Di Malang, Lawan Radikalisme dengan Tumbuhkan Kembali Budaya Toleransi

Heni Rahayu
2015.12.23
Malang
bansernu-620 Sejumlah personel Barisan Ansor Serbaguna (Banser) melakukan foto bersama usai mengikuti apel siaga pengamanan Natal di Malang, Rabu 23 Desember 2015.
Photo: Benar

Komunitas lintas iman meneguhkan kembali komitmen untuk menjaga kerukunan dan toleransi antarumat beragama, terutama menjelang perayaan Natal dan Maulid Nabi Muhammad SAW yang hampir bersamaan.

Komunitas terdiri dari berbagai elemen di Malang bertemu untuk menyatakan sikap bersama pada 21 Desember.

Hal itu ditempuh menyusul ancaman kelompok tertentu yang akan merazia pusat perbelanjaan dan hotel yang dilaporkan mewajibkan pegawainya mengenakan pakaian sinterklas. Kelompok tersebut juga melarang umat Islam mengucapkan selamat Natal.

Anggota Pengurus Pusat Lembaga Seni Budaya Muslimin Nahdhatul Ulama (Lesbumi NU), Aji Prasetyo menyatakan selama beberapa tahun terakhir tersebar isu intolerasi di Malang, meliputi deklarasi Ansharul Khilafah Jawa Timur yang mendukung Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan beredar spanduk larangan mengucapkan selamat Natal.

"Malang selama ini terjalin komunikasi lintas iman, saling menghargai dan merawat toleransi," ujarnya.

Toleransi, menurut Aji, terbangun sejak lama. Terjadi interaksi lintas iman secara kultural dan alamiah. Belakangan sejumlah gerakan radikal mengatasnamakan agama mulai menciderai nilai-nilai toleransi.

"Tahun lalu mereka mensweeping sebuah pusat perbelanjaan," katanya kepada BeritaBenar, Rabu.

Untuk mencegah pergesekan dan hal-hal yang mencederai toleransi, mereka mendeklarasikan "Malang Damai". Isinya mengajak seluruh elemen lintas agama untuk menjaga kerukunan dan mencegah gerakan massa yang memicu perpecahan dan intoleransi.

Selain itu, mereka meneguhkan komitmen untuk menjaga toleransi lintas iman yang terbangun sejak lama. Mereka mendesak aparat penegak hukum untuk menindak organisasi masyarakat yang melakukan tindakan  intoleransi karena aksinya meresahkan umat.

Menurut Ketua Gerakan Pemuda Ansor Cabang Kabupaten Malang, Hasan Abadi, setiap warga negara dijamin untuk melaksanakan amalan agama tanpa intervensi dari siapapun. Jika ada aksi sweeping, katanya, justru akan menodai agama Islam yang rahmatal lil’alamin (rahmat bagi seluruh alam).

"Muslim yang mayoritas seharusnya melindungi agama minoritas. Bukan sebaliknya menebar ancaman dan ketakutan," ujar Hasan Abadi.

Ia menambahkan ucapan selamat Natal tak ada kaitannya dengan mengimani keyakinan agama lain. Justru ucapan tersebut membangun toleransi dan kerukunan umat beragama.

Ansor mengajak semua kelompok untuk saling menghargai. Ansor, katanya, juga mencegah aksi kekerasan dan tak terpancing atas provokasi kelompok tertentu dengan mengatasnamakan Islam.

Toleransi sejak dulu

Hasan menjelaskan toleransi terbangun sejak dulu di lingkungan dan pedesaan. Saat Idul Fitri, katanya, umat Nasrani saling berkunjung, mengucapkan selamat berlebaran dan bermaaf-maafan. Sebaliknya ketika Natal, kaum Muslim bertemu dan memberikan ucapan selamat Natal.

"Di desa saya, terjalin toleransi sejak lama. Mereka berbagi makanan sebagai wujud syukur," ujarnya kepada BeritaBenar, Rabu.

Toleransi juga terjalin di kota. Sebagai contoh Bangunan Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) Immanuel hanya terpisah sebuah gedung dengan Masjid Agung Jami' Kota Malang. Kedua rumah ibadah ini terletak di sebelah barat Alun-Alun Merdeka Malang. Kedunya didirikan sejak lama.

Meski berdekatan, namun tak pernah ada gesekan atau pertentangan. Bahkan, kedua pengurus tempat ibadat sering bekerjasama dan membangun toleransi. Ketika perayaan Natal, Banser NU dan remaja masjid membantu berjaga keamanan dan tempat parkir jemaat.

"Toleransi terbangun sejak dulu, sudah turun temurun," kata Ketua Pengurus GPIB Immanuel, Wido Pradipto.

Sepanjang sejarah tak ada konflik antarumat beragama di Malang. Mereka saling menghargai. Dalam sejarah, terekam jejak toleransi. Remaja Muslim dan Kristen saling bekerjasama dalam menata keindahan kawasan. Mereka mengecat median jalan dan membersihkan lingkungan.

Banser amankan gereja

Sekitar seribu Barisan Ansor Serbaguna (Banser) diturunkan untuk mengamankan misa Natal di sejumlah gereja. Seluruh anggota Banser yang tersebar di 33 anak cabang tingkat kecamatan dikerahkan untuk berpatroli. Mereka disebar di sejumlah titik bekerjasama dengan kepolisian setempat.

Upaya Banser membantu pengamanan misa Natal sebagai wujud toleransi antarumat beragama seperti telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir. Mereka bertugas agar terjalin kerukunan antar umat beragama.

"Banser mengamankan toleransi antar umat, tidak mencampuradukkan agama," ujar Hasan.

Sementara aparat kemanana mengerahkan 1.100 personil untuk siaga Natal dan Tahun Baru. Mereka terdiri dari 600 personil Kepolisian Resor Malang Kota dan bantuan pengamanan dari TNI, organisasi masyarakat, Dinas Perhubungan dan Satuan Polisi Pamong Praja.

"Tim penjinak bahan peledak akan dikerahkan untuk menyisir gereja. Mengantisipasi bahan peledak," kata Kepala Kepolisian Resor Malang Kota, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Singgamata.

"Seluruh personil harus waspada," tambahnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.