Pemerintah Lacak Jejak Turis Cina Positif Virus Corona

Sampai sejauh ini pemerintah mengatakan belum mendeteksi adanya kasus COVID-19 di Indonesia.
Ronna Nirmala dan Arie Firdaus
2020.02.13
Jakarta
200213_ID_Corona_1000.jpg Tenaga medis mengenakan pakaian pelindung melakukan simulasi penanganan pasien yang diduga terjangkit virus corona di RS Sanglah, Denpasar, Bali (12/2/2020).
AFP

Pemerintah bakal melacak jejak perjalanan seorang turis Cina yang dikabarkan positif terinfeksi virus corona (COVID-19) setelah mengunjungi Pulau Bali bulan lalu untuk mengetahui asal muasal penjangkitan dan kemungkinan penyebaran wabah.

“Akan dilacak dulu, yang bersangkutan selama di Bali ke mana saja, terus apakah ada pengaruh pada lingkungannya, gejala-gejala lainnya seperti apa. Dari situ akan ketemu analisanya, apakah kejadiannya di Indonesia atau di Cina,” kata Kepala Staf Presiden Moeldoko, di Jakarta, Kamis (13/2/2020).

Mantan panglima TNI ini tidak menyebut waktu pasti investigasi akan selesai dilakukan dan meminta masyarakat untuk percaya pada pemerintah.

“Kita betul-betul waspada, tidak dalam kondisi ceroboh. Kita semuanya memiliki atensi tinggi, baik dari menteri sampai jajaran di bawahnya. Alat-alat yang kita miliki juga cukup,” imbuh Moeldoko.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Huainan, Provinsi Hubei, Cina, mengumumkan seorang warganya, yang diidentifikasi dengan nama Jin, positif terinfeksi virus corona pada 5 Februari 2020 atau satu pekan pasca kunjungannya ke Bali.

Jin dilaporkan tiba di Denpasar, Bali, pada 22 Januari 2020 dengan menggunakan pesawat Lion Air nomor penerbangan JT2618 yang berangkat langsung dari Wuhan, kota yang menjadi lokasi pertama penyebaran virus corona.

Belum diketahui di mana Jin menginap selama di Bali. Jin meninggalkan Bali dan kembali ke Cina melalui Shanghai pada 28 Januari 2020 dengan menggunakan maskapai Garuda Indonesia nomor penerbangan GA858.

Sekretaris Dikretorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Achmad Yurianto menduga Jin terinfeksi di negaranya sepulang dari Bali.

"Sangat-sangat mungkin terjadi penularan di sana (Cina)," kata Achmad Yurianto, Kamis.

Achmad merujuk hasil penelusuran kementerian di Bali yang mendapati bahwa tidak ada temuan kasus COVID-19 positif dan kenaikan kasus influenza serta pneumonia dalam kurun 27-28 Januari 2020. Dari 14 spesimen yang diteliti Kemenkes --12 di antaranya warga negara asing-- pada tanggal itu, semuanya dinyatakan negatif COVID-19.

Tanggal 27-28 Januari dipilih Kementerian setelah mengamati bahwa masa inkubasi virus COVID-19 terjadi pada hari ke-10.

"Kalau hitung mundur dari tanggal 5 (Februari), ketemunya sekitar tanggal 27-28. Momen itu, semua hasil negatif," lanjut Achmad.

"Seandainya tanggal 27 (Januari) itu masuk virus, enggak mendukung situasi di Bali dia terinfeksi."

"Istri dan satu anak yang melakukan perjalan bersama yang bersangkutan (di Bali) tidak terpapar (COVID-19)," ujar Achmad.

Indonesia sejauh ini belum mendeteksi kasus positif COVID-19, sementara di seluruh dunia, korban tewas mencapai 1.369 semuanya berada di daratan Cina kecuali dua orang.

Sementara itu yang positif terinfeksi mencapai 60.000 orang dimana 400 di antaranya berada di luar Cina.

Inspeksi pesawat

Juru Bicara Lion Air, Danang Mandala Prihantoro, memastikan seluruh awak pesawat dan penumpang penerbangan JT2618 tidak memiliki tanda-tanda penjangkitan virus corona. Pasalnya setelah mendarat, kepada kru maupun penumpang langsung dilakukan pemeriksaan oleh tim medis Kantor Kesehatan Pelabuhan setelah mendarat di Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai.

“Ketika pesawat berada pada pelataran parkir (apron), petugas teknisi bekerja sama dengan pihak terkait melakukan penyemprotan cairan multiguna pembunuh kuman, mengikuti prosedur yang berlaku,” kata Danang dalam rilisnya, Kamis.

Sementara itu, Garuda Indonesia memutuskan melarang operasional (grounded) pesawat GA858 rute Denpasar-Shanghai sampai proses inspeksi, disinseksi (penyemprotan cairan khusus).

“Garuda Indonesia memastikan seluruh penumpang dari dan menuju rute Cina telah melalui prosedur profiling dan pemeriksaan kesehatan oleh otoritas terkait di bandara,” kata Tumpal.

Untuk menanggulangi penyebaran virus corona, pemerintah memberlakukan larangan penerbangan Indonesia-Cina dan sebaliknya sejak 5 Februari 2020.

Pembatasan impor hewan ditambah

Kementerian Perdagangan resmi memberlakukan pelarangan sementara atas impor binatang hidup yang berasal dari Cina melalui penerbitan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 10 Tahun 2020.

Dalam aturan itu termuat larangan impor hewan hidup tak hanya berlaku pada binatang liar seperti kura-kura, ular, dan reptil lainnya saja. Pada PP yang mulai berlaku sejak 7 Februari 2020 itu, ada 53 jenis binatang lain yang turut dilarang di antaranya babi, kambing, unggas, serta binatang hidup lainnya yang menyusui.

“Namun, pelarangan ini sifatnya sementara sampai wabah mereda,” kata Menteri Perdagangan Agus Suparmanto dalam rilisnya, Kamis.

Agus menambahkan, importir diwajibkan mengembalikan atau memusnahkan binatang hidup yang sudah terlanjur tiba di pelabuhan Indonesia saat Permendag ini mulai berlaku.

Usai melantik pejabat negara di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis, Jokowi mengaku bahwa dirinya telah menghubungi Presiden Cina Xi Jinping, Selasa (11/2/2020).

“Saya juga sampaikan bahwa Indonesia yakin Cina bisa menyelesaikan masalah virus corona dalam waktu secepat-cepatnya. Itu kira-kira yang saya sampaikan ke Presiden Xi Jinping. Saya juga menawarkan apabila diperlukan bantuan-bantuan untuk mempercepat penanganan; saya sampaikan Indonesia siap memberikan bantuannya,” kata Jokowi.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.