Protes Pabrik Semen, Petani Kendeng Kembali Cor Kaki di Depan Istana
2017.03.15
Jakarta
Sukinah meringis ketika rekannya membantu meletakkan satu per satu kakinya ke atas troli yang biasa digunakan untuk mengangkut barang.
Dia didorong menggunakan troli ke kamar kecil yang terletak di lantai dasar gedung Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Jakarta, untuk menyelesaikan hajatnya.
Rutinitas yang seharusnya mampu dilakukan sendiri, kali ini terpaksa melibatkan orang lain. Semen kering seberat 25 kilogram di kedua kakinya menjadi pasung dalam beberapa hari ini.
“Rasanya ya sakit, capek dan pegel. Semuanya serba susah. Mau buang air saja susah, tidur susah, serba susah. Tapi dibandingkan sakit yang akan datang, kalau ada pabrik semen, ini belum seberapa,” ujar perempuan 41 tahun itu kepada BeritaBenar, Selasa, 14 Maret 2017.
Sukinah ialah seorang petani pegunungan Kendeng, Jawa Tengah, yang kembali melakukan protes atas keputusan Gubernur Ganjar Pranowo karena memberi izin lingkungan kepada PT Semen Indonesia sehingga perusahaan negara itu bisa beroperasi lagi.
Kali ini protes sejak Senin lalu itu dilakukannya bersama sepuluh rekannya dengan mengecor kaki di depan Istana Negara, Jakarta. Sebelumnya April tahun lalu, Sukinah bersama delapan perempuan lain juga melakukan aksi cor kaki di depan istana.
Sukinah dan rekan-rekannya khawatir rusaknya ekosistem di pegunungan Kendeng sehingga akan berdampak buruk bagi mata pencaharian mereka sebagai petani apabila pabrik semen di Kabupaten Rembang beroperasi.
“Mayoritas di sana petani. Kami butuh lahan, butuh air. Dan airnya sudah diberi kemurahan oleh Yang Maha Kuasa. Kenapa itu tidak dipertahankan? Kami akan pertahankan itu semua, karena kami butuh makan,” ujar Sukinah.
“Kami nggak bisa bayangkan kalau nanti jadi buruh bangunan. Kami sudah bahagia, merasa sejahtera sebagai petani.”
Dapat dukungan hukum
Perjuangan para petani ini sebenarnya sudah mendapat dukungan. Pada Oktober 2016 lalu, sidang peninjauan kembali Mahkamah Agung (MA) memenangkan gugatan para petani dan Wahana Lingkungan Hidup terhadap PT Semen Indonesia.
Kemenangan itu membuat izin lingkungan Gubernur Ganjar harus dibatalkan. Gubernur Ganjar pada 16 Januari 2017 sempat mencabut izin penambangan dan pembangunan pabrik semen setelah petani melakukan aksi long march 150 kilometer dari Rembang ke Semarang dan berunjuk rasa di depan kantor gubernur Jawa Tengah.
Tetapi, sebulan kemudian dia kembali memberi izin lingkungan pada PT Semen Indonesia di Rembang. Sukinah mengaku heran dengan keluarnya keputusan baru tersebut.
“Pak Ganjar dulu bilang kita harus taat hukum. Sama seperti waktu Pak Jokowi bilang, ‘Kalau masyarakatnya menang, Kita harus patuhi’. Tapi kenapa justru waktu MA memenangkan, Pak Ganjar malah ngotot bilang investor tetap berada di Rembang, di Kendeng,” ujar Sukinah.
“Kami terus berharap Pak Jokowi masih peduli. Kami kan meneruskan Nawacita-nya Pak Jokowi, yakni ketahanan pangan. Di Jawa kan lumbung pangan ada di Jawa Tengah. Kenapa pabrik semen ngotot? Kenapa kita harus ngotot memangkas gunung, merusak alam yang seharusnya dikelola dengan baik?”
Pesan ini pula yang kemudian disampaikan para petani lewat tulisan berbahasa Sanskerta tertera di tepi kotak semen yang memasung kaki mereka: ”Ibu bumi wis maringi, ibu bumi dilarani, ibu bumi lan ngadili.”
“Ibu bumi sudah memberi, ibu bumi disakiti, ibu bumi akan mengadili,” jelas Sukinah. “Ibu bumi yang sudah ngasih kita apa saja yang kita butuhkan; air, makanan, apa saja disediakan. Lalu ibu bumi disakiti, tapi ibu bumi yang bakal mengadili. Jangan sampai kita ini diadili sama ibu bumi dengan bencana.”
Terus lakukan aksi
Eko Arief Yanto, seorang aktivis Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) mengatakan, para petani akan terus melancarkan aksi jika belum ada respon yang jelas dari pemerintah atas tuntutan mereka untuk menutup pabrik semen tersebut.
“Belum ada kejelasan soal keputusan resmi penutupan pabrik semen, meski keputusan MA sudah final dan berkekuatan hukum tetap,” ujarnya kepada BeritaBenar.
“Sebelum ada keputusan jelas dari Presiden untuk menghentikan pendirian pabrik semen di pegunungan Kendeng, rencananya jaringan Pegunungan Kendeng terus melakukan aksi.”
Aswinawati dari YLBHI mengatakan pihaknya siap terus mendukung keinginan para petani, termasuk untuk menggugat pemerintah.
“LBH Semarang, LBH Jakarta, dan YLBHI adalah kuasa hukum mereka di proses sebelumnya. Kalau mereka ingin apa, kami siap membantu termasuk menggerakkan jaringan. Banyak sekali jaringan yang bersama kami membantu memfasilitasi para petani Kendeng,” katanya kepada BeritaBenar.
“Jokowi harus mencabut pabrik semen itu karena memang sudah dinyatakan tidak sah oleh pengadilan.”
Namun hingga Rabu, 15 Maret 2017, belum ada respons dari Jokowi maupun pihak istana terkait tuntutan para petani Kendeng itu.
Aksi tandingan
Ada yang menarik saat aksi para petani mengecor kaki di Taman Aspirasi yang terletak persis di seberang Istana Negara, Rabu siang.
Sekitar 50 orang melakukan aksi tandingan yang menyatakan dukungan pendirian pabrik semen di Rembang.
“Kita bangsa berbudaya. Tapi jangan jadikan budaya sebagai penghambat kemajuan bangsa. Pabrik semen akan membawa kemakmuran bagi kita. Pabrik semen tidak menghancurkan kita. Dukung pendirian pabrik semen di Rembang!” teriak Doni, orator aksi tersebut.
Sukinah dan para petani Kendeng tak terpengaruh dengan aksi tandingan itu. Mereka telah bertekad untuk tetap melanjutkan aksi cor kaki sampai tuntutan dipenuhi.