Perwakilan Keluarga Sandera Sebut Ada “Uang Terima Kasih”
2016.10.04
Balikpapan & Jakarta

Juru bicara dan perwakilan keluarga sandera anak buah kapal (ABK) yang sempat disekap Abu Sayyaf Group (ASG) menyebutkan perusahaan tempat ABK tersebut bekerja telah melakukan pembayaran kepada kelompok militan tersebut, sementara pihak perusahaan tidak mau berkomentar.
Kapten Amrullah, yang selama ini bertindak sebagai juru bicara dan perwakilan keluarga sandera menyebutkan, ada pembayaran sejumlah “uang terima kasih” kepada ASG dari PT Rusianto Bersaudara menyusul dibebaskannya lagi tiga sandera warga negara Indonesia (WNI) pada Sabtu, 1 Oktober 2016.
“Tidak ada makan siang gratis. Bukan tebusan tapi “uang terima kasih”, untuk ganti biaya dan makan mereka selama disandera,” kata Amrullah kepada BeritaBenar, Senin, 3 Oktober 2016.
“Berapa nilainya hanya perusahaan yang tahu. Kalau pun saya tahu, saya tak akan memberitahu karena ada dua rekan kami yang masih ditahan Abu Sayyaf,” tambahnya.
Ketiga sandera ABK Tugboat Charles 001 yang dibebaskan adalah Ferry Arifin (26), Muh. Mahbrur Dahri (27), dan Edi Suryono (27). Sedangkan dua ABK lainnya, Muh. Nasir dan Robin Pieter masih ditawan kelompok bersenjata yang telah berbaiat kepada Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) itu.
Juru bicara PT Rusianto Bersaudara, Taufikrahman, menolak mengomentari soal “uang terima kasih” seperti disebut Amrullah.
“Soal uang tebusan, no comment,” ujarnya ketika dikonfirmasi BeritaBenar, Selasa, 4 Oktober 2016.
Sebelumnya diberitakan bahwa setelah menculik tujuh ABK Charles 001, 20 Juni lalu, ASG menuntut uang tebusan sebesar 20 juta Ringgit Malaysia (sekitar Rp62,7 miliar).
Pemerintah tegaskan tidak bayar tebusan
Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kemlu, Lalu Muhammad Iqbal, menegaskan bahwa Pemerintah Indonesia tak pernah melakukan pembayaran uang tebusan kepada ASG.
“Mungkin costly iya, tapi pemerintah tidak akan berkompromi dengan teroris dengan memberikan uang tebusan,” ujarnya kepada wartawan.
Pakar terorisme dari Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya, menyatakan berdasarkan informasi yang diperolehnya dari Satuan Tugas di Filipina memang “ada costly dan itu mungkin sebagai biaya hidup sandera di sana.”
Pakar teroris dan intelijen dari Universitas Indonesia, Wawan Purwanto, juga menyebutkan Pemerintah Indonesia tidak membayar uang tebusan.
“Kalau uang terima kasih dimaksud mungkin dari perusahaan dan itu memungkinkan karena mereka dapat asuransi,” ujar Wawan, yang juga staf ahli bidang pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme.
Dua faksi
Menurut Amrullah, sejak tiga hari lalu pihaknya sudah memperoleh informasi mengenai bebasnya ketiga sandera. Apalagi ia sering berkomunikasi dengan Abu Qhasadah alias Ikan Juliet yang akrab disapa Pak Jul, pimpinan faksi ASG yang menyandera ketiga ABK tersebut.
“Sejak Sabtu malam, sudah ada informasi bebasnya tiga sandera dari Pak Jul,” tuturnya.
“Dua ABK lain masih ditahan faksi Abu Sayyaf yang dipimpin Al Habsyi Misaya. Kelompok ini juga menahan Ismail dan Muhammad Sofyan yang berhasil lari pertengahan Agustus lalu,” jelas Amrullah, yang juga Ketua Kesatuan Pelaut Indonesia Wilayah Samarinda.
Dia menyebutkan, pernah beberapa kali berbicara dengan para sandera untuk sekedar menanyakan kabar dan kesehatan mereka, dengan mengontak Abu Qhasadah.
“Saya tidak ikut campur dalam upaya pembebasan yang dilakukan pemerintah. Sekadar tanya kabar dan memberikan semangat agar mereka tetap bertahan,” paparnya.
Berterima kasih
Amrullah menyatakan pembebasan ketiga ABK adalah tindak lanjut pertemuan Presiden Filipina Rodrigo Duterte dan Presiden Joko “Jokowi” Widodo di Jakarta pada 9 September lalu.
Abdul Muis, orang tua Ferry Arifin, yang dihubungi BeritaBenar mengaku bahagia karena anaknya sudah dibebaskan.
“Terima kasih Presiden Duterte dan Pak Jokowi,” kata Abdul.
Dia mengaku mendapat informasi anaknya bebas dari staf Crisis Centre Kementerian Luar Negeri Indonesia.
“Mereka menghubungi saya dan meminta melihat pernyataan pers Menteri Luar Negeri soal anak saya di televisi,” paparnya.
Abdul mengaku perasaannya campur aduk antara tak percaya dan bahagia. Penantian selama tiga bulan lebih akhirnya terbayar dengan dibebaskannya Ferry Arifin.
“Saya akan menjemput dia langsung ke Jakarta nanti,” ungkapnya.
Menlu Retno Marsudi dalam jumpa pers di Jakarta, Minggu, menyatakan bahwa ketiga sandera dalam kondisi baik dan sehat.
Setelah pemeriksaan kesehatan, ketiga sandera dibawa ke Zamboanga untuk proses serah terima resmi kepada Pemerintah Indonesia melalui KBRI di Manila.
“Kepulangan akan diumumkan setelah semua proses selesai di sana,” ujarnya.
ASG sudah terpojok
Iqbal mengklaim pecahan ASG sudah sangat terpojok karena dua pimpinan operator di lapangan yang dikenal sebagai Muktadil bersaudara sudah tewas dalam operasi militer, minggu lalu.
“Muktadil bersaudara merupakan operator yang menangkap sandera WNI di laut Sulu untuk kemudian diserahkan ke kelompok pecahan ASG lain termasuk Al Habsyi Misaya,” katanya.
Pemerintah, lanjutnya, masih melakukan upaya pembebasan terhadap dua WNI yang masih disandera, termasuk berkomunikasi langsung dengan pemimpin negosiator Pemerintah Filipina, Jesus De Ruza.
De Ruza juga dikenal sebagai negosiator yang melobi pembebasan empat warga Malaysia beberapa waktu lalu.