Kuburan dan Mayat Korban MIT Ditemukan

TNI/Polri yang tergabung dalam Operasi Tinombala terus memburu 12 DPO Mujahidin Indonesia Timur, meski pimpinannya, Basri alias Bagong, sudah ditangkap.
Keisyah Aprilia
2016.09.16
Palu
160916_ID_Poso_1000.jpg Kabid Humas Polda Sulteng, AKBP Hari Suprapto memperlihatkan gambar kaos dan beberapa potongan kerangka mayat yang diduga Agus Pananto dalam jumpa pers di Palu, 16 September 2016.
Keisyah Aprilia/BeritaBenar

Polisi Sulawesi Tengah (Sulteng) telah menggali sebuah kuburan dan menemukan satu mayat yang diduga korban pembunuhan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT), menyusul ditangkapnya Basri, tokoh utama kelompok militan itu sepeninggalan Santoso yang tewas Juli lalu. Polisi masih mencari kuburan tiga mayat lagi.

Kabid Humas Polda Sulteng AKBP Hari Suprapto mengatakan kepada wartawan di Palu, Jumat, 16 September 2016, bahwa penemuan itu berawal dari kesaksian Basri dan anggota MIT lainnya yang ditangkap.

"Jenazah itu salah satu korban dari empat korban kelompok MIT dari pengakuan mereka yang dibunuh September 2015 lalu," tutur Hari kepada wartawan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, diduga mayat itu adalah Agus Pananto (58), seorang petani. Ia ditemukan terkubur di Kilometer 17 Pegunungan Desa Salubanga, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong. Agus dibunuh karena diduga melapor ke polisi tentang keberaan MIT yang pernah melintas di perkebunannya.

Operasi pencarian dimulai sejak Kamis hingga Jumat dengan melibatkan 45 petugas, termasuk tim Inafis. Tim menemukan kuburan korban pada pukul 09.30 WITA Jumat karena lokasinya jauh di pedalaman.

“Kondisi jenazah tinggal kerangka, tapi masih terdapat pakaian serta celana. Tidak ada barang bukti lain," jelas Hari.

Kerangka jenazah tersebut tengah disatukan untuk dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara guna proses identifikasi lebih lanjut.

"Sudah ada satu keluarga yang mengklaim. Tapi kepastiannya, mereka akan kita ambil sample DNA-nya untuk kemudian nanti dicocokkan," imbuh Hari.

Tersisa tiga mayat

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sulteng, Kombes Helmi, menambahkan masih ada tiga jenazah lagi dalam pencarian di dua lokasi yang berbeda.

"Dari pengakuan mereka, ada tiga mayat korban di dua lokasi yaitu Desa Sedoa dan Tamadue, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso," katanya.

Helmi menjelaskan, selama MIT bergerilya di hutan dan pegunungan Poso serta Parigi Moutong, mereka beberapa kali melakukan pembunuhan terhadap warga sipil.

“Yang terparah ada di wilayah Parigi Moutong, di mana mereka memenggal tiga kepala petani pada September 2015 lalu,” ujar Helmi.

Kelompok yang diklaim sudah berbaiat terhadap Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) itu juga menculik dan kemudian membunuh tiga warga yang mencari rotan dan damar di Desa Sedoa.

Helmi meyebutkan, dari hasil pemeriksaan terhadap pengikut MIT yang telah ditangkap, diketahui pelaku yang mengeksekusi Agus adalah Yono Sayur yang dibantu tiga anggota MIT lain.

"Jadi dua anggota memegang korban, satu merekam, dan Yono Sayur yang memenggal. Hingga kini, Yono masih DPO (Daftar Pencarian Orang) bersama 11 DPO tersisa," tandasnya.

Operasi terus berjalan

Sementara itu, pasukan TNI/Polri yang tergabung dalam satuan tugas Operasi Tinombala terus memburu 12 DPO MIT yang masih bersembunyi di pegunungan Poso meski tokoh utamanya, Basri alias Bagong, sudah ditangkap dua hari lalu.

Upaya persuasif juga dilakukan dengan menyebarkan maklumat di titik-titik yang diduga dilalui kelompok tersebut. Maklumat itu berisi imbauan agar mereka menyerahkan diri.

Direktur Lembaga Pengembangan Studi Hukum dan Advokasi Hak Asasi Manusia (LPS-HAM), Moh Affandi, meminta pasukan keamanan untuk mengubah pola operasi agar 12 DPO yang tersisa bisa ditangkap hidup atau menyerahkan diri.

"Penyebaran maklumat untuk mengajak mereka menyerahkan diri, sudah sangat tepat,” katanya kepada BeritaBenar.

“Tinggal bagaimana aparat mengubah pola sehingga saat operasi tidak mengedepankan tembak di tempat, tetapi mengajak agar mereka menyerah dengan baik-baik."

Terkait penangkapan Basri dan istrinya, Affandi menyebutkan, penyidik yang memeriksa harus benar-benar memperlakukan dengan baik dan menunggu kesehatannya benar-benar pulih.

"Pokoknya jangan diabaikan hak Basri, karena itu sudah janji Kapolri," ujarnya.

Sepanjang Operasi Tinombala 2016 melibatkan lebih dari 2.000 personel polisi dan TNI digelar, tercatat tujuh anggota MIT ditangkap hidup dan belasan lain, termasuk Santoso serta lima suku etnis Uighur, tewas ditembak.

Dari tujuh militan yang ditangkap dalam beberapa bulan terakhir, termasuk istri Santoso, Basri, dan istrinya.

"Data kita tujuh orang yang ditangkap hidup. Semua masih dalam proses penyidikan dan belum disidangkan karena masih pengembangan lebih lanjut," pungkas Hari.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.