Sutopo: Ketegaran Menghadapi Bencana, Hoaks, dan Kanker

Saat menderita kanker stadium IV, juru bicara BNPB itu tetap mendedikasikan diri pada pekerjaannya.
Ahmad Syamsudin
2018.11.12
Jakarta
181112-ID-sutopo-620.jpg Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), di kantornya di Jakarta, 12 November 2018.
Ahmad Syamsudin/Berita Benar

Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tampak tetap ceria, ketika ia bercerita tentang perjuangannya melawan kanker stadium lanjut.

Letak geografis Indonesia yang berada di Lingkaran Api Pasifik, yang berarti gunung meletus, gempa bumi, bukanlah hal asing, menjadikan pekerjaan Pak Topo - demikian panggilannya, bukanlah tugas mudah. Bahkan bagi orang yang sehat sekalipun.

Namun dia bersikeras untuk melaksanakan tugas sehari-harinya, dengan sabar menjawab panggilan telepon atau pesan singkat dari wartawan dan mempersiapkan siaran pers, walaupun kadang dalam keadaan harus menjalani kemoterapi.

"Selesai infus di rumah sakit langsung konferensi pers di depan 135 orang media asing dan nasional. Rasanya sedang memberikan kuliah umum di depan mahasiswa dari berbagai media. Selalu saya sisipkan pengetahuan baru tentang kebencanaan, gempa, geoscience, tsunami dll," kicau Sutopo, dalam salah satu twitternya.

“Ketika saya kerja saya lupa semua sakit saya, lebih lagi ketika banyak wartawan yang datang konferensi pers saya,” kata Pak Topo kepada BeritaBenar di kantornya di Jakarta Pusat. Meja kerjanya dipenuhi kertas kerja, juga tumpukan buku berkisar dari manajemen bencana hingga masalah agama.

“Tapi kalo nggak ngerjain apa-apa, cuma duduk, saya merasakan sakit yang luar biasa. Saya hampir nggak bisa tidur kalau malam,” kata Pak Topo yang terlihat semakin kurus setelah kehilangan 20 kg dalam waktu kurang dari setahun.

Ia didiagnosa kanker paru-paru stadium IV bulan Januari lalu, dan saat itu dokter mengatakan bahwa perawatan akan membuatnya bertahan hidup hingga tiga tahun ke depan.

Pak Topo yang selalu menjalankan gaya hidup sehat, termasuk tidak merokok, tentu saja terkejut dengan diagnosa itu.

“Hal yang pertama dalam pikiran saya adalah kedua anak saya,” ucapnya.

“Tapi saya ikhlas. Yang saya alami sudah digariskan oleh Allah. Saya harus menjalaninya,” ucapnya, "semoga apa yang saya kerjakan ini jadi amal baik kelak.”

Ia mengatakan kanker telah menyebar ke tulang punggungnya dan dia harus menjalani prosedur rutin untuk mengeluarkan cairan dan darah dari paru-parunya.

"Sangat sakit sekali."

Tetap bekerja

2018 telah menjadi tahun yang sangat sibuk bagi Pak Topo karena sejumlah gempa besar seperti di gempa di Lombok dan di Sulawesi antara Juli dan September yang menewaskan lebih dari 3.500 orang.

Dia harus menulis siaran pers dan memperbarui informasi di media sosial dari tempat tidur rumah sakit.

"Saya sudah menulis sekitar 500 press release tahun ini, jadi lebih dari satu press release per hari,” ujarnya.

Ia dibantu oleh jaringan staf yang mengurus masalah bencana dan sukarelawan di pelosok tanah air yang mengirimkan data korban, kebutuhan bantuan, foto, dan video dari lokasi bencana.

"Banyak dari 3,000 wartawan dalam group saya bilang ke saya bahwa informasi yang saya berikan ke mereka itu melebihi ekspektasi mereka,” paparnya.

