Militer Filipina Selamatkan 3 WNI Sandera Abu Sayyaf
2021.03.19
Zamboanga, Filipina
Militer Filipina mengatakan pada Jumat (19/3) bahwa pasukan keamanan di negara tersebut telah menyelamatkan tiga sandera asal Indonesia dan menangkap seorang militan anggota kelompok Abu Sayyaf yang sedang mengawal mereka di ujung selatan kepulauan Tawi-Tawi.
Letnan Jenderal Corleto Vinluan Jr., komandan Komando Mindanao Barat (Westmincom), mengatakan ketiga korban diselamatkan Kamis malam di perairan dekat sebuah pulau kecil bernama Pasigan.
“Ternyata tiga orang yang diselamatkan itu adalah orang Indonesia yang menjadi korban penculikan dan seorang lainnya adalah anggota Abu Sayyaf,” ujar Vinluan.
Warga Indonesia yang diselamatkan oleh tim Pendaratan Batalyon Marinir diidentifikasi sebagai kapten kapal Arsayd bin Dahlan serta dua awaknya, Riswanto bin Hayono dan Arical Kastamiran, sementara orang keempat, seorang Filipina, diidentifikasi sebagai Sahud Salisim, yang juga dikenal sebagai Ben Wagas, seorang anggota Abu Sayyaf.
Pihak militer mengatakan Salisim alias Ben Wagas adalah seorang anggota kelompok Abu Sayyaf yang kerap melakukan penculikan untuk meminta uang tebusan.
Sementara militer Filipina menyelamatkan tiga WNI dan seorang anggota Abu Sayyaf dari kapal itu, seorang lainnya dari kapal naas itu diselamatkan oleh sebuah kapal penumpang. Orang tersebut diidentifikasi sebagai Bensal Jakare, penduduk asli kota Indanan, Sulu.
Tidak dijelaskan apakah Jakare adalah seorang militan.
Ketiga orang Indonesia yang diselamatkan itu adalah bagian dari lima WNI yang bekerja dengan perusahaan perikanan Malaysia, yang ditangkap oleh kelompok Abu Sayyaf di perairan Pulau Tambisan di Lahad Datu, Sabah pada 16 Januari tahun 2020 dan dibawa ke Sulu.
Salah satu dari lima korban penculikan, seorang WNI bernama La Baa dibunuh oleh penculiknya ketika mencoba melarikan diri saat terjadi konfrontasi di Patikul, Sulu pada 29 September 2020.
Brigadir Jenderal Arturo Rojas, komandan Satuan Tugas Gabungan (JTF) Tawi-Tawi melaporkan bahwa para pelaku penculikan asal kelompok Abu Sayyaf berlayar ke Tawi-Tawi karena ada ada operasi militer intensif yang sedang berlangsung.
“Namun, ketika sedang berlayar, perahu yang digambarkan sebagai“ Jungkong ”(kapal cepat khas Malaysia) yang membawa para korban dan penculiknya dihantam ombak besar dan terbalik,” kata Rojas.
Vinluan mengatakan bahwa otoritas setempat sedang melakukan operasi pencarian untuk menemukan Muhammad Khairul, seorang warga negara Indonesia yang dipercayai sedang bersama ketiga orang Indonesia lainnya ketika kapal yang mereka tumpangi tenggelam.
Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Judha Nugraha mengonfirmasi kabar berhasil diselamatkannya tiga dari empat orang Indonesia yang disandera oleh kelompok teroris Abu Sayyaf.
Judha mengatakan bahwa mereka diselamatkan oleh aparat keamanan Filipina pada Kamis, 18 Maret di perairan Tawi-Tawi saat kapal yang digunakan kelompok Abu Sayyaf untuk membawa ketiga warga negara Indonesia itu terbalik dan tenggelam akibat gelombang laut.
“Para WNI sandera tersebut dipindahkan kelompok Abu Sayyaf dari Indanan, Sulu, ke tempat lain karena terdesak akibat operasi gabungan aparat keamanan Filipina,” ujar Judha.
Saat ini, ketiga orang Indonesia asal Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara tersebut sudah diamankan di kantor polisi laut di Tandubas, Tawi-Tawi.
Konsulat Jenderal RI (KJRI) di Davao melalui anggota TNI di pos perbatasan Indonesia di Bongao, Tawi Tawi telah menemui, memverifikasi serta memeriksa kondisi ketiga orang Indonesia itu, dan mereka dinyatakan dalam keadaan sehat.
“Rencananya mereka bertiga akan dibawa ke Zamboanga sebelum diterbangkan ke Manila untuk proses kepulangan ke Indonesia,” ujar Judha.
Namun nasib satu orang Indonesia lainnya, seorang remaja berusia 12 tahun yang oleh Judha hanya disebutkan inisialnya, MK, masih belum diketahui keberadaannya.
“Kemlu melalui Kedutaan Besar RI di Manila dan KJRI Davao City akan terus berkoordinasi dengan Pemerintah Filipina dan aparat setempat untuk memberikan perlindungan bagi warga negara Indonesia tersebut,” ujar Judha.
Jeoffrey Maitem in Cotabato City, Filipina turut berkontribusi dalam laporan ini.