Dengan Penglihatan Masih Terganggu, Novel Baswedan Kembali Bekerja

Penyidik KPK itu mengatakan ia tidak menaruh dendam namun mendesak kasusnya diungkap.
Ahmad Syamsudin
2018.07.27
Jakarta
180727_ID_NovelBaswedan_1000.jpg Novel Baswedan, penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (tengah) menyampaikan pidato setibanya di gedung KPK di Jakarta, 22 Februari 2018.
AP

Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan, yang hampir buta karena serangan penyiraman air keras lebih dari setahun yang lalu saat ia menyelidiki sebuah kasus korupsi, hari Jumat kembali bekerja di tengah sambutan hangat dari karyawan dan pimpinan lembaga antirasuah itu.

"Yang berjuang memberantas korupsi pasti akan dimusuhi, baik itu diteror atau difitnah,” ujar Novel, di depan rekan-rekannya di pelataran gedung KPK, di Jakarta, Jumat, 27 Juli 2018.

"Saya tidak dendam. Ini bukan cuma dari mulut saja tapi dari hati,” kata Novel dengan air mata yang tidak bisa dibendungnya.

“Tapi saya tidak akan berhenti bersuara untuk semua itu diungkap. Saya tetap bicara dengan risiko apa pun."

Pada bulan April tahun lalu sepulang salat subuh di sebuah masjid di kediamannya di Jakarta Utara, dua orang tak dikenal mengendarai sepeda motor menyiramkan air keras ke wajah mantan anggota kepolisian tersebut. Ketika itu Novel adalah penyelidik utama kasus korupsi proyek e-KTP yang menyebabkan negara menderita kerugian sebesar Rp2,3 triliun. Kasus tersebut menjerat sejumlah pejabat, termasuk ketua DPR saat itu, Setya Novanto.

Novanto pada April lalu menerima hukuman 15 tahun penjara karena terbukti bersalah dalam kasus tersebut.

Novel mengatakan telah memaafkan para penyerangnya. Tapi kasus itu harus diselesaikan, tegasnya, dan mendesak Presiden Joko "Jokowi" Widodo membentuk tim independen untuk menyelidiki serangan yang membuat matanya buta sebagian.

Polisi merilis sketsa dua tersangka, tetapi belum ada penangkapan yang dilakukan.

Novel sempat mengatakan bahwa seorang tokoh penting dalam penegakan hukum, yang dia tidak sebut namanya, berada di belakang serangan itu. .

“Saya mendesak Bapak Presiden. Mengapa tidak Bapak Kapolri? Saya sejak awal sampaikan polisi tidak mau untuk ungkap ini, oleh karena itu saya minta pada atasan polisi,” katanya kepada para wartawan.

Rekan-rekan Novel bersorak gembira dengan membawa poster-poster menuntut agar penyerangnya dibawa ke pengadilan.

Juru bicara Polda Metro Jaya, Argo Yuwono, mengatakan penyelidikan kasus itu terus berlanjut.

"Ya sekarang enggak ada informasi masyarakat siapa yang nyiram. Yang mengetahui ada enggak? Ya kami masih mencari siapa pelakunya. Kami masih tetap kerja keras.

Pasca serangan tersebut, Novel menjalani serangkaian operasi mata di Singapura.

"Walaupun kondisi mata saya belum sepenuhnya pulih tapi ini jauh lebih baik dari yang saya sangka. Saya menyangka saya nggak akan bisa melihat lagi,” ucapnya.

“Sebagaimana kawan lihat saya bisa melihat dan penglihatan ini saya akan gunakan sebaik-baiknya."

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.