TNI Masuk Kampus untuk Menangkal Radikalisme

Aktivis Kontras menilai masuknya TNI ke kampus dikhawatirkan akan menganggu mimbar akademik dan kebebasan mahasiswa berekspresi.
Eko Widianto
2018.08.15
Malang
180815-ID-Deradicalize620.jpg Seorang mahasiswa bersalaman dengan Rektor UIN Maliki Malang, Abdul Haris saat kegiatan Pengenalan Budaya Akademik Kampus di Malang, Jawa Timur, 13 Agustus 2018.
[Eko Widianto/BeritaBenar]

Berpakaian seragam hitam dan putih, sekitar 3.400-an mahasiswa baru Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang, Jawa Timur, berbaris di lapangan kampus.

Mahasiswa pria mengenakan peci sedangkan perempuan berjilbab. Mereka tengah mengikuti Pengenalan Budaya Akademik Kampus (PBAK) yang digelar sejak Senin, 13 Agustus 2018.

Di depan mereka, Presiden Mahasiswa UIN Maliki Malang, Naufal Ardiansyah menyebutkan jika radikalisme masuk lewat kampus melalui berbagai kegiatan.

Menurutnya, hal itu sesuai dengan laporan yang dikeluarkan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

“UIN sangat aman karena tinggal di ma’had. Tapi tidak boleh lengah. Apa kalian siap, tolak radikalisme dan terorisme?” kata Naufal berseru di depan mahasiswa baru.
Seluruh mereka kompak menjawab, “Siap, lawan radikalisme dan terorisme.”

Selama setahun, mahasiswa baru menempati ma’had atau asrama di kampus. Ma’had dikelola seperti pesantren, tempat belajar dan mendalami agama Islam.

Naufal yakin paham radikalisme akan sulit menembus dan berkembang di UIN Malang.

Justru, dikhawatirkan mereka terpapar paham radikal di luar kampus melalui kajian dan diskusi kelompok.
Penyebaran radikalisme juga bisa melalui media sosial.  

“Ada beberapa mahasiswa diam-diam mengajak kajian dan diskusi diam-diam. Sistemnya door to door,” kata Naufal.

Dalam upaya menangkal radikalisme di kampus, Rektor UIN Maliki Malang, Abdul Haris bekerja sama dengan Komando Resor Militer 083/Baladhika Jaya untuk memberi wawasan kebangsaan bagi mahasiswa baru.

“Mahasiswa dibekali mata kuliah bela negara. Mata kuliah wajib,” kata Haris, yang juga Ketua Forum Rektor Malang Raya.

Forum Rektor akan menerapkan materi bela negara di setiap kampus untuk meningkatkan jiwa patriotisme.

“TNI dipilih karena TNI juga membantu polisi dalam upaya pencegahan terorisme. Apalagi TNI memiliki struktur sampai di daerah,” katanya.

“Sedangkan BNPT atau Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Timur tak punya tenaga yang menjangkau ke semua kampus.”

Wakil Rektor Bidang Kurikulum UIN Maliki Malang, Zainudin, menjelaskan bahwa mata kuliah bela negara untuk penguatan karakter dan cinta tanah air. Dalam mata kuliah ini, UIN berkolaborasi dengan TNI.

“TNI sifatnya hanya ceramah umum,” katanya.

Sedangkan pengajar adalah dosen UIN Malang yang memegang sertifikat kewarganegaraan. Dalam mata kuliah itu dikembangkan wawasan kebangsaan, Islam toleran dan inklusif.

“Menolak segala bentuk ekstrimisme kanan atau kiri.

Ma’had juga menggodok wawasan kebangsaan dan Islam yang toleran,” kata Zainuddin.

Pejabat Kepala Staf Korem 083/Baladhika Jaya, Letnan Kolonel Budi Santoso memberikan bekal wawasan kebangsaan kepada mahasiswa baru UIN Maliki Malang di Jawa Timur, 13 Agustus 2018. (Eko Widianto/BeritaBenar).

Militer masuk kampus


Pejabat Kepala Staf Korem 083/Baladhika Jaya Letnan Kolonel Budi Santoso memberikan kuliah umum bertema mengawal Indonesia bebas radikalisme dan narkoba kepada ribuan mahasiswa baru.

Menurutnya, ancaman negara ada yang tradisional melalui militer dan non-tradisional melalui ideologi,  politik, budaya, terorisme dan radikalisme.

“Paling bahaya melalui ideologi, paham radikalisme dan terorisme,” ujarnya.  

Sejumlah mahasiswa di Jawa Timur terpapar paham radikalisme seperti Zefrizal Nanda Mardani, mahasiswa Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya yang bersama istrinya bergabung ISIS pada bulan Juli 2015.

Sebelumnya ada juga mahasiswa Universitas Negeri Malang, M. Cholily yang bergabung dengan jaringan teroris Dr. Azahari pada 2006.

Mahasiswa menjadi sasaran jaringan terorisme, lantaran mereka memiliki rasa ingin tahu yang besar dan mudah dipengaruhi, papar Budi.

Sebelumnya, Direktur Pencegahan BNPT Hamli dalam seminar di Universitas Brawijaya akhir Juli lalu menjelaskan sejumlah perguruan tinggi telah disusupi radikalisme. Hal itu diketahui melalui pengakuan narapidana terorisme.

BNPT juga mendukung Forum Rektor Malang bekerjasama dengan TNI menangkal radikalisme di kampus karena mencegah terorisme harus dilakukan semua pihak.

Pengamat Timur Tengah yang juga dosen Hubungan Internasional FISIP Universitas Brawijaya, Yusli Effendi, menyebut warga Indonesia yang bergabung ISIS harus diwaspadai saat kembali ke tanah air.

Radikalisme dan terorisme, ujarnya, tak berdiri sendiri sehingga harus melibatkan banyak pihak, termasuk sistem deteksi dini yang melibatkan masyarakat, Ketua RT dan RW tempat tinggal kos mahasiswa.

Namun, ia mengingatkan agar berhati-hati melibatkan aparat TNI masuk kampus karena trauma militer saat Orde Baru menjadi momok.

“Harus jelas batasan kewenangannya. Harus dibangun pola hubungan yang ideal. Militer hanya masuk wilayah preventif,” ujarnya.

Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (KontraS) Jawa Timur, Fatkhul Khoir, menilai tentara masuk kampus melanggar Undang Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI.

“Keterlibatan TNI membantu polisi mencegah terorisme dan radikalisme belum ada aturan teknis,” ujarnya.

Masuknya TNI ke kampus, tambahnya, dikhawatirkan akan menganggu mimbar akademik dan kebebasan mahasiswa berekspresi serta sekaligus melanggar prinsip berdemokrasi.

“Problem terorisme kompleks, harus ada evaluasi menyeluruh. Jangan mudah melibatkan TNI,” katanya.

Sementara, peneliti Intrans Institute yang juga koordinator Aksi Kamisan Malang, Abdurahman Sofyan, menilai keterlibatan TNI telah membuat suasana kampus menjadi berpaham militerisme.

“Mahasiswa jadi takut berpendapat,” tegasnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.