Peran Militer Dalam Memerangi Terorisme "Pasukan Gabungan" Akan Diresmikan

Oleh Aditya Surya
2015.06.08
150608_ID_ADITYA_PASUKAN_KHUSUS_700.jpg TNI dalam latihan Komando Gabungan Militer besar di Poso, di Sulawesi Tengah, tanggal 31 Maret 2015.
AFP

Indonesia akan meresmikan pasukan militer gabungan untuk menangkal terorisme dan menjaga stabilitas keamanan Indonesia tanggal 9 Juni, kata Panglima Tentara Republik Indonesia (TNI), Jenderal Moeldoko.

“Peresmian akan dilakukan besok. Satuan ini terdiri dari Gabungan Pasukan terpilih dari setiap komando,” kata Jenderal Moeldoko kepada wartawan di Jakarta Senin, 8 Juni.

Moeldoko menyebutkan “Satuan Operasi Komando Khusus Gabungan sebagai pasukan elit” karena pasukan ini terdiri dari prajurit pilihan dari setiap komando militer: Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara Indonesia.

Moeldoko menambahkan bahwa kekuatan dari satuan khusus ini termasuk jumlah personel dan jenis persenjataan masih belum dapat disampaikan kepada publik.

"Pasukan ini siap digerakkan ke seluruh Indonesia dalam waktu sesingkat-singkatnya dan kapan saja," lanjut Moeldoko.

Peresmian pasukan khusus akan diikuti dengan satu hari latihan gabungan. Pasukan ini akan ditempatkan di Sentul, Jawa Barat.

"Latihan ini bertujuan untuk mengatasi ancaman terorisme dalam skala masif," katanya.

Penting

Menteri Koordinator Politik Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkopolhukam) Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan bahwa pembentukan pasukan khusus ini penting untuk memastikan Indonesia dalam keadaan aman.

“Bukan hanya untuk mengatasi masalah terorisme tapi juga untuk masalah lainnya terkait dengan keamanan,” kata Tedjo Edhy kepada BeritaBenar tanggal 8 Juni.

Tedjo Edhy menjelaskan pasukan khusus juga bisa difungsikan untuk mengawal para pejabat atapun mengawal terpidana mati seperti kasus narkoba, dan pengamanan lainnya.

“Tetapi semuanya memerlukan pelatihan dan prosedur standar operasional yang jelas," katanya lanjut.

Moeldoko mengatakan bahwa latihan gabungan yang akan dilaksanakan besok bukanlah yang pertama kalinya. Sebelumnya pasukan ini telah berlatih di kawasan hutan Poso.

“Dalam latihan tersebut Daeng Koro, tangan kanan Santoso, gembong militan Poso, dan salah satu pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) berhasil diringkus,” katanya. Daeng Koro, yang nama aslinya adalah Sabar Subagio, merupakan orang kunci pengadaan senjata inventaris MIT.

“Kasus penangkapan teroris dan pendukung ISIS [Negara Islam Irak dan Suriah] menunjukkan bahwa Indonesia rentan dengan ancaman teror,” kata Tedjo Edhy.

Catatan buruk

Sampai saat ini, militer Indonesia tidak memiliki peran formal dalam memerangi terorisme, dan beberapa aktivis melihat perubahan ini sebagai perluasan kekuasaan militer.

Orde Baru dibawah pemerintahan Soeharto memiliki catatan buruk terhadap peranan militer. Militer digunakan oleh otoritarian regime untuk memberikan kontrol, dominasi dan represi terhadap masyarakat.

“Teror diberikan kepada mereka yang menentang kebijakan pemerintah. Pada saat yang sama penculikan, pembunuhan dan penembakan aktivis terus berlangsung. Kasus Mei 1998 adalah contoh nyata,” kata Krisbiantoro, Wakil Ketua Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) kepada BeritaBenar tanggal 8 Juni.

Krisbiantoro mengkritisi kembalinya militer dalam urusan militer.

“Kenapa militer diberi peranan lebih besar lagi jika sampai sekarang pemerintah Indonesia belum berhasil menyelesaikan kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang melibatkan militer,” katanya.

Eric Hiariej, dosen dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta mengatakan bahwa peran militer harus dibatasi sehingga tidak mengulang kesalahan di masa lalu.

“Militer harus dibatasi peranannya untuk tidak terlibat dalam masalah politik Indonesia,” katanya kepada BeritaBenar.

“Kita harus mempertahankan nilai-nilai demokrasi yang telah kita perjuangkan dengan keras,” katanya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.