KNKT Lanjutkan Pencarian CVR yang Dihentikan Lion Air

Lion Air mengatakan pencarian 10 hari dengan menggunakan kapal MPV Everest tidak mendapatkan hasil seperti diharapkan.
Tia Asmara
2019.01.03
Jakarta
190103_ID_LionAir_1000.jpg Dalam foto tertanggal 6 November 2018 ini, seorang keluarga korban pesawat Lion Air JT-610 menaburkan bunga dari atas kapal milik TNI AL di lokasi yang diyakini tempat pesawat tersebut jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, pada 29 Oktober 2018.
AP

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), pada Kamis, mengatakan akan melanjutkan pencarian Cockpit Voice Recorder (CVR) pesawat Lion Air, setelah maskapai penerbangan itu memutuskan untuk menghentikan pencarian bagian dari kotak hitam pesawat JT-610 yang jatuh di Tanjung Karawang, Jawa Barat, pada Oktober lalu itu.

"Kami sedang merencanakan operasi pencarian lanjutan untuk menemukan CVR dengan menggunakan kapal TNI Angkatan Laut. Saat ini sedang menunggu gelombang tinggi reda. Mungkin Selasa atau Rabu (depan) akan dimulai," kata Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjanto kepada BeritaBenar, Kamis, 3 Januari 2019.

Pencarian ini, katanya, tidak akan sebesar pencarian oleh Lion Air sebelumnya. Pada Desember lalu maskapai tersebut mengalokasikan dana Rp38 miliar, untuk melakukan pencarian kotak hitam kedua tersebut dengan menggunakan kapal MPV Everest milik Belanda.

"Kami sedang persiapkan semuanya, ada alat berupa radio yang rusak sedang kami usahakan pinjam dari pihak lain, dan kami akan lanjutkan pakai alat remote - operated vehicle (ROV) kecil saja," jelasnya.

Ia mengatakan pencarian CVR itu penting, sehingga penyebab jatuhnya Boeing 737 Max 8 yang menewaskan keseluruhan 189 penumpang dan kru pesawat itu pada 29 Oktober 2018 dapat diketahui.

"Kalau tidak ketemu, kita tidak tahu si pilot ngapain dalam pesawat, perlu data rekaman untuk melengkapi, jadi hasil investigasi tidak menebak-nebak," katanya

"Kami sudah pegang data posisi puing pesawat dimana, black box sudah tahu dimana titik sudah dicatat semua, semua ada tiga titik suspect utama," papar Soerjanto.

Ia menambahkan bagian puing yang ditemukan diyakini sebagai pecahan ekor pesawat dan benda yang diduga kerangka CVR.

"Bagian dari CVR itu kerangkanya ketemu tapi yang menyimpan data terpisah. CVR-nya terpotong. Kerangka sudah ditemukan tapi yang bulat silinder tempat CVR-nya nyimpan data CVR memory chip hilang (belum ketemu)," ujarnya.

Sebelumnya, Soerjanto saat menyampaikan rekomendasi KNKT pada 7 November lalu, menyatakan sehari sebelum pesawat tersebut jatuh, pada penerbangan rute Bali – Jakarta, terjadi kesalahan input dari sensor pada sikap pesawat terhadap aliran udara (Angle of Attack/AOA).

"Keberhasilan pilot menerbangkan pesawat yang mengalami kerusakan menjadi dasar KNKT untuk menginvestigasi mengenai apa yang terjadi dan mencegah agar kecelakaan serupa terjadi (lagi)," pungkas Soerjanto.

Lion Air akhiri pencarian

Pihak Lion Air mengatakan bahwa mereka telah mengakhiri pencarian jenasah korban dan CVR pesawat tersebut pada akhir minggu lalu.

"Ya betul itu sudah berakhir Sabtu kemarin, 29 Desember lalu," ungkap juru bicara Lion Air, Danang Mandala Prihantoro, kepada BeritaBenar di Jakarta.

Proses pencarian yang menggunakan kapal MPV Everest telah difokuskan berdasarkan pemetaan terakhir area koordinat jatuhnya pesawat bernomor registrasi PK-LQP sejak 20 Desember lalu.

Danang mengatakan selama masa pencarian 10 hari, pihaknya tidak mendapatkan hasil seperti diharapkan.

"Segala upaya sudah dilakukan maksimal tapi ada berbagai kendala seperti ombak, arus dasar laut, jarak pandang," katanya.

Kecelakaan pesawat ketika sedang dalam penerbangan dari Jakarta ke Pangkal Pinang di Kepulauan Bangka Belitung, merupakan yang pertama menimpa pesawat jenis Max 8.

Blackbox pertama berupa Flight Data Recorder (FDR) telah ditemukan beberapa waktu lalu dalam keadaan terbelah sementara CVR belum diketahui keberadaannya.

Kecewa

Perwakilan Keluarga Korban Pesawat Lion JT-610 , Engki Bocana, menyatakan kekecewaannya terkait penghentian pencarian jenasah korban kecelakaan pesawat naas itu.

Pasalnya, menurutnya, pihak Lion Air memberikan harapan yang tinggi kepada pihak keluarga. "Lion Air itu banyak janjinya seperti pencarian akan direkam kegiatan dalam kapal, keluarga akan diajak naik kapal diikutkan dalam pencarian. Tapi semua itu bohong tidak ada yang ditepati," kata dia kepada BeritaBenar melalui telpon.

Keponakannya, Tami Julian menaiki pesawat itu. Jenasahnya dapat teridentifikasi pada hari ke-17 pasca kecelakaan.

Menurutnya, pihak Lion Air sebenarnya tidak berfokus mencari jenasah korban, melainkan menjalankan kesepakatan dengan KNKT untuk mencari CVR.

"Ngomongnya aja di media kalau mencari jenasah padahal mereka fokus mencari CVR," ujarnya.

Ia menggagas pencarian mandiri dengan membayar penyelam profesional untuk melanjutkan pencarian korban selama beberapa hari.

"Banyak ditemukan puing pesawat tapi kami terkendala cuaca yang buruk sehingga belum bisa menemukan jenasah," ujarnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.