Pasca Penangkapan Terduga Teroris Mabes Polri Siaga Satu

Arie Firdaus
2015.12.21
Jakarta
polisi_620 Personil keamanan mengadakan patroli di Bandara Cengkareng, Banten, 25 November 2015.
AFP

Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia menetapkan status siaga satu usai menangkap sembilan orang yang diduga terkait terorisme pada tanggal 18 dan 19 Desember lalu. Kesembilan orang itu ditangkap di tiga wilayah berbeda yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

"Mereka berencana akan melakukan aksi pada Desember ini, mengadakan 'konser besar' di Indonesia agar menjadi berita internasional," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri, Inspektur Jenderal Anton Charliyan di Mabes Polri, Senin, 21 Desember 2015.

Pasca penangkapan itu, kata Anton lagi, "Polri sekarang menetapkan status siaga satu. Kami tidak mau kecolongan."

Anton tak memerinci titik yang menjadi incaran para pelaku teror, meski sebelumnya sempat disebut bahwa Markas Kepolisian Daerah Metro Jaya menjadi salah satu lokasi yang disasar.

"Yang jelas, mereka menyasar pejabat pemerintahan, pejabat Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri (Densus 88), pejabat Badan Nasional Penaggulangan Terorisme (BNPT), dan tempat-tempat ibadah,” ujar Anton lagi.

Amankan 9 terduga teroris

Dari sembilan terduga teroris yang diamankan Densus 88, dua diantaranya RS dan YS, yang ditangkap di Cilacap, Jawa Tengah, pada Jumat siang pekan lalu.

Dari penangkapan ini, polisi mengembangkan penyelidikan dan menangkap dua orang lainnya pada hari yang sama di Tasikmalaya, Jawa Barat, yaitu Z dan AA di hari yang sama.

Selanjutnya, Detasemen Khusus Antiteror 88 menangkap MKA, TP, dan IR di Mojokerto, Jawa Timur; JAR di Gresik, Jawa Timur; dan AB di Sukoharjo, Jawa Tengah hari Sabtu.

Kecuali empat orang yang ditangkap di wilayah Jawa Timur, tambah Anton, lima orang terduga lainnya disebut terkait kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Menurut kepolisian, mereka telah mengantongi izin dari pemimpin ISIS di Suriah untuk melaksanakan aksi teror di Indonesia.

Sedangkan di jumpa pers terpisah pada hari Senin di kantor Kementerian Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Kemkopolhukam), Jakarta, Kepala Kepolisian RI Badrodin Haiti mengatakan bahwa kesembilan orang ini adalah juga bekas anggota Jemaah Islamiyah.

"Mereka eks Jemaah Islamiyah dan ada kaitannyan dengan kelompok ISIS. Satu minggu ke depan, kami akan proses mereka atau dilepas," Kata Badrodin seperti dikutip Berita Satu.

Selain menangkap sembilan orang, anggota Densus 88 Mabes Polri turut mengamankan beberapa barang bukti dari para terduga teroris. Barang bukti itu, antara lain, 5 kilogram pupuk UREA, 18 boks parafin, 3 kilogram paku, 7 lampu flip-flop, 4 bilah parang, 4 boks tabung CO2, satu alas penghalus bubuk, satu baterai 9 volt, buku tulis berisi cara membuat bahan peledak, dan peta Jakarta.

"Berdasarkan pemeriksaan, sejumlah barang bukti itu akan dirangkai menjadi bahan peledak," kata Anton.

Siagakan 28 ribu personel

Meski Densus 88 telah berhasil mengamankan sembilan orang yang diduga bakal melancarkan aksi teror, Kepolisian Daerah Metro Jaya menyatakan bakal tetap melakukan pengamanan ketat di ibu kota.

"Kami siagakan 28 ribu personel untuk mengamankan Natal dan perayaan pergantian tahun," ujar juru bicara Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Muhammad Iqbal.

Pengamanan ketat itu dipilih karena Polda Metro Jaya tak ingin kecolongan. "Jangan sampai ada yang tak mengenakkan," ujarnya lagi.

Polda Metro Jaya sendiri menggelar rapat koordinasi pengamanan Natal dan Tahun Baru di Balaikota DKI Jakarta, hari Senin. Rapat yang dipimpin Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama itu dihadiri Kepala Kepolisian Resor dan Walikota di seluruh wilayah Jakarta.

Sebelumnya Kapolri sudah mengumumkan bahwa dalam Operasi Lilin 2015 menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru pihaknya akan mengerahkan 150.554 personel gabungan dari Polri, Tentara Nasional Indonesia, dan instansi terkait.

Harus tetap waspada

Dihubungi terpisah, mantan Kepala BNPT Ansyaad Mbai memuji langkah Densus 88 yang berhasil menangkap sembilan terduga teroris.

"Saya mengapresiasi apa yang mereka lakukan," kata Ansyaad Mbai.

Menurut Ansyad, terorisme memang masih menjadi ancaman serius bagi Indonesia. Pasalnya, masih banyak warga negara Indonesia yang terafiliasi dengan kelompok teroris yang belum tertangkap.

"Sepengetahuan saya, ada 45 WNI yang pulang dari Suriah yang bergabung dengan kelompok teroris. Itupun tak menyatakan diri terafiliasi dengan ISIS. Jadi, sulit menentukan ada berapa kelompok di sini," kata Ansyaad.

"Sedangkan baru 11 orang yang tertangkap sejauh ini. Itu baru angka yang tercatat, ya. Realitanya bisa lebih banyak. Jadi, terorisme adalah pekerjaan berat bagi kita.”

Adapun WNI yang ditahan karena terkait terorisme, Ansyad menyebut angka sekitar 1.000 orang. "Itu angka lama, sejak bom Bali," katanya. Sedangkan jumlah orang yang ditahan, menurutnya sekitar 300 orang.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.