“Saya mencoba memberikan informasi sebanyak mungkin, termasuk video dan foto. Jadi mereka gak perlu tanya lagi,” ungkapnya.

Sutopo mendapatkan gelar sarjana dalam bidang geografi dari Universitas Gadjah Mada dan gelar doktor dalam manajemen lingkungan dari Institut Pertanian Bogor. Ia tidak memiliki latar belakang komunikasi atau media.

Dia memulai karirnya sebagai pegawai negeri di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, di mana dia melakukan penelitian tentang hidrologi dan hujan buatan. Pada tahun 2010, Sutopo ditugaskan ke BNPB sebagai direktur mitigasi risiko bencana, sebelum diangkat sebagai kepala informasi dan hubungan masyarakat BNPB.

Melawan hoaks

Selain perjuangannya melawan kanker, Pak Topo juga selalu berusaha membendung kabar hoaks seputar bencana. Dalam cuitan twitternya, ia selalu berusaha meluruskan berita palsu yang beredar di dunia maya tentang bencana, seperti peredaran video lama tentang letusan gunung berapi di tempat lain yang disebarkan sebagai pesan baru, atau informasi palsu tentang gempa bumi.

“Makin banyak orang Indonesia punya internet, hoaks juga makin banyak belakangan ini. Dulu pake SMS, sekarang viral melalui WhatsApp, Twitter dan Facebook,” ujarnya.

Ketika Gunung Agung di Bali mencapai status awas- tingkat kesiagaan bahaya tertinggi, setelah serangkaian letusan pada tahun lalu, banyak orang membatalkan kunjungan ke Pulau Dewata itu - yang ekonominya bergantung pada pariwisata, karena berpikir bahwa seluruh pulau terkena dampak bencana.

"Yang saya lakukan memposting foto orang yoga dan pre-wedding dengan latar belakang Gunung Agung, untuk menunjukkan Bali aman. Cuma wilayah kecil saja yang gak bisa dikunjungi."

"Orang takut karena laporan media seolah-oleh semua Bali terdampak letusan."

Sutopo mengatakan internet dan media sosial telah mempermudahnya menyebarkan kesadaran akan manajemen bencana.

"Media sosial sangat efektif dalam meyebarkan pesan saya,” kata Pak Topo yang telah menulis sejumlah buku tentang managemen bencana.

Media sosial juga membuatnya bertemu dengan salah satu penyanyi favoritnya, Raisa Andriana.

Pengguna Twitter mulai menggunakan hashtag #SutopoMeetRaisa untuk menarik perhatian bintang pop tersebut. Sutopo akhirnya dipertemukan dengan Raisa di sebuah acara.

Raisa menginginkannya untuk tetap sehat dan terus menginspirasi, kata Sutopo, seperti dikutip di The Jakarta Post.

Beberapa minggu sebelumnya, Raisa menanggapi hashtag itu dengan cuitannya sendiri, .

“Hari ini twitterku ramai dengan #RaisaMeetSutopo dan ngebaca semua cerita di tweet temen2, bikin aku rasanya udh kenal deket sama Pak Sutopo yang disayang banyak orang. Semangat dan terus menginspirasi ya Pak @Sutopo_PN :)”

Sutopo juga mendapat dukungan dari orang pertama di Indonesia.

Presiden Joko “Jokowi” Widodo memuji dedikasi Sutopo, mengatakannya sebagai inspirasi bangsa.

"Saya tadi juga baru tahu diberi tahu mengenai kondisi Beliau dan itu sangat memberikan sebuah penghargaan kepada sebuah pekerjaan. Dedikasi sebuah pekerjaan yang luar biasa,” kata Jokowi.

"Ini saya kira sangat menginspirasi kita semuanya, bahwa dalam kondisi Beliau yang sakit, tetap masih mendedikasikan semangatnya untuk pekerjaan yang digelutinya dalam sekian tahun ini,” papar Jokowi.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.