China perdalam hubungan dengan presiden terpilih Prabowo seiring lawatan menlunya ke Jakarta
2024.04.18
Jakarta
Menteri Luar Negeri China bertemu dengan Presiden Joko “Jokowi” Widodo yang akan segera berakhir masa jabatannya dan memperdalam hubungan dengan penggantinya, Prabowo Subianto, di Jakarta pada Kamis (18/4), di tengah persaingan dengan Amerika Serikat untuk mendapatkan pengaruh regional.
Pertemuan dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) China Wang Yi adalah bagian dari komitmen bersama untuk memajukan kemitraan kedua negara, kata Prabowo, yang sebelumnya mengunjungi Beijing setelah kemenangannya dalam pemilihan presiden bulan Februari lalu.
“Kehormatan besar saya hari ini menerima Beliau (Wang Yi) dan terima kasih atas penerimaan yang baik kepada saya di Beijing beberapa minggu lalu,” kata Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo, menurut pernyataan Kementerian Pertahanan Indonesia.
Kunjungan Prabowo ke Beijing akhir bulan lalu atas undangan Presiden China Xi Jinping telah menimbulkan pertanyaan di kalangan sejumlah analis yang mengatakan bahwa sebelumnya tidak ada presiden terpilih yang melakukan kunjungan ke luar negeri sebelum dilantik.
Wang Yi juga mengungkapkan penghargaannya atas kunjungan Prabowo pada tanggal 31 Maret hingga 2 April ke Beijing seperti dinyatakan dalam statemen Kementerian Pertahanan.
“Kami sangat mengapresiasi dan menyambut baik kunjungan Menhan Prabowo ke China,” ungkap Menlu Wang, “kami berkomitmen untuk terus meningkatkan kerja sama bilateral dengan Indonesia, baik di bidang pertahanan maupun bidang lain seperti ekonomi, sosial, dan budaya.”
Pada hari yang sama, Wang juga bertemu dengan Jokowi di Jakarta, yang menjadi persinggahan pertama Wang dalam lawatan enam harinya di kawasan Asia Tenggara, termasuk Kamboja dan Papua Nugini.
Pada Jumat diplomat tertinggi China itu berangkat ke Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur untuk menghadiri acara China-Indonesia High-Level Dialogue Cooperation Mechanism.
Wang membahas sejumlah topik dengan Prabowo, terutama menyangkut bidang pertahanan seperti kerja sama pendidikan dan pelatihan, ungkap Juru Bicara Kementerian Pertahanan RI Brigjen TNI Edwin Adrian Sumantha.
“Terkait kerja sama di bidang pendidikan dan pelatihan militer misalnya, Indonesia dan China sudah melaksanakannya sejak tahun 1970-an,” kata Edwin kepada BenarNews.
Menurutnya, saat ini sejumlah personel pertahanan Indonesia sedang belajar di China, termasuk di Sekolah Staf dan Komando serta program pelatihan militer lainnya.
“Di sisi lain, personel militer China juga bersekolah di lembaga pendidikan militer serupa di Indonesia,” kata dia.
Kementerian Pertahanan Indonesia juga menyatakan bahwa China adalah mitra dekat Indonesia dan telah memiliki hubungan bilateral yang erat, terutama di bidang pertahanan, sejak lama.”
China juga telah menginvestasikan miliaran dolar dalam proyek-proyek infrastruktur di Indonesia terutama dalam proyek Belt and Road Initiative (BRI). Kereta cepat Jakarta-Bandung yang telah beroperasi secara komersial sejak Oktober 2023 adalah salah satu proyek BRI.
Sebagian besar pihak meyakini bahwa kedua negara telah menjadi lebih dekat selama masa jabatan Presiden Jokowi, dan Beijing ingin hal ini terus berlanjut seiring dengan upaya AS untuk mengimbangi pengaruh besar Tiongkok di Asia Tenggara, kata para analis.
Serukan gencatan senjata di Gaza
Baik Indonesia dan China memiliki posisi yang sama mengenai konflik antara Hamas dan Israel dan ingin melihat deeskalasi di wilayah tersebut, kata Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi.
Serangan Israel telah menewaskan lebih dari 33.000 warga Palestina sebagai balasan atas serangan 7 Oktober terhadap negara Yahudi itu oleh kelompok militan Palestina Hamas, yang menewaskan sekitar 1.100 warga di Israel dan menawan lebih dari seratusan lainnya.
“Kami juga mempunyai pandangan yang sama mengenai pentingnya gencatan senjata di Gaza dan menyelesaikan masalah Palestina secara adil melalui solusi dua negara,” kata Retno kepada wartawan usai bertemu dengan Wang.
“Indonesia akan mendukung keanggotaan penuh Palestina di PBB. Stabilitas Timur Tengah tidak akan terwujud tanpa penyelesaian masalah Palestina.”
Wang mengatakan dia berharap Amerika Serikat tidak akan memveto resolusi Dewan Keamanan PBB untuk gencatan senjata di Gaza, menurut pernyataan yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Wang juga mengkritik AS karena berulang kali memveto resolusi PBB mengenai gencatan senjata di Gaza dan abstain dalam resolusi pertama yang disahkan sejak awal konflik.
“Konflik di Gaza telah berlangsung selama setengah tahun dan menyebabkan tragedi kemanusiaan yang jarang terjadi di abad ke-21,” kata Wang dalam konferensi pers yang dilakukan bersama Menlu Retno tersebut.
“Dewan Keamanan PBB menanggapi seruan komunitas internasional dan terus meninjau rancangan resolusi gencatan senjata di Gaza, namun berulang kali diveto oleh Amerika Serikat,” tambahnya.
Meningkatkan posisi tawar China
Konflik di Timur Tengah menawarkan peluang strategis bagi Tiongkok untuk semakin memperluas pengaruhnya di kawasan, sehingga melemahkan pengaruh AS, kata Muhamad Arif, dosen Hubungan Internasional di Universitas Indonesia.
“China berusaha memperkuat posisinya sebagai pemain kunci di kawasan ini,” kata Arief kepada BenarNews, seraya menambahkan bahwa konflik ini menguntungkan China karena mengalihkan perhatian dan sumber daya AS yang terbatas dari Asia Pasifik.
Senada dengan Arif, pakar Hubungan Internasional Universitas Paramadina, Reza Widyarsa, mengatakan China ingin berbagi peran besarnya di dunia karena China memiliki kepentingan di Timur Tengah untuk mengamankan rantai pasokan dunia.
“China mengimpor minyak ke Timur Tengah. Ia juga mendamaikan Iran dengan Arab Saudi. Jadi dalam hal ini dia memainkan perannya sebagai pemain besar di dunia internasional karena kepentingannya juga, ujarnya.
Yeremia Lalisang, staf pengajar di Departemen Hubungan Internasional Universitas Indonesia, mengatakan bahwa pernyataan Wang yang menyerukan gencatan senjata di Gaza menunjukkan bahwa China sedang berusaha mencari tahu posisi Indonesia.
"China perlu tahu itu, sebagai salah satu kekuatan besar di dunia yang tidak punya konflik terbuka dengan negara lain dan hanya mempunyai potensi berkonflik di Laut China Selatan," ujar Yeremia.