Terakhir Bertemu 3 Tahun Lalu, Istri Abu Urwah Kaget Suaminya Terduga Teroris
2015.08.24
Nur Ifa (26), istri almarhum Abu Urwah alias Bado alias Osama (32), tidak kuasa menahan tangis saat melihat jenazah suaminya tebaring di dalam kamar jenazah Rumah Sakit Bhayangkara, Palu, Sulawesi Tengah.
Nur mengaku sangat terkejut setelah mengetahui bahwa bapak dari dua orang anaknya itu adalah salah seorang terduga teroris yang paling dicari di Indonesia. Dia mengatakan bahwa suaminya menghilang tiga tahun silam dan tidak pernah memberi kabar.
Abu Urwah tewas dalam aksi baku tembak antara kelompok sipil bersenjata Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso dengan tim gabungan Densus 88 Antiteror dan tim Brimob Polda Sulteng di Pegunungan Auma, Desa Trimulya, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Poso, pada hari Rabu 19 Agustus lalu.
Dalam peristiwa itu seorang anggota Brimob Polda Sulteng, Ajun Komisaris Polisi (AKP) Anumerta Bryan Theophani Tatontos, juga tewas tertembak.
Dalam wawancara khusus dengan BeritaBenar pada hari Sabtu 22 Agustus di Palu, Nur mengaku khawatir kehidupan bersama keluarganya di Dusun Uweralulu, Desa Maranda, Kecamatan Poso Pesisir Utara, akan semakin sulit setelah masyarakat luas mencapnya sebagai istri teroris.
"Setelah pulang nanti ke kampung halaman di Poso, pasti masyarakat akan mencap kami sebagai keluarga teroris. Apalagi informasi bahwa suami saya meninggal karena ditembak di Poso sudah tersebar luas," jelasnya.
Petani kakao yang menghilang tiga tahun silam
Nur bercerita bahwa pertemuan terakhir dengan suaminya terjadi pada bulan suci Ramadhan dan perayaan Idul Fitri 2012. Dia menyatakan tidak begitu mengetahui persis segala aktivitas suaminya, selain bertani kakao.
"Beliau orangnya pendiam, tidak terbuka. Kalau keluar rumah tidak pernah bilang ke saya. Dulu pekerjaanya hanya bertani, karena kami punya lahan pertanian kakao sekitar satu hektar di kampung," tuturnya.
Sebelum mengetahui suaminya tewas dan masih dinyatakan hilang oleh pihak keluarga, Nur juga pernah melihat nama dan foto suaminya yang dipampang di Daftar Pencarian Orang (DPO) polisi karena diduga terlibat serangkaian kasus terorisme di Sulawesi Tengah, khususnya di Poso.
"Lihat nama dan fotonya sebagai DPO pasti kaget. Karena selama ditinggal, saya tidak pernah ketemu, apa lagi tahu aktivitas almarhum apa di luar sana," ungkap Nur.
Setelah polisi mengetahui bahwa Nur adalah istri salah seorang terduga teroris yang sedang dicari, pihak kepolisian setempat selalu mendatanginya. Tim Densus 88 Antiteror bahkan sangat sering mendatanginya.
"Mereka (Densus 88) datang untuk bertanya-tanya soal suami saya. Saya tidak menjawab juga, karena memang saya tidak tahu suami saya di mana dan aktivitasnya apa," ujarnya.
Nur bercerita bahwa dirinya dan Abu Urwah sudah lama saling kenal karena berasal dari kampung halaman yang sama di Kabupaten Sengkang, Sulawesi Selatan.
Keduanya bertemu kembali di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, daerah yang dikenal banyak pendatang karena merupakan salah satu daerah transmigrasi.
Delapan tahun silam Nur dan Abu Uwah menikah dan dikaruniai dua orang anak yang saat ini berumur tiga dan delapan tahun.
Saat ini Nur hanya tinggal bertiga bersama anak-anaknya di sebuah rumah sederhana di Dusun Uweralulu, Kecamatan Poso Pesisir Utara. Dia menghidupi anak-anaknya dengan bertani.
"Dari tiga tahun lalu setelah almarhum tidak ada, saya yang bertani untuk menghidupi keluarga," imbuh Nur.
Jenazah Abu Urwah belum bisa dibawa pulang
Sementara itu, Anggota Tim Pengacara Muslim (TPM) Sulawesi Tengah, Akbar Pangarise yang mendampingi keluarga menambahkan, jenazah almarhum Abu Urwah hingga kini masih disemayamkan di RS Bhayangkara.
Dia menyebutkan, jenazah almarhum belum bisa dibawah pulang untuk dimakamkan karena masih menunggu hasil otopsi dan DNA dari pihak kepolisian.
"Pihak keluarga meminta agar jenazah almarhum bisa segera dipulangkan karena beberapa alasan. Selain istri almarhum sudah yakin kalau itu suaminya, keluarga besarnya di Uweralulu juga sudah menunggu untuk pemakaman," terang Akbar kepada BeritaBenar.
Dia menyatakan juga akan memberikan bantuan hukum jika di tubuh jenazah ditemukan adanya tindakan kekerasan.
Berdasarkan keterangan pihak RS Bhayangkara dan Polda, hasil sampel DNA yang diambil dari Nur, seorang anaknya dan almarhum akan diketahui minggu depan.
Polisi mengatakan Abu Urwah alias Bado alias Osama merupakan salah satu anak buah Santoso yang paling mahir dan mengetahui segala medan di Poso.
Operasi dilanjutkan
Kepolisian mengatakan situasi di Poso sejauh ini aman terkendali namun akan segera kembali menggelar operasi Camar Maleo II di hutan pegunungan Poso untuk memburu kelompok Santoso.
Operasi itu nantinya akan melibatkan semua kesatuan keamanan yang ada.
"Mulai dari ratusan pesonel Polri dan TNI akan dilibatkan dalam operasi itu," ungkap Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulawesi Tengah, Brigjen Polisi Idham Aziz kepada BeritaBenar di Palu.
Idham juga meminta agar kelompok masyarakat yang berada di sekitar pegunungan lokasi persembunyian kelompok itu untuk tidak memberikan dukungan kepada kelompok Santoso.
Saat ini pihak berwenang memperkirakan anggota kelompok Santoso berjumlah kurang lebih 30-an orang. Kelompok ini sudah menjadi satu, setelah sebelumnya terpecah dua dengan kelompok Daeng Koro.
Kelompok Santoso bertambah setelah sisa kelompok Daeng Koro bergabung kembali dan masuk hutan bersama Santoso.
Daeng Koro dinyatakan tewas dalam baku tembak dengan aparat di pegunungan Sakinah Jaya, Desa Pangi, Kabupaten Parigi Moutong, Selawesi Tengah, 3 April lalu.
Aparat kepolisian di Poso dan Polda Sulawesi Tengah menerapkan penjagaan ketat terhadap aktivitas keluar dan masuk ke Poso di semua lini untuk mempersempit ruang gerak kelompok tersebut.