Thailand, Malaysia Laporkan Ribuan Kasus Positif Virus Corona
2020.03.26
Infeksi virus corona telah mencapai ribuan kasus di dua negara di kawasan Asia Tenggara Kamis ini, dimana lebih dari 1.000 orang di Thailand dan 2.000 orang di Malaysia positif terinfeksi.
Di Indonesia, Presiden Joko Widodo mengajak negara-negara anggota G20 memimpin berbagai langkah untuk memerangi COVID-19. Sementara itu di Bangladesh, Persatuan Pengusaha Pabrik dan Eksportir Garmen (BGMEA) sepakat untuk menutup sebagian besar pabrik selama dua pekan.
Di Malaysia, sejumlah staf kerajaan dilaporkan positif terinfeksi, yang memaksa Raja Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah dan Ratu Tunku Azizah Aminah Maimunah menjalani masa karantina 14 hari.
“Dengan ini Istana Negara Malaysia mengumumkan bahwa tujuh staf kerajaan positif terinfeksi COVID-19 dan saat ini tengah dirawat di Rumah Sakit Kuala Lumpur. Para pejabat kementerian kesehatan kini tengah menelusuri sumber infeksi,” jelas pihak kerajaan dalam keterangan resminya.
Sang raja dan ratu pun telah menjalani tes dan hasilnya negatif.
Perdana Menteri Muhyiddin Yassin dan beberapa anggota kabinet Malaysia pun sepakat untuk menyumbangkan dua bulan gaji mereka ke Badan Nasional Penanggulangan COVID-19.
“Hal ini merupakan bentuk komitmen pemerintah dalam membantu mereka yang terjangkit oleh virus,” ujar PM Yassin dalam keterangan resminya.
Menteri Pertahanan Malaysia Ismail Sabri Yaakob mengumumkan pemerintah akan memberlakukan masa karantina atau lockdown selama dua minggu di dua lokasi di Negara Bagian Johor mulai Jumat ini, setelah pemerintah setempat mencatat adanya 83 kasus positif virus corona.
Karantina akan berakhir 9 April mendatang. Sebanyak 3.570 orang dari 650 kepala keluarga tidak diizinkan untuk masuk atau meninggalkan kedua wilayah itu. Semua perkantoran pun harus tutup.
“Selama masa karantina, kementerian kesejahteraan rakyat akan memastikan pasokan kebutuhan sehari-hari warga terpenuhi. Pemerintah setempat pun akan membuka posko kesehatan di dua wilayah itu. Aparat kepolisian dan militer juga disiagakan selama masa karantina,” ujar Ismail.
Kamis ini, kasus COVID-19 di Malaysia bertambah 235 kasus, melonjak menjadi 2.031 kasus. Jumlah kematian juga bertambah empat kasus menjadi 23 kasus dari hari sebelumnya.
Tiga di antara pasien yang meninggal diketahui ikut serta dalam acara Ijtima Jamaah Tabligh yang digelar di masjid sekitar Kuala Lumpur akhir Februari lalu. Acara itu diyakini menjadi sumber penularan virus di Malaysia dan sejumlah negara lain, termasuk Indonesia, Filipina, Singapura, Brunei, Kamboja, Thailand dan Vietnam.
Data yang dirilis Universitas John Hopkins Amerika Serikat menunjukkan lebih dari 23.500 orang tewas dan 521.000 positif terinfeksi COVID-19.
Karantina di Thailand
Pemerintah Thailand Kamis ini juga mulai menerapkan masa karantina. Lima Tambon atau klaster desa di Provinsi Narathiwat dikarantina setelah enam orang di wilayah yang berbatasan dengan Malaysia ini dipastikan positif terinfeksi.
“Warga di sini tidak merasakan bedanya karena kami berada di bawah status darurat selama 15 tahun,” ujar seorang warga Narathiwat, Nithima Lama, kepada BenarNews.
“Tapi kami harus sudah berada di rumah pukul 8 malam dan menunggu bagaimana perkembangan besok.”
Wilayah di selatan Thailand ini melaporkan adanya 99 kasus positif COVID-19. Wilayah ini sendiri didominasi oleh umat muslim dan terus diwarnai kekerasan sejak pemberontakan pecah tahun 2004 lalu.
Thailand sendiri melaporkan adanya pertambahan 111 kasus COVID-19 sejak Rabu sehingga angka total mencapai 1.045 kasus, sementara jumlah kematian mencapai empat kasus.
Dengan berlakunya masa darurat, pemerintah Thailand menyiapkan 400 titik pemeriksaan di seluruh negeri.
