Juli, Pemerintah Targetkan Indonesia Pulih dari COVID-19

Sebagai negara terpadat populasi keempat di dunia, pelaksanaan tes pengujian COVID-19 di Indonesia tergolong rendah.
Arie Firdaus
2020.04.27
Jakarta
200427_ID_Covid_620.jpg Seorang petugas medis mengenakan alat pelindung diri mengambil sampel darah pengendara mobil dalam rangka pengujian COVID-19, di sebuah pusat kesehatan masyarakat di Surabaya, 22 April 2020.
AFP

Ketua tim gugus tugas penanganan COVID-19, Doni Monardo, menargetkan kasus positif mulai berkurang bulan Juni dan masyarakat Indonesia sudah dapat kembali “hidup normal" pada Juli mendatang.

Untuk mencapai target itu, pemerintah bakal mengintensifkan tes COVID-19 berbasis PCR (Polymerase Chain Reaction) hingga Mei mendatang, melacak kontak kasus positif secara lebih agresif, dan terus memperketat isolasi pasien positif, kata Doni.

"Presiden (Joko Widodo) telah meminta kami semua untuk bekerja lebih keras dan aparat juga bisa lebih tegas," kata Doni dalam keterangan pers virtual di Jakarta, Senin (27/4).

"Agar pada Juni kita mampu menurunkan kasus COVID-19 di Indonesia, sehingga pada Juli diharapkan kita sudah bisa mengawali hidup normal kembali," katanya.

Doni pun berharap masyarakat dapat membantu realisasi target dengan meningkatkan kesadaran kolektif serta berani mengingatkan satu sama lain agar tak berkerumun di tempat tertentu sehingga penyebarluasan virus dapat dihentikan.

"Upaya pencegahan corona tidak bisa dilakukan pemerintah sendiri. Seluruh komponen masyarakat harus ikut serta," lanjut Doni.

"Kami juga mengajak dan mengimbau seluruh pimpinan, tokoh masyarakat, tokoh agama, budayawan agar betul-betul peduli dengan keselamatan masyarakat kita. Jangan anggap sepele dan enteng wabah ini."

Pandu Riono, epidemiologis dari Universitas Indonesia, mengatakan di Twitter bahwa wabah COVID-19 di Indonesia belum mencapai puncaknya, sementara kasus di Australia, Selandia Baru, Thailand dan Vietnam sudah menunjukan kurva menurun.

“Pemodelan lain mengindikasikan Indonesia masih mendaki ke puncak, sementara negara-negara lain bersiap-siap menurun dan ada sudah menurun menuju kehidupan new normal pasca pandemi COVID-19. Tidak mungkin kembali ke normal, yang sudah banyak problemnya,” katanya.

Di Indonesia, anjuran untuk tetap tinggal di rumah memang tidak sepenuhnya dipatuhi oleh masyarakat.

Pada Jumat pekan lalu, misalnya, sebuah video yang menunjukkan sekelompok remaja merusak sebuah rumah warga di Pulogadung, Jakarta Timur, viral di media sosial.

Amukan itu dipicu sikap pemilik rumah yang melaporkan kegiatan salat tarawih di masjid di lingkungan tempat tinggalnya ke media sosial twitter Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Anies memang membatasi kegiatan di rumah ibadah sejak pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di ibu kota pada tanggal 10 April.

Tak terima dengan sikap pemilik rumah, sekelompok remaja kemudian meluapkan kekesalan dengan melempar petasan ke arah rumah, merusak pot tanaman, dan mendorong pagar.

Insiden ini, terang Camat Pulogadung, Bambang Pangestu, belakangan berujung damai dengan mediasi tokoh masyarakat dan aparat keamanan.

Angka tes rendah

Meski memiliki jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, Indonesia selama ini masih tergolong rendah dalam melakukan tes harian.

Pada 13 April lalu, Presiden Joko Widodo sempat mengutarakan keinginan untuk melakukan setidaknya 10 ribu tes per hari. Namun sampai kini, target itu tak pernah terwujud.

Sejak dua kasus pertama COVID-19 diumumkan (2/3), tes harian terbanyak tercatat dilakukan otoritas pada Minggu (12/4), yaitu 7.111 tes. Angka ini masih tertinggal, misalnya, dari Korea Selatan yang rata-rata bisa memeriksa sampai 15 ribu orang per hari.

Singapura, “negara kota” berpenduduk di bawah 6 juta, yang pada saat ini memiliki kasus COVID-19 terbanyak di Asia Tenggara dengan 14.423 kasus positif, telah melakukan total 121.000 lebih tes.

Secara keseluruhan, jumlah spesimen yang telah dites pemerintah Indonesia sampai hari ini adalah 59.409, dengan temuan kasus positif sebanyak 9.096 atau naik 214 kasus dari hari sebelumnya. Sementara korban meninggal dunia tercatat 765 orang dan sembuh sebanyak 1.151 orang.

Guna menambah kapasitas tes harian sehingga target hidup normal pada Juli tercapai, juru bicara pemerintah untuk Penanganan COVID-19, Achmad Yurianto, menambahkan otoritas akan memproduksi reagent, substansi kimia yang digunakan dalam pengujian virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19, di dalam negeri. Keterbatasan ketersediaan reagent selama ini disebut pemerintah menjadi salah satu faktor rendahnya angka tes harian di tanah air.

"Kami berharap untuk memproduksi secara mandiri. Ini penting dan menjadi prioritas pemerintah," kata Yurianto dalam konferensi pers via kanal Youtube Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

"Kami akan berusaha maksimal agar setidaknya mampu melaksanakan 10 ribu tes PCR per hari."

Hanya saja, Yurianto tak merinci lokasi atau perusahaan yang bakal membuat reagent untuk pasokan nasional.

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, lewat akun twitter dua hari lalu mengatakan, Bio Farma --perusahaan farmasi milik pemerintah yang berbasis di Bandung, Jawa Barat-- siap memproduksi reagent untuk tes PCR dengan kapasitas 50 ribu per pekan.

Sampai kini, pemerintah telah mendistribusikan 436 ribu reagent ke seluruh Indonesia. Reagent PCR tersebut mayoritas diimpor dari luar negeri, terbanyak dari Korea Selatan yang mencapai 415 ribu.

Pada hari Senin, Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) juga telah mengirimkan 20 metrik ton bantuan medis untuk Indonesia.

Pemerintah Iran juga bakal mengirimkan sejumlah peralatan untuk mendiagnosa COVID-19, ventilator, alat CT-Scan, dan masker N-95, menurut laporan kantor berita swasta Iran, Tasnim.

Bantuan ini disepakati usai Presiden Joko Widodo berbicara lewat telepon dengan Presiden Iran Hassan Rouhani, Senin.

Terkait tawaran bantuan, Jokowi mengapresiasinya dengan mengatakan bahwa semua negara, terutama sesama negara berpenduduk Islam, semestinya memang saling bantu dalam perjuangan melawan virus corona, menurut Tasnim.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.