WNI Yang Ditahan Oleh Pemerintah Turki Bukan Anggota Smailing Tour
2015.03.12
Mabes Polri telah memastikan bahwa 16 orang yang ditahan di perbatasan Turki-Syria bukanlah 16 warga negara Indonesia (WNI) yang menghilang dari kelompok wisatawan Samiling Tour.
Wakil Kapolri (Wakapolri) Badrodin Haiti memastikan hal ini.
"Enambelas orang yang dilaporkan hilang sebelumnya pakai Smailing Tour, itu belum ditemukan. Sekarang ada lagi yang ditahan oleh otoritas Turki, itu jumlahnya juga 16. Mereka baru ditahan. Ini yang sedang kita cari datanya. Sumbernya dari Kemlu," kata Badrodin di Kantor Presiden tanggal 12 Maret, seperti dikutip oleh Portal Detik.com.
Ada dugaan bahwa sebagian dari 16 WNI yang ditahan di perbatasan Turki-Suriah tanggal 11 Maret lalu adalah keluarga dari tersangka teroris dengan initial MH yang tewas dalam penembakan di Tulungagung, Jawa Timur (Jatim) bulan Juli, 2013, Portal Detik.com melaporkan.
Menurut sumber terpercaya Portal Detik, 8 orang yang ditangkap di perbatasan Turki-Suriah berasal dari Paciran, Jatim. Mereka adalah Ririn dengan tujuh anaknya.
Keluarga lain yang ditahan di perbatasan Turki-Suriah adalah Tiara dan anaknya. Keduanya adalah keluarga AH, seorang Indonesian jihadis yang tewas di Suriah. Keduanya berasal dari Lamongan (Jatim), Portal Detik melaporkan.
Keluarga lainnya berasal dari Ciamis, Jawa Barat. Mereka adalah pasangan suami istri (Stanzah dan Ifah) dan dua orang anaknya, Portal Detik.com melaporkan pada tanggal yang sama.
Warga lainnya bernama Irsan, asal Ciamis (Jawa Barat) dan Aisyahnaz, dia berasal dari Bandung, Jawa Barat.
KBRI di Turki menunggu hasil penyelidikan
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Arrmanatha Nasir mengatakan bahwa setelah penyelidikan, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Ankara akan melaporkan apakah WNI yang ditangkap di perbatasan ini telah terlibat dalam masalah hukum di Turki atau mempunyai motif lainnya seperti hendak bergabungn dengan ISIS.
KBRI dan Pemerintah Turki juga akan memeriksa dokumen perjalanan mereka.
"Kami akan mencari tahu mengapa mereka mencoba untuk menyeberang ke Suriah dan apakah mereka berafiliasi dengan kelompok radikal. Kita ingin mengkonfirmasi hal ini," katanya seperti dikutip oleh AntaraNews tanggal 12 Maret.
"Pemerintah Indonesia belum menentukan langkah selanjutnya," tambah Arrmanatha.
Perbatasan Turki ditutup
Pemerintah Turki mengatakan telah menutup perbatasan Turki-Suriah karena pertempuran di kota Aleppo yang semakin memanas, Portal Merdeka melaporkan.
"Ini demi keamanan dan langkah ini perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya ancaman," kata pejabat Bea dan Cukai Turki yang enggan disebutkan namanya, Reuters melaporkan tanggal 11 Maret.
Pejabat ini menambahkan bahwa perbatasan di Oncupinar dan Cilvegozu di sebelah selatan Provinsi Hatay ditutup bagi semua kendaraan dan individu sejak hari Senin tanggal 11 Maret, menurut berita Reuters.
Meskipun demikian pemerintah Turki tetap mengizinkan bantuan kemanusian dan warga Suriah yang punya paspor untuk melintas perbatasan.
Pejabat ini tidak tahu kapan perbatasan itu akan dibuka.