Polisi Usut Perusakan Patung Gereja di Klaten

Kusumasari Ayuningtyas
2016.08.11
Klaten
160811_ID_Church_1000.jpg Sejumlah polisi berpakaian preman melakukan olah tempat kejadian perkara di Gereja Santo Yusuf Pekerja Klaten, Jawa Tengah, 10 Agustus 2016.
Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar

Polisi masih terus mengusut kasus perusakan patung Yesus dan Bunda Maria di Gereja Santo Yusuf Pekerja Paroki Gondangwinangon di Desa Plawikan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, yang terjadi Selasa siang, 9 Agustus 2016.

Kapolres Klaten, AKBP Faizal yang dikonfirmasi BeritaBenar, Kamis, 11 Agustus 2016, menyatakan pihaknya belum bisa memastikan motif dan pelaku perusakan tersebut.

"Kita sangat berhati-hati. Masih terus diselidiki dan kita sudah berkoordinasi dengan FKUB (Forum Kerukukan Umat Beragama) dan Polda Jateng," ujarnya.

Dia menambahkan polisi belum memegang barang bukti karena pemeriksaan saksi masih terus dikembangkan. Polisi juga belum memeriksa CCTV gereja yang aktif dan diyakini merekam kejadian tersebut.

Kedua patung Yesus dan Maria itu masih disimpan dalam gereja setelah patung Maria ditemukan di bibir sungai oleh pengurus gereja.

Untuk antisipasi, polisi meningkatkan patroli. "Kita kerjasama dengan berbagai pihak termasuk gereja untuk melakukan pengamanan karena memang bangunan gerejanya sangat terbuka," ujar Faizal.

“Ini bukan penyerangan bukan pengeroyokan, hanya pemindahtempatan yang dalam prosesnya dimungkinkan terjadi pengrusakan dan saat ini masih kita selidiki.”

Faizal menyebutkan polisi sudah memeriksa tiga saksi yaitu Romo Sukowaliyono, pengurus gereja dan seorang warga yang kebetulan sedang memancing di sekitar sungai tempat patung Maria ditemukan.

Dia menduga pelaku hanya ingin mencari perhatian saja karena tak menunjukkan tanda-tanda untuk melakukan penyerangan atau memberikan ancaman.

Dibuang ke sungai

Pada Selasa sekitar pukul 13.00 WIB – 14.00 WIB, seorang pengurus gereja, Yohanes Sumarsono yang mau berdoa, terkejut melihat patung Yesus tertelungkup di lantai, sementara patung Maria tak ada lagi di tempatnya di sisi kiri altar.

“Patung Yesus tergeletak di lantai dengan menelungkup. Lengan kanannya patah,” ujar Marsono.

Dia segera melaporkan ke Romo Sukowaliyono yang sedang dalam perjalanan pulang dari Yogyakarta. Sesampainya di Gereja, Romo dan pengurus gereja mencari patung Maria di sekitar gereja. Mereka menemukannya di sungai dekat gereja.

“Saat akan berangkat, saya sempat mendengar suara ‘dug’, saya pikir hanya genteng jatuh. Karena sudah dalam mobil menuju ke Jogja, saya tak menengok dan langsung berangkat,” ujar Romo Suko kepada BeritaBenar.

Tidak ada kecurigaan di benak Romo Suko. Menurutnya, selama ini hubungan antara pihak gereja dan masyarakat sangat baik. Mereka saling membantu dan menjaga.

Gereja berbentuk pendopo dan sangat terbuka selama ini aman-aman saja dan tidak terjadi pencurian atau perusakan.

Romo Suko menyebutkan pihaknya tak sakit hati terkait perusakan kedua patung itu. Usai misa Rabu pagi, dia sempat menyinggung tentang kejadian itu di hadapan para jemaat dan mereka tidak menunjukkan kemarahan.

“Mereka sudah tenang sebelum kita tenangkan. Mereka semua tahu kalau patung itu hanya simbol. Buktinya misa berlangsung dengan baik. Kami tidak ingin menjudge siapapun atas kejadian ini,” ujarnya.

Harmonis

KH Jazuli Kasmani, seorang tokoh Nahdhatul Ulama (NU) di Klaten mengungkapkan bahwa selama ini kehidupan antarumat beragama sangat harmonis.

“Perusakan seperti itu tak mewakili umat agama manapun. Pelakunya adalah oknum yang tidak bertanggung jawab,” ujar sosok yang akrab disapa Gus Jazuli.

Menurut menantu almarhum KH Muslim Rifa’i Imampuro atau Mbah Liem - kyai asal Klaten yang terkenal nasionalis, dari sejak abad ke-9 Masehi, umat beda agama hidup rukun di Klaten. Dimasa Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu Siwa dan Wangsa Syailendra beragama Budha Mahayana tak pernah terjadi konflik beragama.

Ketika Islam, Kristen, Katolik, dan Kong Hu Cu masuk ke Klaten, makin menambah pluralitas di wilayah tersebut, tapi masyarakatnya tetap bisa menjalankan ibadah sesuai agama dan keyakinan masing-masing tanpa saling mengganggu.

“Mereka saling membantu dan bekerjasama dalam program-program kemasyarakatan. Hubungan antarumat beragama juga semakin bagus, sudah banyak karya budaya kita,” ujar Gus Jazuli.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.