Polisi Belum Pastikan Keaslian Video Ancaman Santoso

Arie Firdaus
2015.11.24
Jakarta
dpk-620 Daftar Pencarian Orang (DPO) kasus terorisme Polri yang dirilis di Polda, Sulawesi Tengah, menampilkan wajah pimpinan kelompok militan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Santoso alias Abu Wardah (kiri atas) dan sejumlah pengikutnya.
BeritaBenar

Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia belum bisa memastikan keaslian video ancaman buron kasus terorisme, Santoso alias Abu Wardah, yang disampaikan lewat media sosial Facebook, Sabtu pekan lalu. Video berdurasi delapan menit itu diunggah oleh akun bernama Muhammad Bahrunnaim Anggih Tamtomo.

"Tim kami masih menyelidiki (keasliannya) sampai saat ini. Apakah itu betul-betul suara Santoso? Lalu, di mana dan kapan video itu dibuat," tukas Kepala Biro Penerangan Umum Mabes Polri, Brigadir Jenderal Agus Rianto kepada BeritaBenar, Selasa, 24 November.

Dalam video tersebut, terdengar suara seorang pria yang diduga Santoso melontarkan ancaman akan menghancurkan Markas Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya dan memasang bendera kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Istana Merdeka Jakarta. Suara pria tersebut juga menyerukan umat Islam di Indonesia untuk memilih antara Islam atau Indonesia, dan jika memilih Islam berarti mereka harus pulang ke Dawlah Islamiyah (Negara Islam).

Meski belum memastikan keaslian video ancaman itu, namun Mabes Polri menyatakan tak mau menganggap remeh. Polri menilainya sebagai sebuah keisengan pihak yang tidak bertanggungjawab. Kepolisian, kata Agus Rianto, tetap akan mengantisipasi dan berjaga-jaga.

Kekuatan tak diketahui

Soal kekuatan persenjataan dan jumlah personil kelompok Santoso, sehingga berani melontarkan ancaman, Agus tak bisa merinci. "Kami belum mengetahuinya," katanya lagi.

Tak berbeda pernyataan staf ahli Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Wawan Purwanto. Menurut Wawan, jumlah pasti personel dan persenjataan kelompok Santoso memang tak pernah diketahui secara pasti.

"BNPT dulu memperkirakan anggota mereka sekitar 30 orang. Tapi jumlah bisa berubah karena mereka terus bergerak. Bisa saja di tempat baru mereka merekrut anggota baru," kata Wawan.

Adapun ihwal keaslian video ancaman yang diunggah melalui Facebook, Wawan mengeluarkan pendapat yang tak jauh berbeda dengan Mabes Polri. "Dugaan awal, itu suara Santoso," katanya lagi.

"Tapi kami harus mendalami lebih lanjut untuk memastikan. Memverifikasi dengan para ahli forensik."

Polri berhitung cermat

Kelompok Santoso yang menamakan diri sebagai Mujahid Indonesia Timur (MIT) memang menjadi incaran utama kepolisian Indonesia saat ini. Walhasil, Mabes Polri baru-baru ini mengumumkan operasi gabungan bersama Tentara Nasional Indonesia untuk menangkap Santoso dan anak buahnya di Poso, Sulawesi Tengah. Operasi gabungan itu diberi sandi Camar Maleo IV.

Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Badrodin Haiti, seperti dikutip dari CNN Indonesia, mengatakan telah mendeteksi keberadaan Santoso dan para anak buahnya lewat operasi ini. Hanya saja, dia mengatakan polisi belum bisa melakukan penindakan sampai saat ini.

Agus menyebut, hal itu disebabkan, antara lain, karena medan yang cukup sulit sehingga aparat gabungan harus mempersiapkan segalanya dengan baik.

"Kami harus menghitung dengan cermat, seperti di mana posisi pasti Santoso. Yang pasti, sampai saat ini semua anggota terus melakukan pengejaran," kata Agus.

“Teroris tak main ancam”

Dihubungi terpisah, pengamat terorisme Ansyaad Mbai juga meminta kepolisian tak main-main merespons ancaman yang diduga dilontarkan kelompok Santoso untuk menghancurkan Mapolda Metro Jaya dan menduduki Istana Negara.

Meski begitu, dia merujuk pada pola terorisme selama ini bahwa tak ada aksi teror yang didahului ancaman.

"Teroris tak main ancam," kata Ansyaad, yang merupakan mantan Kepala BNPT. "Namun kewaspadaan tetap harus ada, meski keaslian video ancaman itu juga belum dipastikan."

Ansyaad mencontohkan ancaman yang dilontarkan simpatisan ISIS lain, Abu Jandal alias Salim Mubarak At Tamimi, pada April lalu, yang diduga berada di Suriah.

Ketika itu, Abu Jandal mengancam akan menyerbu Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan untuk membebaskan Abu Bakar Ba’asyir. Pada akhirnya, ancaman itu tak terbukti.

Santoso juga sebelumnya pernah mengancam menghancurkan Mapolda Metro Jaya dan menduduki Istana Negara. Pada Juli 2013, Santoso menyatakan perang terhadap Densus 88 melalui video yang diunggah di Youtube dengan akun Al-Himmah.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.