Perempuan Pembuat Garam Dapur Mencorek

Pembuat garam di desa yang pernah dikenal sebagai pusat garam dapur tersebut, kini hanya tinggal lima orang.
Anton Muhajir
2017.07.28
Lamongan
SALT-1.jpg

Petani garam tambak menimba air laut untuk disalurkan ke tambak. (Anton Muhajir/BeritaBenar)

SALT-2.jpg

Untuk melihat kadar garam air asin di tambak, petani garam menggunakan meteran. (Anton Muhajir/BeritaBenar)

SALT-3.jpg

Zainab mendidihkan garam kristal untuk mendapatkan garam halus. (Anton Muhajir/BeritaBenar)

SALT-4.jpg

Bahan bakar pembuatan garam dapur menggunakan kayu. (Anton Muhajir/BeritaBenar)

SALT-5.jpg

Pembuat garam dapur mendorong kayu ke bawah tempat memasak garam. (Anton Muhajir/BeritaBenar)

SALT-6.jpg

Garam dapur halus dihasilkan dari penirisan di kukusan. (Anton Muhajir/BeritaBenar)

SALT-7.jpg

Seorang pembuat garam memperlihatkan garam buatannya. Menurutnya, garam kristal pabrik tidak sebagus garam produksi petani tradisional. (Anton Muhajir/BeritaBenar)

SALT-8.jpg

Garam dapur Mencorek diproduksi dari skala rumah tangga dan dijual ke desa-dsa sekitarnya. (Anton Muhajir/BeritaBenar)

Sejak zaman penjajahan Belanda, Mencorek di Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, sudah terkenal sebagai dusun pembuat garam dapur. Pada zaman Jepang, beberapa pembuat garam ditangkap karena dianggap melakukan kegiatan berbahaya.

Kini, pembuat garam di desa berjarak sekitar 2 km dari Pantai Utara (Pantura) Jawa itu tak lebih dari lima orang. Mereka mungkin generasi terakhir pembuat garam di dusun itu.

Zainab (63) dan Suwati (56) termasuk warga Mencorek yang masih membuat garam dapur. Semua pembuat garam di sini memang perempuan. Tapi, tak ada seorang pun anak mereka yang melanjutkan usaha turun-temurun tersebut.

Pembuatan garam dapur Mencorek menggunakan bahan baku garam mentah dari petani garam. Ada sekitar 15 petani garam tambak di kawasan ini. Mereka mengolah air asin dari laut yang disalurkan melalui sungai kecil menuju tambak.

Melalui proses penuaan 3-4 hari, air laut akan mengkristal menjadi garam tambak. Hasilnya kemudian dijual kepada para pembuat garam dapur, seperti Zaenab dan Suwati.

Mereka mendidihkan garam kristal dengan tungku berbahan kayu bakar. Selama proses mendidihkan itu, garam akan mengendap untuk kemudian diambil dengan pengeruk dari kayu. Umumnya, pendidihan dilakukan pada malam hari agar siap dijual keesokan harinya.

Garam halus hasil pendidihan dimasukkan ke kukusan untuk meniriskan garam yang masih mengandung air sampai tersisa garam halus siap konsumsi. Zainab, Suwati, dan pembuat garam lain menjual ke pasar-pasar sekitar dusun.

Namun, kini, tidak ada lagi generasi penerus pembuat garam dapur di Mencorek. “Kami mungkin pembuat garam (dapur) yang terakhir,” kata Zainab.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.