agustus 2023.
Yasuyoshi Chiba/AFP

Sejumlah pakar mempertanyakan komitmen Amerika Serikat menyusul absennya pemimpin negara adidaya tersebut dalam perhelatan puncak para pemimpin Asia Tenggara bulan depan yang dinilai mencerminkan kurangnya minat Presiden Joe Biden terhadap kawasan regional ditengah pengaruh China yang meluas.

Biden akan melewatkan pertemuan para kepala negara Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) pada 5-7 September di Jakarta, namun dijadwalkan menghadiri KTT G-20 di India pada 9-10 September 2023.

Sebagai gantinya, ia menunjuk Wakil Presiden Kamala Harris untuk hadir mewakili Amerika Serikat pada pertemuan KTT ASEAN itu.

Keputusan ini diambil ketika AS sedang mencoba untuk melawan pengaruh ekonomi dan militer Tiongkok yang semakin besar di kawasan Asia-Pasifik. ASEAN memainkan peran penting sebagai sebuah blok yang terdiri dari 10 negara yang beragam dengan populasi sekitar 650 juta orang dan PDB sekitar $3 triliun.

ASEAN telah menjadi mitra strategis AS sejak tahun 1977, dan kedua belah pihak telah bekerja sama dalam berbagai isu seperti perdagangan, keamanan, hak asasi manusia, dan pandemi. Namun ASEAN juga memiliki hubungan dekat dengan Tiongkok, mitra dagang terbesarnya dan saingan AS dalam berbagai isu seperti perdagangan dan sengketa wilayah di Laut China Selatan.

Beberapa ahli mengatakan bahwa pengiriman Harris tidak cukup untuk menunjukkan komitmen AS terhadap ASEAN.

Waffaa Kharisma, peneliti di Departemen Hubungan Internasional CSIS Indonesia, mengatakan kehadiran, hubungan antara pemimpin dan diplomat, bahkan di level antar pribadi, masih sangat penting dalam kebijakan luar negeri

“Pertanyaan komitmen pemimpin AS saya pikir sudah berulang kali dirasakan di Asia Tenggara. Sangat kontras tentu gambarnya dengan kehadiran Biden di forum forum/KTT dengan negara negara teman dekat misalnya dengan Jepang atau Korea Selatan,” katanya.

Ia menilai ada sedikit perbedaan perhatian Biden atas masing-masing negara di Asia Tenggara dengan perhatian Biden atas ASEAN.

“Untuk negara negara Asia Tenggara tertentu secara individu misalnya Filipina, mereka sudah dapat reassurance tersendiri atas komitmen dukungan-dukungan AS, walau tentu cukup tidaknya urusan lain,” ujar dia.

“Begitu pula negara negara lain yang secara bilateral dalam aspek tertentu seperti kerjasama militer, tetap lanjut dan mungkin sedang naik,” tambahnya.

Namun demikian, tambahnya, sinyal negatif kembali kepada ASEAN. “Tetapi siapa lagi selain lembaga kebijakan luar negeri kita, Kementerian Luar Negeri, yang masih merasakan pentingnya memprioritaskan urusan ASEAN? katanya.

Indonesia, lanjutnya patut kecewa dan patut pula menyadari erosi relevansi ASEAN pada tantangan tantangan masa kini.

“Persatuan dan esensi keberadaan ASEAN tetap sangat krusial, tetapi perannya menghadapi politik internasional semakin mengecil saat ini. Namun apabila dilanjutkan, biasanya kekecewaan ini datang dari mereka yang memahami pentingnya balancing our relations between great powers,” lanjutnya.

Dari kiri: Perdana Menteri (PM) Prayut Chan-O-Cha dari Thailand, PM Vietnam Pham Minh Chinh, Presiden AS Joe Biden, PM Kamboja Hun Sen dan Presiden Indonesia Joko Widodo berfoto dalam KTT ASEAN-AS sebagai bagian dari KTT ASEAN di Phnom Penh pada 12 November 2022. [Tang Chhin Sothy/AFP]
Dari kiri: Perdana Menteri (PM) Prayut Chan-O-Cha dari Thailand, PM Vietnam Pham Minh Chinh, Presiden AS Joe Biden, PM Kamboja Hun Sen dan Presiden Indonesia Joko Widodo berfoto dalam KTT ASEAN-AS sebagai bagian dari KTT ASEAN di Phnom Penh pada 12 November 2022. [Tang Chhin Sothy/AFP]

AS bantah tidak peduli atas ASEAN

Kamala Harris dan para pemimpin ASEAN lainnya akan meninjau perluasan hubungan AS-ASEAN yang belum pernah terjadi sebelumnya, demikian rilis dari Gedung Putih minggu ini.

