Indonesia dan Australia Teken Perjanjian Perdagangan

Kesepakatan tersebut menandai berakhirnya hampir 10 tahun negosiasi kedua negara.
Nisita Kirana Pratiwi
2019.03.04
Jakarta
190304_ID_Ind_Aus_Trade_620.jpg Menteri Perdagangan Indonesia, Enggartiasto Lukita (kanan) dan Menteri Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi Australia Simon Birmingham menggelar jumpa pers usai menandatangani perjanjian dagang kedua negara di Jakarta, 4 Maret 2019.
Nisita Kirana Pratiwi/BeritaBenar

Indonesia dan Australia menandatangani sebuah perjanjian dagang yang sudah lama dinantikan, membuka jalan untuk menghapus sebagian besar tarif dan mendekatkan hubungan ekonomi kedua negara.

Menteri Perdagangan Indonesia, Enggartiasto Lukita dan mitranya Menteri Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi Australia Simon Birmingham menandatangani kesepakatan yang mengakhiri negosiasi yang berlangsung hampir 10 tahun.

Di bawah kesepakatan itu, semua barang yang diekspor oleh Indonesia bisa masuk  tanpa tarif ke Australia, sementara Indonesia mengeliminasi tarif masuk barang dari Australia sebesar 94 persen secara bertahap.

Menurut Enggartiasto, Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA), demikian perjanjian ini secara resmi disebut, sebagai hal bersejarah.

“Karena pada dasarnya perjanjian ini akan sangat bermanfaat bagi kedua negara,” kata Enggartiasto, menambahkan bahwa kesepakatan itu sangat bermanfaat tidak hanya dalam perdagangan namun juga dalam investasi dan jasa pelayanan.

“Perdagangan antara kedua negara sebelumnya terlalu kecil, jadi kita mengharapkan akan naik dengan adanya kesepakatan ini,” ujarnya.

Kesepakatan itu harus diratifikasi oleh badan legislatif masing-masing.

Simon menambahkan perjanjian itu akan membawa hubungan Australia dan Indonesia ke dalam sejarah baru, di mana hubungan ekonomi dan perdagangan jauh lebih dalam, lebih kuat dan lebih kaya untuk kedua negara.

"Ada lebih banyak peluang bisnis di Australia, tetapi juga lebih banyak peluang bisnis di Indonesia sebagai hasil dari kolaborasi bersama tersebut," kata Simon.

Pemerintah Indonesia mengatakan sektor industri seperti otomotif, tekstil, alas kaki dan agribisnis akan mendapat manfaat dari perjanjian perdagangan itu.

Sebagai imbalannya, Indonesia akan memberikan izin impor otomatis untuk produk pertanian dan daging Australia.

Kesepakatan itu juga akan memungkinkan universitas-universitas Australia untuk beroperasi di Indonesia dan perusahaan-perusahaan Australia memiliki saham yang lebih besar di sektor pariwisata, kesehatan, dan pertambangan.

Australia juga akan meningkatkan jumlah visa kerja dan liburan yang diberikan kepada orang Indonesia dari 1.000 menjadi 4.100 pada tahun pertama, hingga akhirnya ditargetkan mencapai 5.000 orang setiap tahun, enam tahun setelah ratifikasi.

Indonesia dan Australia adalah anggota kelompok ekonomi utama negara G-20, tetapi baik Indonesia maupun Australia tidak merupakan 10 mitra dagang teratas masing-masing, walaupun hubungan mereka dekat.

Total perdagangan bilateral antara Indonesia dan Australia bernilai US $ 8,6 miliar pada 2018, menurut Kementerian Perdagangan Indonesia.

Tetapi barang-barang dari Indonesia total ekspor Indonesia hanya 1,2 persen dari impor Australia dari seluruh dunia, sedangkan total ekspor Australia lebih banyak 3,4 persen dari impor Indonesia dari seluruh dunia, demikian menurut Enggartiasto.

Negosiasi untuk pakta, yang dimulai pada 2010, berakhir pada Agustus, tetapi penandatanganan itu ditunda setelah Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan Canberra mempertimbangkan untuk memindahkan kedutaan besarnya di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Indonesia, sebagai pendukung setia Palestina, telah memperingatkan bahwa langkah seperti itu dapat merusak upaya untuk solusi dua negara bagi Palestina.

Pada bulan Desember, Australia secara resmi mengakui Yerusalem Barat sebagai ibukota Israel, tetapi membatalkan rencana memindahkan kedutaannya.

Alat pendorong ekonomi

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan P. Roeslani, menilai dalam IA-CEPA, kerja sama antara Indonesia dan Australia tidak hanya untuk meningkatkan perdagangan bilateral saja, tetapi juga untuk membuka investasi di beberapa bidang, termasuk pendidikan, kesehatan dan pariwisata guna membangun sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing tinggi.

“Dengan adanya potensi perdagangan dua negara yang besar maka sangat penting bagi Indonesia untuk segera melakukan proses reformasi ekonomi yang dibutuhkan sebagai bagian dari komitmen IA-CEPA," jelasnya.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasionl, Shinta W. Kamdani menambahkan adanya revolusi rantai nilai global memaksa Indonesia untuk maju bersama-sama, bukan jalan sendiri.

"IA-CEPA itu bukan hanya sekadar mengenai saat ini, tetapi bagaimana kita melihat tantangan ekonomi dunia jauh ke depan,” ujarnya.

Menurutnya, sejak awal IA-CEPA ditujukan untuk menciptakan hubungan perdagangan investasi lebih besar dan sekaligus mendukung satu sama lain dalam berkompetisi dengan negara lain.

Hubungan antara Indonesia dan Australia tidak selamanya mulus, tetapi hubungan bilateral meningkat di bawah mantan Perdana Menteri Malcolm Turnbull, dengan kedua negara sepakat untuk memulihkan kerja sama militer penuh pada 2017.

Kedua negara pernah terlibat dalam perseteruan sejumlah isu seperti dugaan campur tangan Australia atas kasus di Timor Timur, yang pernah menjadi bagian dari Indonesia namun kemudian memerdekakan diri pada 1998.

Keretakan diplomatik juga terjadi pada 2013 setelah muncul laporan bahwa badan intelijen Australia menyadap percakapan telepon Presiden Indonesia saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono dan lingkaran dalamnya.

Australia secara singkat memanggil duta besarnya di Jakarta setelah Indonesia mengeksekusi dua terpidana narkoba Australia pada bulan April 2015, meskipun ada permintaan dari Canberra untuk memberikan pengampunan pada mereka.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.