Penyerang Polisi Tewas Ditembak

Rina Chadijah
2017.06.30
Jakarta
170630-indonesia-police-killing-620.jpg Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Pol Setyo Wasisto (tengah) memegang alat bukti yang disita dari para terduga teroris saat menggelar jumpa pers di Jakarta, 22 Juni 2017.
Rina Chadijah/BeritaBenar

Penyerangan terhadap anggota kepolisian kembali terjadi. Dalam insiden terbaru, dua polisi mengalami luka-luka setelah diserang seorang terduga teroris, Jumat malam, 30 Juni 2017. Pelaku penyerangan akhirnya tewas ditembak.

Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Pol. Setyo Wasisto menyatakan insiden itu terjadi sekitar pukul 19.30 WIB usai kedua polisi melaksanakan shalat Isya di Masjid Falatehan, di komplek Perum Peruri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dekat Lapangan Bhayangkara Mabes Polri.

Pelaku yang shalat di samping AKP Dede Suhatmi, anggota Resimen 1 Gegana dan Briptu M Syaiful Bakhtiar, anggota Resimen 3 Pelopor, tiba-tiba mengeluarkan pisau dan langsung menusuk keduanya.

“Dia berteriak thogut dan langsung menyerang anggota kita. Setelah itu, dia melarikan diri ke arah terminal Blok M,” kata Setyo kepada BeritaBenar.

Thogut adalah istilah yang sering dipakai kelompok teroris terhadap aparat keamanan karena dianggap tidak menyembah Allah.

Menurut Setyo, pelaku sempat berupaya kembali menyerang petugas lain ketika hendak membekuknya. Tak mau ambil risiko, setelah sempat melepaskan tembakan peringatan, akhirnya petugas menembak pelaku dan tewas di tempat.

“Jadi setelah sempat lari, dia balik lagi sambil berteriak ‘Allahu Akbar’ dan berupaya kembali menyerang petugas. Akhirnya terpaksa dilumpuhkan,” katanya.

Rekaman video yang beredar di media sosial, tampak pelaku tergeletak di jalan dengan ceceran darah di bagian kepala. Pisau sangkur tak jauh dari tubuhnya.

Dua korban luka tusuk segera dilarikan ke RS Pusat Pertamina, yang berada tak jauh dari lokasi kejadian.

Keduanya menjalani perawatan intensif karena mengalami luka di bagian pipi dan leher.

Sedangkan, mayat pelaku dibawa ke Rumah Sakit Polri di Keramat Jati, untuk identifikasi lebih lanjut.

Dari identitas yang ditemukan polisi di lokasi kejadian, pelaku diyakini bernama Mulyadi (28), warga Kampung Pagaulan, Kecamatan Cikarang Selatan, Bekasi Jawa Barat.

Setyo mengatakan pihaknya akan melakukan penyelidikan lebih jauh mengenai identitas pelaku. Ia juga belum bisa memastikan apakah pelaku melancarkan aksinya sendiri atau dibantu orang lain.

“Pastinya ini serangan teror terhadap polisi. Kita butuh penyelidikan lebih lanjut untuk memastikan pelaku berasal dari kelompok mana,” ujarnya.

Penusukan kedua

Peristiwa di Masjid Falatehan adalah serangan kedua terhadap polisi dalam sepekan terakhir. Sebelumnya, Minggu, 25 Juli 2017, dua terduga teroris menyerang Mapolda Sumatera Utara (Sumut) di Medan.

Akibat serangan sekitar pukul 03.00 WIB yang terjadi pada Hari Raya Idul Fitri tersebut, seorang anggota polisi bernama Aiptu Martua Sigalingging tewas.

Korban Martua bersama rekannya Brigadir E Ginting saat itu sedang berjaga di Pos II Mapolda Sumut. Martua sempat berkelahi dengan pelaku sebelum meninggal dunia akibat kehabisan darah karena mengalami luka tusukan.

Sementara E Ginting selamat dari serangan setelah melarikan diri karena tak membawa senjata dan meminta bantuan pada rekannya. Petugas lain yang membantu, akhirnya melumpuhkan kedua pelaku.

Belakangan identitas pelaku diketahui berinsial AR (30) yang sehari-hari bekerja sebagai penjual jus di Simpang Limun, Medan. Pelaku lain yang kritis berinisial SP (47) bekerja di kios rokok di Jalan Sisingamangaraja Medan.

Setyo mengatakan, modus penusukan polisi di Masjid Falatehan dan Mapolda Sumut memiliki kemiripan. Namun, dia belum dapat memastikan apakah dua insiden itu saling terkait atau tidak.

“Modusnya memang mirip. Cara bertindaknya hampir serupa. Kita akan dalami lagi lebih jauh,” ujarnya.

Sebelumnya, Setyo meyakini bahwa serangan di Mapolda Sumut terkait dengan jaringan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Dari hasil penggeledahan di rumah pelaku, polisi menemukan bendera ISIS dan gambar pemimpin kelompok teroris itu, Abu Bakar Al-Baghdadi.

Polisi telah menangkap tiga terduga teroris yang diduga punya kaitan dengan serangan di Mapolda Sumut. Mereka sudah dibawa ke Jakarta untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Anggota kepolisian memang menjadi target kelompok teroris, setelah mengintensifkan pemburuan sel-sel jaringan kelompok radikal di sejumlah daerah.

Setelah aksi bom bunuh diri di Kampung Melayu, Jakarta Timur, 24 Mei 2017, Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebutkan polisi dianggap oleh kelompok teroris sebagai musuh yang dalam doktrinnya disebut thogut sehingga harus diperangi.

Dalam serangan dua bom bunuh diri di Kampung Melayu, tiga personel polisi tewas dan beberapa lainnya mengalami luka-luka.

Menjelang Hari Raya Idul Fitri, polisi telah melakukan antisipasi aksi teror di sejumlah daerah dengan menangkap beberapa terduga teroris.

Sejak Januari hingga Juni 2017, Polri telah menangkap lebih dari 100 orang yang diduga terkait jaringan terorisme.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.