Tak Mematikan, Virus Zika Berpotensi Kelahiran Bayi Abnormal

Zahara Tiba
2016.02.03
Jakarta
160203_ID_Zika_620 Nyamuk Aedes Aegypti menempel pada kulit manusia di laboratorium Pusat Pelatihan Penelitian Medis dan Pelatihan Internasional di Cali, Kolombia, 25 Januari 2016.
AFP

Pemerintah terus mewaspadai kemungkinan ancaman virus Zika di Indonesia. Meski disebut tidak mematikan, tetapi virus yang merebak di kawasan Amerika Latin ini dapat berpotensi menyebabkan kelahiran bayi abnormal.

Deputi Direktur Lembaga Biologi Molekular Eijkman Jakarta, Herawati Sudoyo yang diwawancara BeritaBenar 3 Februari, menyatakan virus Zika tidak mematikan seperti virus dengue (demam berdarah).

“Cuma yang dikhawatirkan adalah banyaknya kelahiran abnormal. Pada ibu-ibu yang sedang hamil, jika terserang virus ini saat usia kehamilan tiga bulan, kemungkinan besar akan memiliki anak dengan kelainan kepala atau mikrosefali. Ini akan menjadi masalah besar kalau jumlahnya banyak sekali,” tuturnya.

Menurut dia, keputusan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menetapkan status darurat global mulai 1 Februari adalah langkah tepat agar masyarakat lebih waspada, karena banyaknya warga yang melakukan perjalanan antar-negara.

“Mereka berpotensi membawa virus,” ujar Herawati.

Dia menambahkan, para peneliti Eijkman sudah menemukan Zika di Indonesia tahun lalu. Virus itu ditemukan ketika mereka meneliti wabah (outbreak) demam berdarah di Jambi pada Desember 2014 - April 2015 lalu. Melalui serangkaian tes yang dilakukan terhadap 103 orang, hanya seorang yang menunjukkan hasil positif terkena Zika.

“Kita periksa lagi (pasien) karena dia menunjukkan gejala-gejala klinis mirip dengue, namun negatif dengue. Ternyata hasilnya positif Zika. Pasien seorang laki-laki, tidak ada riwayat bepergian keluar. Jadi virus ini sudah bersirkulasi di daerah tersebut, hanya saja tidak menimbulkan outbreak,” papar Herawati.

Hasil penelitian ini sudah dilaporkan kepada pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan serta Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dan diterbitkan di jurnal internasional.

Herawati berharap penelitian tersebut bisa dilanjutkan untuk mengetahui secara pasti apakah benar virus Zika menyebabkan mikrosefali dan bagaimana dampak terhadap wanita hamil apabila terinfeksi.

“Yang kami inginkan adalah dukungan untuk akses terhadap assessment pasien yang dengue negatif. Teknologi yang digunakan harus dibawa ke Indonesia agar sampel-sampel kita tidak dibawa ke luar negeri. Kita bisa melakukan sendiri penelitian virus Zika. Itu untuk kepentingan nasional. Kita harus bisa duduk sama tinggi dengan peneliti luar,” ujarnya.

Herawati menambahkan, status darurat WHO akan memberikan dampak besar bagi masyarakat, dengan harapan warga meningkatkan kewaspadaan dan membiasakan pola hidup bersih untuk mengontrol penyebaran Zika.

“Masyarakat diminta waspada. Untuk ibu hamil, jangan melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang sedang ada outbreak Zika. Untuk Indonesia sendiri, kita belum tahu karena di sini belum ada outbreak Zika,” jelasnya.

Tak ada vaksin

Melalui keputusannya, WHO menyatakan virus tersebut dicurigai sebagai penyebab kasus mikrosefali yang ditemukan pada sejumlah bayi di Amerika Latin.

Dengan ditetapkan status kejadian luar biasa, peringatan mengenai ancaman Zika bisa menyebar ke seluruh dunia sehingga semua pihak bisa mengantisipasi lebih awal akan ancaman virus yang pertama ditemukan di Uganda tahun 1974 ini, namun dianggap hanya penyakit ringan karena sembuh sendiri.

WHO mengumumkan tidak adanya ketersediaan vaksin, kurangnya peralatan uji dan lambatnya tubuh manusia dalam membangun daya tahan terhadap Zika menjadi alasan cepatnya virus itu menyebar.

“Hanya baru beberapa bulan ini ada dugaan Zika berhubungan dengan mikrosefali. Penelitian ilmiahnya masih berjalan,” ujar Perwakilan WHO untuk India, Tjandra Yoga Aditama kepada BeritaBenar di Jakarta.

Jokowi rapat terbatas

Presiden Joko Widodo dilaporkan telah memanggil Menteri Kesehatan Nila Djuwita F. Moeloek untuk memperoleh informasi lengkap tentang virus Zika. Jokowi juga menggelar rapat terbatas untuk membicarakan masalah tersebut.

"Presiden meminta laporan dari Menteri Kesehatan melalui rapat terbatas. Salah satu yang dibahas adalah soal Zika. Tentu sebelum ada kesimpulan apapun, presiden harus memperoleh laporan lengkap, tentu itu dari jajaran di Kementerian Kesehatan," kata Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi, Johan Budi di Istana Negara, Rabu, seperti dilansir detik.com.

"Jadi ini, segala sesuatu enggak cuma Zika, wabah apapun itu, apakah itu dalam bentuk wabah penyakit, harus segera disikapi sebelum terlambat, sebelum itu menjadi wabah,” tambahnya.

Johan menambahkan Jokowi sengaja memanggil Menkes agar ada langkah-langkah antisipasi, pencegahan dan tindakan pengobatan bila ditemukan warga yang terkena virus Zika.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.