Sebelas Paus Pilot yang Ditemukan Mati di Pantai NTT Dikubur
2020.07.31
Jakarta
Sebelas ikan paus pilot yang ditemukan mati setelah terdampar di pantai di Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT) telah dikubur, kata kepolisian setempat Jumat (31/7).
Binatang mamalia laut yang dilindungi itu ditemukan oleh warga di pantai Lie Jaka dan Pantai Be, Pulau Raijua, pada Kamis dalam kondisi luka-luka dan saat ditemukan hanya satu dari 11 ikan itu yang masih hidup, kata Kapolres Sabu Raijua, AKBP Jack Seubelan.
“Awalnya ditemukan lima ekor. Kemudian ada laporan lagi dari warga ditemukan enam ekor lagi di lokasi yang lain, satu masih hidup dan digiring ke laut kembali oleh nelayan bersama masyarakat,” kata Jack Seubelan, saaat dihubungi BenarNews.
Belum diketahui penyebab terdamparnya mamalia laut tersebut, kata pejabat setempat.
Jumat siang warga di pulau terpencil itu kembali menemukan seekor paus dari jenis yang sama dalam kondisi yang menyedihkan, kata Jack.
“Di bagian tubuhnya terdapat luka-luka seperti itu. Kita perkirakan ini paus yang kemarin sempat didorong ke laut oleh nelayan kembali lagi dan mati,” ujar Jack.
Paus yang terdampar itu memiliki panjang ukuran badan 6-7 meter, dengan lebar 0,9 hingga 1,2 meter.
Sempat hendak dikonsumsi
Beberapa di antara paus yang ditemukan mati sempat dipotong-potong warga dan rencananya hendak di konsumsi, namun petugas mencegahnya.
“Masyarakat di daerah ini sangat terpencil, tinggal di pulau jadi mereka juga tidak tahu. Selain dilindungi kita khawatir kalau daging ikan paus mati ini beracun. Setelah diberikan pengertian oleh petugas mereka tidak jadi mengambil dagingnya,” ujarnya.
Akhirnya warga bersedia mengembalikan lagi daging paus yang sempat diambil dan bersama aparat setempat menguburkan bangkai binatang itu.
“Atas perintah Pak Camat Raijua, paus-paus itu dikuburkan. Jangan sampai nanti membahayakan kesehatan masyarakat di sini," ujar Jack.
Menurut Jack, ini merupakan kasus pertama ada ikan paus yang terdampar di wilayah tersebut. “Selama saya bertugas di sini, belum ada laporan kejadian seperti ini terjadi di daerah ini, mungkin pengaruh arus laut atau apa kita tidak tahu,” ujarnya.
Pemerintah daerah setempat terus berkoordinasi dengan Balai Konservasi Perairan NTT dalam menyikapi adanya laporan mengenai adanya paus yang terdampar tersebut.
“Kita akan juga koordinasi dengan Balai Konservasi untuk meneliti lebih jauh mengenai paus ini, termasuk apa yang harus kita lakukan juga,” kata AKBP Jack Seubelan.
Bergerak berkelompok
Kepala Seksi Program dan Evaluasi Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang, Imam Fauzi, mengatakan 11 ekor paus yang terdampar di pulau Raijua itu berjenis short finned-pilot. Mamalia ini biasanya bergerak berkelompok.
“Dalam satu rombongan mereka biasanya 20 hingga 30 ekor. Sementara ini kita yakini mereka terbawa arus bawah laut sehingga terdampar di pantai Raijua,” katanya saat dihubungi.
Pihaknya telah mengirimkan tim ke pulau Raijua untuk menyelidiki lebih jauh penyebab terdamparnya puluhan ekor paus malang itu. Dia memperdiksi masih ada beberapa ekor paus dari kelompok yang sama akan akan terdampar di perairan tersebut.
Pakar perikanan dan pengamat margasatwa menyatakan terdapat berbagai faktor penyebab terdamparnya ikan paus ke pantai. Salah satunya, diakibatkan oleh hewan mamalia tersebut sakit atau terluka. Cuaca buruk, usia tua, kesalahan navigasi dan berburu makanan terlalu dekat ke wilayah pantai bisa menjadi penyebab terdamparnya ikan-ikan paus.
Hal ini dipertegas oleh Imam Fauzi. “Karena mereka selalunya berpergian dengan berkelompok. Jika sebagian terdampar yang lainnya akan mencari sinyal teman-teman mereka yang terdampar juga,” ujarnya.
Pihak Balai Kawasan Konservasi Perairan NTT mengaku akan terus memantau informasi dari warga setempat. Jika menemukan paus terdampar Ia meminta agar nelayan membantu untuk menarik mereka ke laut.
“Paus ini mamalia yan dilindungi, jadi masyarakat harus paham dan tidak boleh dikonsumsi. Sejauh ini masyarakat di sini tidak ikut mengkonsumsi paus juga, hanya sebagian kecil saja mungkin,” ujarnya.
Pada 21 Juli, seekor paus biru dengan panjang 29 meter dan berat yang diperkirakan lebih dari 100 ton, terdampar di pantai Nunhila di Kota Kupang, NTT. Mamalia yang diperkirakan berumur sekitar 70 tahun itu juga ditemukan dalam keadaan mati.
Saat pertama kali ditemukan, para nelayan dan tim pencari dan penyelamat (SAR) berupaya untuk menyeretnya bangkai paus raksasa itu kembali ke tengah laut. Namun upaya itu gagal dilakukan. Bangkai paus itu sempat menghilang di seret derasnya ombak di kawasan pantai Nunhila.
Saat ditemukan, paus dalam kondisi tubuh telah mulai membusuk dan ditemukan luka lecet pada bagian ekor akibat lama tergenang di air laut dan terkena batu karang mati di sekitar lokasi.
Setelah sempat menghilang beberapa hari, bangkai paus itu kembali muncul dan ditarik oleh petugas ke pantai untuk dikubur pada Kamis 23 Juli 2020. Proses penguburan melibatkan sejumlah alat berat.