Harris akan menegaskan komitmen Amerika Serikat terhadap Asia Tenggara dan sentralitas ASEAN dan mengatasi berbagai masalah seperti krisis iklim dan keamanan maritime, demikian pernyataan rilis itu.

AS telah membangun hubungan dan aliansi yang kuat dari Asia Timur Laut, Filipina, hingga Australia, dan telah bermitra dengan India dan bekerja sama dengan ASEAN, serta mengelola persaingan dengan China, kata Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan pada Selasa.

“Saya akan menempatkan rekor pencapaian dan keterlibatan kami di Indo-Pasifik dibandingkan dengan presiden Amerika mana pun dan negara mana pun di dunia dalam dua setengah tahun terakhir,” katanya kepada wartawan merujuk pada pencapaian pemerintahan Biden.

Thitinan Pongsudhirak, peneliti senior di Institut Keamanan dan Studi Internasional di Universitas Chulalongkorn di Thailand, mengkritik keputusan Biden untuk melewatkan KTT di Jakarta. Ia mengatakan hal itu melemahkan sentralitas dan peran ASEAN dalam mempromosikan perdamaian dan keamanan regional, walauapun ia juga menekankan bahwa semuanya terkait kinerja blok asia Tenggara itu sendiri.

“Tetapi sentralitas ASEAN tidak bisa lagi dianggap didapat dengan mudah atau sudah ada dengan sendirinya. (Tetapi) hal ini semakin harus diperjuangkan,” tulisnya dalam sebuah opini di Bangkok Post yang diterbitkan pada Jumat.

“Kekurangan kritis ASEAN yang pertama dan terpenting adalah ketidakmampuannya mengatasi kudeta Myanmar yang terjadi pada Februari 2021, dan perang saudara yang berkecamuk dan penuh kekerasan yang terjadi sejak saat itu,” tambahnya.

ASEAN terpecah mengenai cara menghadapi junta yang dipimpin oleh Jenderal Min Aung Hlaing, yang mengabaikan konsensus lima poin yang ia tandatangani dengan para pemimpin regional lainnya pada April 2021.

Thitinan menyarankan agar ASEAN berkumpul kembali berdasarkan lima anggota pendiri awalnya: Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Negara-negara ini harus menekan junta untuk menerapkan konsensus lima poin dan terlibat dengan Pemerintah Persatuan Nasional, pemerintahan sipil paralel yang menentang kudeta, katanya.

“Cara konsensus dan non-intervensi ASEAN yang lama perlu diubah dan disesuaikan,” tegasnya.

Kepala Pusat Studi ASEAN Universitas Airlangga, Vinsensio Dugis, mengakui ketidakhadiran Biden memunculkan berbagai spekulasi terkait komitmen AS terhadap Kawasan Asia Tenggara khususnya peran ASEAN, yang dengan mudah dibaca sebagai signal menurunnya signifikansi ASEAN di mata AS.

Namun menurutnya, Biden tidak mengabaikan ASEAN. Hal itu dikarenakan Biden mengirim langsung Wakil Presidennya, seorang perempuan keturunan Asia.

“Ini boleh jadi hadir dengan berbagai style dan pendekatan yang berbeda sehingga justru malah menghasilkan berbagai isu yang relevan dengan perkembangan di kawasan,” katanya.

Sementara, dalam kaitan dalam menghadapi pengaruh China, ia mengatakan sudah sejak mulai memimpin, Biden tidak hanya mengandalkan ASEAN di kawasan Asia-Pasifik, tetapi juga institusi dan mekanisme lain seperti halnya AUKUS yang beranggotakan Australia, Inggris dan US, QUAD-dialog keamanan yang terdiri dari AS, India, Japan dan Australia serta APEC, kerjasama ekonomi negara Asia Pasifik dan bentuk kerjasama lain dimana AS terlibat.

“Karena itu, saya cenderung untuk tidak membuat kesimpulan saat ini bahwa, ketidakhadiran Biden ini mengindikasikan semakin menurunnya signifikansi ASEAN di mata AS. Kita masih perlu melihat isu apa yang dibawa dan dengan cara bagaimana Kamala Harris menyampaikan isu itu selama KTT ASEAN nanti,” ujar dia.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.