Nasib Warga Indonesia Yang Hilang di Turki Masih Diperdebatkan


2015.03.10
150310_ID_ISIS_WNI_TURKI_ISIS_700_MARCH2015.jpg Di Surakarta seorang polisi mengawasi penghapusan bendera ISIS untuk mencegah promosi kelompok jihad di wilayah ini.
AFP

Wakil Presiden tidak membenarkan pernyataan polisi bahwa 16 warga yang hilang di Turki akhir bulan lalu telah bergabung dengan organisasi radikal the Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

Juru bicara Kepolisian, Rikwanto, mengumumkan pada hari Senin bahwa pihaknya yakin  16 WNI yang hilang di Turki telah bergabung dengan organisasi radikal the Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

"Analisa ini berdasarkan laporan yang dibuat oleh aparat keamanan Turki," kata Rikwanto seperti dikutip oleh the Jakarta Globe tanggal 9 Maret.

WNI yang di laporkan hilang di Turki berasal dari berbagai daerah di Indonesia termasuk dari Surabaya (Jawa Timur) dan Solo (Jawa Tengah).

Ia mengatakan bahwa staf keamanan Indonesia sedang melakukan pemeriksaan latar belakang 16 orang tersebut.

"Kami juga telah mengulurkan tangan kepada lembaga penegak hukum lainnya, termasuk Interpol, untuk membantu menyelidiki masalah ini," kata Rikwanto.

Konsulat Jenderal (Konjen) Indonesia di Istanbul melaporkan bahwa 25 wisatawan Indonesia, merupakan bagian dari kelompok tur Smailing Tour. Mereka tiba di Bandara Internasional Ataturk dengan penerbangan TK-67 pada tanggal 24 Febuari, Portal BBC Indonesia melaporkan.

Mereka sengaja memisahkan diri dengan alasan mengunjungi kerabat selama di Turki.

Mereka berjanji akan bergabung kembali dengan kelompok tur tersebut dua hari kemudian di Pamukkale, Turki selatan.

Tetapi sampai dengan hari yang dijanjikan mereka tidak pernah muncul.

Kalla merespon

Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla berkata bahwa kecil kemungkinannya 16 orang ini sengaja menghilang dari kelompok tur untuk bergabungan dengan ISIS.

"Saya tidak yakin bahwa mereka telah bergabung ISIS. Jika seseorang ingin berjihad, dia tidak akan membawa anak-anak dan istrinya," kata Kalla seperti dikutip oleh AntaraNews tanggal 10 Maret.

Sejauh ini, tidak ada informasi yang tersedia mengenai keberadaan 16 orang, menurut Kalla. Pemerintah Indonesia telah mengirim tim investigasi ke Turki untuk mencari 16 WNI yang tiba-tiba menghilang.

"Tim dari Indonesia akan membantu aparat keamanan Turki  untuk menemukan 16 orang WNI," kata Arrmanatha Nasir, seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, AntaraNews melaporkan.

Arrmanatha  menambahkan bahwa Turki adalah negara besar dengan luas 770.000 kilometer persegi dengan gunung dan banyaknya medan yang sulit. Karena itu tidak akan mudah untuk menemukan mereka, jika mereka bersembunyi.

"Kementerian luar negeri enggan berspekulasi tentang motif mereka untuk meninggalkan kelompok tur, termasuk tentang kecurigaan bahwa mereka mungkin telah bergabung ISIS," kata Arrmanatha seperti dilaporkan AntaraNews.

Keluarga berbicara

Keluarga Fauzi Umar dan Hafid Umar Babher – dua wisatawan dari Solo yang menghilang di Turki – sepakat dengan perkataan Kalla. Mereka menyayangkan pernyataan aparat keamanan bahwa 16 orang ini telah bergabung dengan ISIS.

"Harusnya pernyataan yang disampaikan pejabat itu memperhatikan perasaan keluarga yang ditinggalkan. Adik saya itu sama sekali tidak pernah ikut kegiatan seperti itu," tegas Muhammad Arif, kakak Fauzi dan Hafid, seperti dikutip oleh BBC Indonesia.

Arif mengatakan bahwa tujuan adiknya ke Turki adalah untuk urusan bisnis.

"Karena mereka berdua fokus dalam usaha dagang. Fauzi dalam setahun terakhir ini fokus berdagang batu akik, sedangkan Hafid sedang mendapatkan order gordin dalam jumlah besar," katanya, Portal BBC Indonesia melaporkan.

Pemerintah Cemas

Kejadian tentang hilangya 16 WNI mengulang kecemasan yang diungkapkan oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno, Portal Kompas melaporkan.

Dalam rapat pimpinan (Rapim) Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polisi Republik Indonesia (Polri) tanggal 3 Maret lalu, Tedjo Edhy mengatakan bahwa pemerintah sudah memegang data intelijen tentang modus “berangkat sebagai turis lalu menghilang,” untuk bergabung dengan ISIS.

"Kemarin juga ada orang melalui modus baru lewat tur. Ini salah satu modus (menurut) data di Kepolisian dan BIN," kataTedjo Edhy.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.