Tokoh Bangsa Sarankan Dialog untuk Atasi Gesekan

Wakil Presiden menekankan pentingnya toleransi untuk menangkal isu suku, agama, ras, dan antargolongan.
Heny Rahayu
2017.01.17
Malang
170117_ID_NU_1000.jpg Kiai Ahmad Hasyim Muzadi (duduk), didamping sejumlah kerabat, keluar ruang perawatan usai dijenguk Wakil Presiden Jusuf Kalla di Rumah Sakit Lavalette, Malang, Jawa Timur, 16 Januari 2016.
Heny Rahayu/BeritaBenar

Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsudin mengaku prihatin dengan kondisi bangsa belakangan ini menyusul maraknya pergesekan antarkelompok di tengah masyarakat.

"Saya menyarankan dialog. Dialog diintensifkan untuk merawat kerukunan sejati antarumat beragama, suku, dan kelompok," katanya saat membesuk Kiai Hasyim Muzadi di Rumah Sakit Lavalette di Malang, Senin, 16 Januari 2017.

Melalui dialog, menurutnya, mampu menyelesaikan persoalan yang menjangkiti masyarakat karena maraknya kekerasan dan intoleransi dalam beberapa bulan terakhir.

"Jangan ada kerukunan semu, ini untuk kepentingan negara," katanya, seraya menambahkan dialog bisa dimulai kelompok manapun sebagai inisiator.

Din juga mendukung pembentukan Dewan Kerukunan Nasional yang direncanakan pemerintah untuk menyelesaikan konflik melalui musyawarah dan cara damai.

Melalui dewan ini, konflik yang ada di masyarakat diselesaikan bukan melalui peradilan, tetapi melalui lembaga-lembaga adat lewat musyawarah.

“Saya mendukung pembentukan Dewan Kerukunan Nasional,” ungkap mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu.

Menurut dia, gesekan terjadi akibat adanya kesenjangan baik kesenjangan ekonomi maupun ketidakadilan hukum di Indonesia.

“Yang kaya makin kaya, yang miskin tambah miskin,” ujar Din.

Din meminta negara hadir untuk mengayomi dan melindungi semua kelompok dan golongan.

Wapres temui Hasyim

Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika membesuk Hasyim di tempat yang sama, juga sempat membahas kondisi bangsa saat ini.

Dalam pertemuan selama 10 menit, keduanya saling mendoakan kesehatan masing-masing. Hasyim juga sempat membisikkan sesuatu ke telinga Kalla di akhir pertemuan.

Meski sedang sakit, anggota Dewan Tim Pertimbangan Presiden itu menyempatkan diri keluar ruangan untuk menemui para jurnalis.

Memakai peci hitam, berpakaian putih dan sarung putih, Hasyim menjelaskan pertemuannya dengan Kalla juga membicarakan persoalan bangsa.

"Rumusannya cukup satu kalimat. Indonesia membutuhkan orang tua, bukan umurnya yang tua. Orang tua yang mau menyantuni dan mendengar orang lain. Jangan ada pemihakan," kata mantan ketua umum Pengurus Besar Nahdhlatul Ulama itu.

Sedangkan, Kalla tidak memberikan pernyataan kepada wartawan. Dia langsung pergi setelah bertemu Hasyim.

Dikutip dari kantor berita ANTARA saat meresmikan rumah susun sewa Pesantren Darul Hikmah Tulungagung, Jawa Timur, Kalla menekankan pentingnya toleransi untuk menangkal isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Para santri diharapkan menjadi penggerak toleransi di tengah masyarakat. Selama ini pesantren terbukti telah teruji dalam merawat keberagaman dan toleransi.

“Kita bersyukur, umat Islam di Indonesia masih terjaga. Tidak mengalami konflik besar, saling membunuh, saling membakar dan saling mengebom,” ujarnya.

Dialog lintas iman

Sementara itu, jaringan GusDurian Kota Batu, selama ini rutin melakukan dialog lintas iman. Melalui pertemuan antaragama, dan antarsuku bisa memberikan pemahaman yang sama dan tak ada kecurigaan.

“Sejak 17 tahun lalu, kami aktif dalam aliansi kebebasan beragama dan berkeyakinan di Jawa Timur,” kata Nelly mewakili Kristen dalam haul Kiai Haji Abdurrahman Wahid alias Gus Dur Minggu, 15 Januari 2017.

Dalam peringatan haul ketujuh Gus Dur yang diselenggarakan di Yayasan Pelayanan Pekabaran Injil (YPPI), juga menghadirkan kesenian tradisi sejumlah daerah.

Hal itu dilakukan agar seluruh umat saling memahami dan menghargai perbedaan.

Haul ditutup dengan doa lintas iman Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Khonghucu dan penghayat kepercayaan.

“Perbedaan adalah rahmat,” kata Presidium Jaringan GusDurian Jawa Timur, Aan Anshori.

Sebelumnya Aan yang berlatar pendidikan agama mengaku sangat membeci agama lain karena tidak memiliki pemahaman yang utuh.

“Dulu waktu kecil, saya lewat depan YPPI sambil bergumam  ‘Oh, ini biang kerok kenapa Islam ngak maju’,” katanya sambil berkelakar.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.