Warga Desa ‘Anti-Narkoba’ di Lhokseumawe Tak Gentar Diteror Bom


2015.08.26
bomb-800.jpg Seorang anggota Brimob sedang memperhatikan bom rakitan yang ditemukan warga dekat tambak udang di Desa Ujong Pacu, Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh, 26 Agustus 2015.
BeritaBenar

Warga sebuah desa di pinggiran Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh, yang selama ini gencar memerangi narkoba mengaku tak gentar dengan aksi teror bom yang diyakini dilakukan jaringan mafia barang haram tersebut.

Abubakar, Kepala Desa Ujong Pacu, Kecamatan Muara Satu, menyebutkan, pada Rabu, 26 Agustus, bahwa warganya menemukan dua bom rakitan berbentuk tabung dari besi dalam dua hari terakhir.

Bom rakitan berdaya ledak rendah sepanjang 40 cm dengan diameter empat centimeter itu ditemukan seorang warga di tambak desa setempat, Rabu pagi. Sehari sebelumnya, bom sejenis dengan ukuran sama juga ditemukan dekat tambak.

“Ini bentuk teror terhadap kami karena sejak tiga bulan lalu kami gencar melakukan perang terhadap narkoba jenis sabu, karena aktifitas mereka sangat meresahkan masyarakat,” katanya kepada BeritaBenar.

“Warga tak gentar dengan teror bom. Malah, mereka tambah semangat dan sepakat untuk terus memerangi narkoba yang merusak masa depan anak-anak muda sampai desa kami benar-benar bebas dari peredaran sabu.”

Menurut Abubakar, peredaran sabu semakin merajalela di desanya sejak beberapa tahun terakhir. Banyak pemuda yang jadi pemakai sabu sehingga mengkhawatirkan masyarakat. Apalagi nasihat dari tokoh-tokoh desa tak mereka hiraukan.

Untuk memberantas peredaran sabu, sejak bulan Juni lalu, warga sempat melakukan perang terhadap narkoba. Warga merazia tempat-tempat mencurigakan yang sering dijadikan lokasi transaksi sabu.

“Kalau ada yang kedapatan, kami serahkan pada polisi untuk diproses hukum karena mereka sudah tidak bisa dinasihati lagi. Akibat pengaruh sabu, aksi pencurian sering terjadi di desa kami,” katanya.

Dia menambahkan banyak pemuda yang kini tidak lagi memakai narkoba sejak operasi perang sabu dilancarkan.

Sejak gencar merazia bandar dan pemakai narkoba, kondisi desa semakin aman dan angka pencurian semakin berkurang. Malah selama sebulan terakhir, tak terjadi lagi kasus pencurian barang milik warga, jelasnya.

Terkait pelaku yang meletakkan bom rakitan, Abubakar menduga dilakukan jaringan bandar narkoba dari luar desanya yang bekerjasama dengan pemakai atau pengedar di desanya. Tetapi, dia mengaku tak tahu siapa warganya yang masih terlibat dalam peredaran sabu.

“Kami minta polisi agar terus memberantas peredaran sabu di Kota Lhokseumawe,” ujarnya.

Abubakar menyatakan warganya setiap malam gencar melakukan ronda malam untuk mengantisipasi kemungkinan peredaran sabu.

Bom rakitan tabung besi

Bom rakitan tabung yang juga terpasang kabel itu ditemukan secara tak sengaja oleh Abdurraman ketika melintas dekat tambak milik Abubakar, Rabu sekitar pukul 8:00 WIB. Saat itu, Abdurrahman hendak ke pasar untuk menjual udang dari tambaknya.

Melihat tabung lempengan besi mencurigakan itu, Abdurrahman segera melaporkan kepada kepala desa. Lalu, Abubakar menuju tambaknya. Dia juga segera melaporkan tentang temuan bom rakitan itu ke Polisi Sektor Muara Satu, yang menghubungi tim penjinak bom dari Brigade Mobil (Brimob) setempat untuk datang ke lokasi.

Ketika dikonfirmasi BeritaBenar Rabu petang, Wakil Kepala Polisi Resort Lhokseumawe Kompol Isharyadi, menyatakan bom rakitan telah diamankan di markas Brimob Jeulikat, Kota Lhokseumawe, untuk pengusutan lebih lanjut.

Dia mengaku belum dapat memastikan motif di balik penemuan dua bom rakitan di Desa Ujong Pacu karena pelakunya belum tertangkap. Polisi terus memburu pelaku, sambil memeriksa sejumlah saksi.

Saat ditanya apakah ada peningkatan pengamanan di desa Ujong Pacu, Isharyadi menyatakan pengamanan akan dilakukan sama dengan desa lain. Dia berterimakasih kepada warga Ujong Pacu yang cukup kooperatif dan cepat melapor ke polisi tentang temuan bom rakitan tersebut.

Pada hari Selasa bom rakitan dengan bentuk dan ukuran yang sama ditemukan Idris, seorang warga setempat, di tambak ikan miliknya setelah dia membersihkan tambaknya.

Abubakar juga menjelaskan bahwa pada Sabtu malam 8 Agustus lalu, delapan warganya mengalami luka-luka akibat ledakan dua bom rakitan yang diletakkan dekat pos jaga.

“Ketika ledakan pertama terjadi, tidak ada korban. Sejumlah warga datang ke lokasi untuk melihat, tiba-tiba terjadi ledakan kedua dari bawah pos jaga,” katanya sambil menambahkan semua korban sudah dibawa pulang ke rumah masing-masing setelah dirawat beberapa hari di rumah sakit.

Peredaran narkoba meningkat di Aceh

Peredaran sabu meningkat drastis di Aceh setelah terwujudnya perdamaian antara Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), pada 2005.

Meski Aceh dikenal memiliki ganja, tetapi peredarannya lebih banyak dipasok ke luar provinsi yang memberlakukan syariat Islam secara parsial itu. Biasanya, ganja Aceh yang disebut-sebut memiliki kualitas terbaik, dipasok ke Medan atau Jakarta.

Sumber di Markas Polda Aceh menyebutkan, dari 23 kabupaten dan kota yang ada di Aceh, peredaran sabu tertinggi terjadi di wilayah pantai utara dan timur, mulai dari Aceh Tamiang hingga ibukota Banda Aceh.

“Kebanyakan sabu yang beredar di Aceh dipasok dari Malaysia lewat jalur laut Selat Malaka,” kata sumber polisi yang menolak disebutkan namanya.

Kepala Polisi Resort setempat, AKBP M Ali Kadhafi menyatakan, polisi lalu lintas yang sedang menggelar razia rutin di jalan raya menangkap seorang pria berusia 27 tahun karena membawa enam kilogram sabu di kawasan Peulimbang, Kabupaten Bireuen, hari Senin.

Sehari sebelumnya, petugas Bea Cukai Banda Aceh menangkap seorang lelaki 40 tahun yang hendak menyeludupkan 638 gram sabu dari Malaysia melalui Bandara Internasional Iskandar Muda, Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar.

Pada pertengahan Februari 2015 silam, aparat keamanan menyita 89 kilogram sabu-sabu dan empat pucuk senjata api jenis M-16 dan tiga pistol dalam dua penyergapan terpisah di Kabupaten Aceh Timur dan Aceh Utara. Polisi juga menangkap lima orang tersangka.

Pada Januari lalu, polisi menangkap seorang warga dan menyita 17 kg sabu serta 170.000 butir pil ekstasi dari sebuah truk intercooler dalam penyergapan di Kota Langsa, Aceh bagian timur.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.