Peringatan Hari Nusantara Memperkuat Poros Maritim Dunia
2015.12.14
Banda Aceh

Ribuan warga mendatangi Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo di ibukota Banda Aceh, 13 Desember, untuk melihat pameran dalam rangka peringatan Hari Nusantara ke-15. Mereka datang dengan mobil pribadi, sepeda motor, dan truk pick up.
Tahun ini propinsi paling barat Indonesia itu menjadi lokasi puncak peringatan Hari Nusantara yang juga diperingati di berbagai pelosok tanah air. Keberadaan Indonesia sebagai negara maritim menjadi tema utama peringatan kegiatan ini.
Tapi warga yang datang Minggu petang itu harus kecewa karena stand pameran dari kementerian terkait dan beberapa provinsi di Indonesia yang digelar sejak 9 Desember lalu, sudah dibongkar.
Untuk menghibur diri, puluhan warga bersama anak-anak mereka “menyerbu” sejumlah tank amfibi TNI Angkatan Laut, yang parkir tak jauh dari arena pameran. Mereka berpose sambil naik ke atas amfibi. Warga juga berjalan ke ujung dermaga untuk melihat tiga dari delapan kapal perang yang masih lego jangkar dekat pelabuhan Lampulo.
“Mestinya stand-stand pameran dibongkar hari Senin, sehingga kami yang datang jauh-jauh tidak kecewa,” ujar Ibrahim, seorang warga Seulimum, sekitar 60 kilometer dari Banda Aceh. Pria 34 tahun itu datang bersama belasan warga lain dengan mobil pick up.
Pada Minggu pagi hingga siang di tempat itu, digelar peringatan Hari Nusantara yang dihadiri Wakil Presiden (Wapres) Muhammad Jusuf Kalla beserta sejumlah menteri. Wapres juga makan bersama nelayan dan anak yatim dalam khanduri laot (kenduri laut), satu tradisi masyarakat nelayan Aceh.
Kendaraan tempur amfibi dan delapan kapal perang dikerahkan untuk memeriahkan peringatan Hari Nusantara dengan atraksi pendaratan melalui amfibi dan helikopter. Ada juga atraksi tujuh pasukan katak yang muncul dari air dan menyerahkan kemudi kapal kepada Wapres.
Selain itu, 174 boat nelayan tradisional yang dihiasi umbul-umbul bertuliskan “Pesona Indonesia” berparade mengitari pelabuhan. Dalam tiap boat yang biasanya digunakan nelayan buat menangkap ikan dipenuhi warga, termasuk perempuan dan anak-anak.
“Saya beruntung bisa naik boat untuk ikut memeriahkan Hari Nusantara. Ini sesuatu yang sangat langka. Saya baru kali ini naik boat,” tutur Rahmah yang datang dengan suami dan seorang anak mereka.
Namun puluhan jurnalis terpaksa kecewa karena tak diizinkan masuk ke lokasi acara meski mereka sudah mengantongi kartu pengenal berstempel Pemerintah Aceh dan Kodam Iskandar Muda.
Kekuatan poros maritim
Jusuf Kalla dalam sambutannya menegaskan bahwa pemerintah telah bertekad akan memajukan Indonesia dari darat dan laut. Apalagi Indonesia negara kepulauan besar di dunia dan antara satu pulau dengan pulau lain bukan pemisah, melainkan perekat.
“Hari Nusantara ini merayakan kekuatan maritim sebagai sumber kekuatan bangsa. Kelautan disimbolkan dengan poros maritim. Kelautan bukan hanya menghubungkan pulau dengan pulau, tapi mempunyai sumber kekayaan yang besar,” ujarnya.
Dia mengajak semua kekuatan bangsa untuk memanfaatkan sumber mineral di laut. “Tapi semua akan jadi tontonan apabila kita tidak memiliki pengetahuan, upaya dan semangat. Generasi muda harus jadi sumber inspirasi dan kekuatan di masa depan,” katanya.
Untuk memaksimalkan pemanfaatan potensi laut, pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggencarkan pemberantasan penangkapan ilegal. KKP di bawah Menteri Susi Pujiastuti menindak tegas pencuri ikan ilegal dan telah meledakkan puluhan kapal asing yang menangkap ikan secara ilegal.
Gubernur Aceh Zaini Abdullah menyatakan, tol laut yang digagas pemerintah sangat cocok diterapkan di Aceh karena “sejarah mencatat bahwa kejayaan Kerajaan Islam Aceh tak lepas dari pemanfaatan laut dalam perdagangan dan perpolitikan kala itu.”
Potensi kelautan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said kepada wartawan mengatakan, tujuan peringatan Hari Nusantara untuk merajut kesatuan perasaan sebagai warga Indonesia melalui berbagai kegiatan di seluruh pelosok tanah air mulai dari Papua, Sulawesi, Ambon, Bali dan Kalimantan, yang puncaknya digelar di Aceh.
“Makna Hari Nusantara, termasuk dorongan menuju ke arah pembangunan dari laut. Laut sudah lama dipunggungi, kemudian kita ingin menjadikan laut sebagai halaman depan kita (dalam pembangunan),” jelasnya.
Dia menambahkan, Indonesia memiliki potensi kelautan dan perikanan sangat besar, yang diperkirakan mencapai US$ 1,2 triliun pertahun atau sekitar enam kali lipat APBN 2015. Pada potensi sumber kelautan terdapat energi dan sumber mineral – termasuk gas, minyak, mineral dan energi baru terbarukan.
“Kemanapun pembangunan diarahkan, energi harus tersedia. Mau tidak mau karena kita negara kepulauan, harus lebih serius membangun energi terbarukan,” ujarnya, sambil menambahkan energi baru terbarukan terus dikembangkan.
Itu pula alasannya peringatan Hari Nusantara 2015 mengusung tema, “kekayaan energi dan sumber daya mineral untuk pembangunan Indonesia sebagai poros maritim dunia guna mewujudkan kejayaan dan kemakmuran bangsa.”
Hari Nusantara mulai diperingati sejak tahun 2001, untuk mengisi Deklarasi Djuanda yang dicetuskan oleh Perdana Menteri Indonesia saat itu Djuanda Kartawidjaya pada 13 Desember 1957.
Dalam deklarasi itu dinyatakan laut Indonesia antara dan dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah Republik Indonesia. Sejak saat itu, tidak ada lagi laut bebas di antara pulau-pulau Indonesia. Selain itu, luas wilayah Indonesia bertambah tiga kali lipat dari sebelum Deklarasi Djuanda.