Abepura Rusuh, Kapolda Tegaskan Tidak Ada Pembakaran Alkitab
2017.05.25
Jayapura
Jalan utama Abepura dan Padang Bulan di Kelurahan Hedam, Kota Jayapura, diblokir ratusan warga pada Kamis siang, 25 Mei 2017, setelah tersiar kabar seorang anggota TNI melakukan pembakaran Alkitab di Wisma Makorem 172/PWY, Padang Bulan.
"Seorang warga melihatnya, lalu melaporkan ke jemaat gereja Sion di Padang Bulan. Kebetulan hari ini juga hari Kenaikan Isa Almasih. Jemaat langsung bereaksi. Mereka menutup jalan dengan ranting pohon, batang kayu, dan material lain yang ada di sisi jalan," jelas seorang saksi mata.
Tak lama kemudian, bukan hanya jemaat Gereja Sion saja berkumpul di depan Wisma Korem. Masyarakat Kota Jayapura juga mendatangi lokasi, setelah ruas jalan tersebut tertutup total.
Massa berteriak-teriak di depan Wisma Korem meminta oknum anggota TNI itu keluar. Namun dia tak kunjung keluar dari Wisma Korem.
Massa akhirnya terprovokasi untuk mengepung Markas Korem 172/PWY yang terletak bersebelahan dengan Wisma Korem sambil terus berteriak. Tindakan massa ini akhirnya memicu aparat keamanan melepaskan tembakan peringatan sehingga melukai tiga orang warga.
Kapolda Papua, Irjen. Pol. Boy Rafli Amar, mengatakan tidak benar ada pembakaran kitab suci umat Nasrani.
"Ada tumpukan kertas di bak sampah, kemudian dibakar. Nah diisukan oleh orang tidak bertanggung jawab kalau itu tumpukan bukunya Alkitab," katanya kepada wartawan.
Pihak Kodam VXII Cenderawasih, melalui Kapendam Kolonel Teguh Pudji menjelaskan Wisma Korem melakukan pembersihan. Sampah dan tumpukan kertas yang tidak terpakai dibawa keluar tanpa diperiksa, kemudian dibakar.
“Tidak disengaja di dalam tumpukan karton terdapat buku-buku agama. Kemudian pada saat pembakaran, ada yang melihat bahwa itu buku-buku agama,” jelas Teguh.
Massa yang marah berhasil dibubarkan menjelang sore hari setelah bernegosiasi dengan Kapolda dan Walikota Jayapura, Behur Tommy Mano. Kasdam Cenderawasih Brigjen TNI Herman Asaribab juga ikut turun ke jalan menemui massa.
Warga dan polisi terluka
Akibat insiden di depan Wisma Korem itu, tiga warga sipil mengalami luka yang diduga akibat terkena peluru nyasar aparat keamanan ketika melepaskan tembakan peringatan untuk membubarkan massa.
Seorang di antaranya adalah mantan pemain Persipura, Victor Pulanda, sedangkan dua lainnya bernama Edi Siep dan Alpian Ukago.
Yohana, seorang saksi yang berada lokasi mengatakan penembakan itu terjadi setelah massa terlibat baku lempar dengan tentara yang berseragam lengkap dan memegang senjata.
“Mungkin karena tentara kena lemparan, warga yang berdiri di situ dibubarkan dengan mobil panser. Saat mobil panser tiba semua warga lari dan tentara berpakaian lengkap dengan senjata mengeluarkan tembakan, ke atas dan ke bawah,” katanya.
Saat berlari, Yohana melihat Victor terjatuh. Ia lalu berteriak minta tolong. Victor dibawa ke Rumah Sakit Dian Harapan oleh mahasiswa Nabire.
Saat terjadi aksi saling lempar, Kapolres Kota Jayapura, AKBP Tober Sirait dan ajudannya menjadi korban kemarahan massa.
Kabid Humas Polda Papua, Kombes (Pol) A.M. Kamal, mengatakan Tober Sirait dirawat di RS Bhayangkara karena lemparan massa.
“Saya lagi cek Kapolresta dan ajudannya luka, lagi dirawat,” ujar Kamal.
Tober Sirait mengalami luka pada bagian dada sebelah kiri memar karena lemparan batu dan luka memar di bagian badan. Sedangkan ajudannya Bripda Nyoman mengalami luka pada pelipis sebelah kiri, hidung retak dan punggung.
Jangan terprovokasi
Ketua Sinode Kingmi Tanah Papua, Pendeta Benny Giay, meminta masyarakat Papua tidak terprovokasi dengan peristiwa yang terjadi Kamis siang. Menurutnya masyarakat Papua harus lebih cerdas melihat fenomena yang terjadi di bumi Cendrawasih itu.
“Masyarakat Papua jangan terprovokasi. Alkitab itu untuk dipahami, dimengerti dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari,” kata Benny.