Indonesia Antisipasi Ancaman ISIS Asia Tenggara
2016.10.27
Jakarta & Yogyakarta
Aparat pemerintah menyatakan telah mengantisipasi ancaman Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Asia Tenggara ketika sebuah sepeda motor meledak yang diduga akibat bom rakitan, di Sleman, Yogyakarta, Rabu malam.
Tak ada korban jiwa dan kerusakan akibat ledakan yang terjadi di parkiran sebuah bar di Sleman pada 26 Oktober 2016 itu, kata Kapolres Sleman, AKBP Burkan Rudy Satria.
“Tim masih melakukan analisa. Kita belum tahu siapa pelaku dan apa motifnya,” ujarnya kepada BeritaBenar, Kamis.
Sehari sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Suhardi Alius, menyatakan Indonesia akan meningkatkan kerjasama dengan sejumlah negara di Asia Tenggara untuk menghadapi kemungkinan ancaman teror ISIS.
Pernyataannya menanggapi laporan Lembaga Analisis Kebijakan Konflik (IPAC) yang menyatakan penegak hukum di Asia Tenggara tidak siap menghadapi kemungkinan meningkatnya risiko ISIS.
Dilaporkan para pejuang dari Malaysia dan Indonesia telah mendeklarasikan kesetiaan pada pemimpin ISIS di Filipina dan memperdalam kerjasama antara kelompok ekstremis di Asia Tenggara.
Menurut Suhardi, Indonesia akan memperkuat wilayah perbatasan dengan menambah personel TNI dan Polri karena perbatasan sering menjadi pintu masuk orang dan barang ilegal, termasuk terkait terorisme.
“Rembesan orang dan barang bisa melalui perbatasan. Kita harus belajar dari sejarah (karena) banyak senjata ilegal yang diselundupkan dari luar negeri,” ujarnya.
WNI jadi FTF
Menurut data yang diperoleh BNPT dari berbagai sumber intelijen, saat ini masih ada 237 WNI dewasa yang diduga menjadi foreign terrorist fighters (FTF) dan 46 anak-anak, di Suriah.
Selain itu, tambah Suhardi, sebanyak 283 WNI telah dideportasi oleh pemerintah luar negeri sejak ISIS muncul ketika mereka hendak masuk ke Suriah dan sekitar 70 orang sudah tewas, serta 53 lainnya sudah kembali ke Indonesia.
Deputi II Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Irjen (Pol) Arif Darmawan kepada BeritaBenar, 18 Oktober 2016, menyatakan aparat keamanan tak bisa menahan mereka yang telah pulang karena Indonesia belum memiliki payung hukum untuk menjerat WNI FTF.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebutkan selain interaksi langsung melalui sejumlah kegiatan seperti pengajian, para FTF mulai merekrut anggota baru melalui media sosial.
“Termasuk online training dalam menggunakan senjata, merakit bom. Semua dari social media, sehingga mereka bisa melakukan aksi sendiri,” katanya kepada wartawan, Rabu, 20 Oktober 2016.
Kapolri menambahkan, selama dua tahun terakhir, sebanyak 170 terduga teroris telah ditangkap oleh polisi di seluruh Indonesia dengan rincian 75 orang tahun 2015, dan 95 lainnya pada 2016.
Selain itu, ungkap Tito, sebanyak 34 terduga teroris tewas dalam upaya penangkapan terdiri dari tujuh orang pada 2015 dan 27 lainnya tahun 2016.
Rehabilitasi sosial
Pengamat terorisme Taufik Andrie dari Yayasan Prasasti Perdamaian menyatakan Indonesia terkesan tak siap menghadapi ancaman karena belum ada payung hukum menangani FTF dan riset serta program intervensi yang memadai tentang cara penanganan efektif.
“Personel yang secara khusus menangani dan di bawah lembaga apa serta siapa leading senior, koordinasi dan lain sebagainya juga perlu jelas,” katanya kepada BeritaBenar.
Antisipasi, tambahnya, bisa ditentukan dari identifikasi masalah dengan improvisasi aspek penyiapan program intervensi yang berbasis rehabilitasi dan reintegrasi sosial karena “tidak mungkin mengedepankan law enforcement saja.”
Pakar terorisme dari IPAC, Sidney Jones, menyebutkan peningkatan keamanan tak cukup untuk mengantisipasi ancaman ISIS karena aparat hukum dari Indonesia, Malaysia, dan Filipina tak terlalu paham perkembangan jaringan terorisme di Asia Tenggara.
Sidney mengkhawatirkan dengan kondisi yang semakin terdesak di Timur Tengah, pendukung ISIS di Asia Tenggara bisa merencanakan aksi teror.
Ledakan kecil
Sementara itu, polisi masih memburu pelaku yang melakukan peledakan pada sebuah sepeda motor di areal parkir Liquid Bar & Kitchen di Sleman.
Polisi juga sudah memeriksa rekaman CCTV yang memperlihatkan pelaku bermantel ponco dengan muka tertutup memarkir sepeda motornya di situ sejak pukul 17.00 WIB.
Satu jam usai ledakan, jelas sumber polisi, tim gegana dari Brimopda Daerah Istimewa Yogyakarta datang ke lokasi pukul 21.30 WIB.
Di lokasi, tim gegana memeriksa motor yang diduga sebagai pemicu ledakan. Kondisi motor sudah terbakar di bagian belakang sebelah kiri dan masih mengeluarkan asap dari bagian jok motor.
“Tim penjinak bom juga menemukan sejumlah botol berisi cairan dihubungkan dengan rangkaian elektronik,” kata sumber kepolisian di lokasi.
Iwan, seorang saksi mata yang bekerja sebagai pelayan rumah makan di seberang Liquid Bar & Kitchen mengatakan, dia sempat mendengar suara ledakan yang cukup keras. Dia mengaku sempat keluar untuk mengecek sumber ledakan.
“Waktu itu sudah banyak orang berkerumun di depan kafe, tapi tidak terlihat api. Asap juga kecil, karena sedang hujan deras sekali,” ujarnya.
Kafe yang menyajikan berbagai hiburan buka dari malam hari sampai menjelang pagi itu adalah tempat nongkrong para mahasiswa dan pekerja kantoran.
Setiap hari Rabu dan Sabtu disajikan hiburan sexy dancer, sementara pada hari lain ada hiburan dari band-band lokal.