“Jika warga tengah berada di titik pemeriksaan, jendela mobil harus dibuka. Warga juga diimbau untuk mengenakan alat pelindung diri seperti masker. Warga juga dimohon kerjasamanya untuk keluar dari mobil demi mempermudah pemeriksaan,” ujar Juru Bicara Kepolisian Nasional Thailand, Letjen Pol. Piya Uthayo.
Jokowi ajak para pemimpin G-20
Usai memimpin prosesi pemakaman ibundanya yang wafat Rabu kemarin, Presiden Joko Widodo Kamis ini tiba di Istana Bogor, Jawa Barat, untuk ikut serta dalam KTT G20 yang digelar lewat video conference bersama para kepala negara anggota G20 demi membahas penanganan COVID-19.
Jokowi mengajak para pemimpin dari 19 negara dan Uni Eropa yang menjadi anggota organisasi G20 untuk memimpin langkah-langkah dalam memerangi pandemi.
“Untuk itu, G20 harus aktif memimpin upaya menemukan antivirus dan obat COVID-19, tentunya bersama WHO,” ujar presiden dalam pernyataan resminya.
“Kita harus mencegah resesi ekonomi global, melalui kebijakan fiskal dan moneter yang terkoordinasi, serta memperluas dan memperkuat jaring pengaman sosial terutama bagi UMKM.”
Negara-negara peserta G-20 sendiri telah berkomitmen untuk menggelontorkan dana 5 triliun dolar untuk ekonomi global dalam memerangi krisis akibat COVID-19.
“Memerangi pandemi ini dibutuhkan upaya global yang transparan, kuat, terkoordinasi, berskala besar dan berbasis ilmu pengetahuan, tentunya dalam semangat solidaritas,” ujar negara-negara G20 dalam pernyataan resminya.
Indonesia sendiri mencatat ada pertambahan 103 kasus COVID-19 menjadi 893 kasus hingga Kamis ini. Kasus kematian meningkat 20 menjadi 78 kasus, Tiga provinsi – Sumatra Barat, Aceh, dan Sulawesi Tengah– melaporkan kasus kematian pertamanya. Dengan demikian, 27 dari 34 provinsi di Indonesia telah melaporkan kasus infeksi COVID-19.
Kasus positif infeksi di Sumatra Barat diketahui berhubungan dengan acara Ijtima Jamaah Tabligh di Malaysia bulan lalu, seperti yang dikutip Jakarta Post.
Bangladesh dikarantina
Ibu kota Bangladesh, Dhaka, terlihat sepi kerumunan warga Kamis ini, yang merupakan hari pertama diberlakukannya karantina nasional. Ruas-ruas jalan ditutup dan transportasi umum dibatasi. Pasar-pasar pun terlihat sepi pembeli. Menurut pihak Polisi Jalan Raya, hanya truk-truk pengangkut pasokan saja yang diizinkan melintas.
Meski demikian, ribuan orang justru memanfaatkannya untuk keluar kota lantaran masa karantina dinilai sebagai liburan. Namun masih ada juga yang tetap di rumah masing-masing sesuai imbauan pemerintah.
Sementara itu, Persatuan Pengusaha Pabrik dan Eksportir Garmen Bangladesh (BGMEA) memutuskan untuk menutup pabrik-pabrik akibat COVID-19.
Ketua BGMEA Rubana Huq Kamis ini mengimbau pemilik pabrik untuk menghentikan kegiatan operasional pabrik hingga 4 April mendatang demi memperlambat penyebaran virus corona.
Imbauan itu keluar usai Perdana Menteri Sheikh Hasina mengumumkan di televisi akan menggelontorkan paket stimulus ekonomi sebesar 50 miliar taka atau 590 juta dolar untuk membantu pembayaran gaji para buruh pabrik yang berorientasi ekspor.
“Pabrik-pabrik yang memproduksi sendiri alat pelindung diri (APD) bisa tetap beroperasi,” ujar Rubaha Huq dalam keterangannya. Dia juga mengingatkan para pemilik usaha untuk menjamin keselamatan dan kebersihan maksimum para karyawan.
Langkah itu pun disambut baik petinggi organisasi buruh.
“Mengingat situasi saat ini, keputusan untuk menutup pabrik sangat tepat,” ujar Mahbubur Rahman Ismail, Koordinator Serikat Buruh Garmen Sramik Odhikar Andolan, kepada BenarNews.
Meski demikian, dia menilai pernyataan Huq masih belum menjelaskan tentang kebijakan pemberian gaji kepada para buruh.
Noah Lee dan Nisha David dari Kuala Lumpur, Wilawan Watcharasakwet dan Mariyam Ahmad dari Bangkok dan Pattani, Thailand, Kusumasari Ayuningtyas dari Surakarta, Indonesia, dan Jesmin Papri dari Dhaka ikut berkontribusi dalam berita ini.