Wilayah Pesisir Jakarta Kembali Kebanjiran

Kementerian ESDM mencatat hingga 2013 permukaan tanah di Jakarta sudah turun 40 meter dari asalnya.
Afriadi Hikmal
2020.01.10
Jakarta
Rob_1.jpg

Masjid Wall Adhuna yang tidak digunakan lagi akibat terendam air laut di Muara Baru, Jakarta, 7 Januari 2020. (Afriadi Hikmal/BeritaBenar)

Rob_5.jpg

Seorang warga memasak di atas rumahnya saat banjir air pasang di Muara Angke, Jakarta, 9 Januari 2020. (Afriadi Hikmal/BeritaBenar)

Rob_6.jpg

Sisa perahu nelayan yang karam di tepi pemukiman Muara Angke, Jakarta, 9 Januari 2020. (Afriadi Hikmal/BeritaBenar)

Rob_8_1000.jpg

Seorang anak sekolah berjalan melintasi banjir air pasang di Muara Angke, Jakarta, 9 Januari 2020. (Afriadi Hikmal/BeritaBenar)

Rob_12.jpg

Pak Nursyad (78) di dalam rumahnya yang hanya memiliki tinggi bagian dalam sekitar 2 meter di Muara Angke, Jakarta, 9 Januari 2020. (Afriadi Hikmal/BeritaBenar)

Rob_14.jpg

Puing-puing untuk menimbun agar ketinggian tanah lebih tinggi dari air laut di Muara Angke, Jakarta, 10 Januari 2020. (Afriadi Hikmal/BeritaBenar)

Rob_15.jpg

Seorang anak berjalan dekat tanggul laut raksasa di Cilincing, Jakarta, 10 Januari 2020. (Afriadi Hikmal/BeritaBenar)

Sejumlah wilayah pesisir di ibu kota kembali dilanda banjir kali ini akibat air pasang, setelah sebelumnya Jakarta dan daerah sekitarnya diterpa banjir besar pasca tingginya curah hujan di malam tahun baru yang merenggut setidaknya 67 jiwa dan mengakibatkan 92.000 warga mengungsi.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, hingga 2013 permukaan tanah di Jakarta sudah turun 40 meter dari asalnya.

Rata-rata setiap tahun terjadi penurunan 12 centimeter akibat 60 persen masyarakat Jakarta dan sekitarnya cenderung masih mempergunakan air tanah ketimbang air dari perusahaan air minum.

Hal tersebut membuat pesisir Jakarta rentan tergenang saat air laut pasang. Namun tidak semua daerah pesisir mengalami banjir saat air pasang karena setiap daerah memiliki ambang batas air yang berbeda, terlebih sudah terdapat tanggul laut raksasa yang dibangun pada 2014 untuk mengatasi naiknya air laut akibat penurunan tanah di Jakarta.

Di wilayah Muara Baru penurunan permukaan tanah terlihat dari bangunan yang sudah terendam air laut. Pada wilayah pemukiman padat Muara Angke yang tidak terdapat tanggul laut, saat air pasang pada 9 Januari menyebabnya banjir menggenangi sebagian pemukiman dengan tinggi mencapai 50 centimeter.

Akibat dari penurunan tanah bagi warga yang mayoritas bekerja sebagai nelayan dan pekerja kasar ini mengharuskan mereka harus merenovasi rumah dengan menambah tinggi bangunan atau menambah lantai semi permanen.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.