Pasukan Anti Teror Telah Diresmikan
2015.06.09
TNI telah meresmikan pasukan gabungan khusus untuk melawan terorisme tanggal 9 Juni di Jakarta.
“Ini untuk memberikan deterrence effect…para pelaku teror jangan macam-macam, kami punya pasukan khusus. Ini memberikan rasa aman kepada masyarakat,'' kata Jenderal TNI Moeldoko kepada wartawan di Jakarta tanggal 9 Juni sebelum peresmian.
Tujuan Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopssusgab) agar bisa memberikan efek pencegahan bagi tindak terorisme di Indonesia.
Koopssusgab terdiri dari pasukan pilihan Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara Indonesia.
Moeldoko mengunjungi tempat latihan penanggulangan teror di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat sebelum meresmikannya.
Tema latihan tersebut adalah Penanggulangan Aksi Terorisme Untuk Menghancurkan Kelompok Teroris Guna Memelihara Stabilitas Keamanan di Wilayah Dalam Rangka Operasi Militer Selain Perang.
Peresmian dihadiri Menteri Koordinator Politik Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkopolhukam) Tedjo Edhy Purdijatno, para Kepala Staf masing-masing Angkatan dan para prajurit yang bergabung dalam Koopssusgab.
Dibawah Komando Presiden
Panglima TNI menjelaskan bahwa akan bekerja sama dengan Densus 88.
“Sehingga kedua lembaga tidak overlap dengan tugas Unit Kontra Terorisme Polri, Densus 88” lanjut Moledoko.
Koopssusgab akan dipimpin komandan yang berasal dari Komandan tiap satuan dengan rotasi setiap enam bulan.
“Untuk enam bulan pertama ini Koopssusgab akan dipimpin oleh Komandan Jenderal Kopassus, Doni Monardo,” lanjut Moeldoko.
Jumlah pasukan inti anti teror ini hanya 60 orang dan ditambah dengan staf pelengkap lainnya jumlahnya sementara ada 90 orang.
“Tetapi kemampuan mereka bukan lagi kemampuan standard,” kata Moeldoko
Tedjo Edhy mengatakan pembentukan Koopssusgab ini sangat penting karena negara Indonesia menghadapi ancaman teroris dari dalam dan luar negeri secara berkelanjutan.
“Ancaman teror dan semakin berkembangnya paham radikalisme perlu diantisipasi dengan kesiapan militer,” kata Tedjo Edhy tanggal 9 Juni.
Pasukan Gabungan akan ditempatkan di Sentul, Jawa Barat.
Moeldoko menjelaskan bahwa operasional Pasukan Khusus untuk memerangi terorisme akan dilakukan jika diminta oleh Densus 88 atau mendapat komando langsung dari Presiden.
Tedjo Edhy menjelaskan Latihan Koopssusgab oleh 478 personel, terdiri dari Pasukan Khusus dan pendukung, 12 helikopter dan 12 kendaraan taktis, 9 ambulance, dan lainnya.
"Latihan ini untuk mengantisipasi kemungkinan adanya aksi teror yang mengancam kepentingan bangsa dan negara," lanjut Tedjo Edhy.
Ia juga menambahkan bahwa latihan menggunakan beberapa teknik pembebasan tawanan, perebutan senjata, pertempuran jarak dekat dan taktik infiltrasi darat, laut, dan udara.
“Semua skill yang diperlukan untuk mejaga keamanan negara,” kata Tedjo Edhy.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Saud Usman Nasution, menyambut baik adanya kerjasama yang dilakukan antara Kepolisian dan militer untuk memerangi teroris dan menjaga keamanan.
“Ini adalah usaha yang baik dan kita akan bisa menjaga stabilitas Indonesia. Ini adalah bagian dari hardpower yang juga menjadi prioritas Polri,” katanya kepada BeritaBenar tanggal 9 Juni lewat telefon.
Saud mengatakan tetapi upaya ini harus diimbangi dengan pendekatan soft power yaitu penyadaran melalui jalur pendidikan, panduan ulama serta rehabilitasi.
“Keduanya diperlukan dalam usaha memerangi terorisme Indonesia,” katanya.