Anies Baswedan siap kembali maju dalam pemilihan gubernur Jakarta
2024.06.14
Jakarta
Setelah kalah dalam pemilihan presiden Februari lalu, Anies Baswedan pada Jumat secara resmi menyatakan siap kembali maju dalam pemilihan kepala daerah Jakarta yang digelar November mendatang.
Anies merupakan gubernur Jakarta periode 2017-2022 yang kemudian memutuskan maju sebagai calon presiden dalam pemilu tahun ini, berpasangan dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar.
Namun belakangan dia kalah oleh pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang dituding banyak pihak mendapat sokongan Presiden Joko "Jokowi" Widodo.
"Bismillah, kami bersiap untuk meneruskan periode kedua," ujar Anies dalam keterangan kepada wartawan di Jakarta, Jumat (14/6).
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PKB Jakarta Hasbiallah Ilyas dalam keterangan pers kemarin mengungkapkan partainya menerima pendaftaran sejumlah tokoh lain, namun memilih Anies usai menggelar uji kepatutan dan kelayakan pada 6 Juni.
Selain itu, PKB juga mempertimbangkan tingkat popularitas dan elektabilitas sejumlah tokoh yang mendaftar, terang Hasbiallah.
"Kami harus realistis. Kami sudah melakukan survei dan paham bahwa DKI Jakarta memerlukan Anies Baswedan," kata Hasbiallah, tanpa memerinci nama-nama lain yang mendaftar.
Merujuk perhitungan suara Komisi Pemilihan Umum (KPU), PKB harus berkoalisi dengan partai politik lain agar dapat mengusung calon gubernur dan wakil gubernur sendiri pada pilkada Jakarta.
Untuk dapat mengusung calon gubernur dan wakil gubernur sendiri, partai politik setidaknya harus menguasai 20% DPRD Jakarta atau minimal 22 kursi dari keseluruhan 106, sementara PKB diperkirakan hanya mendapat 10 kursi.
Terkait koalisi dengan partai lain untuk pemilihan nanti, Hasbiallah belum memastikan, dengan mengatakan, "PKB terbuka bagi semuanya."
Selain PKB, nama Anies sebagai calon gubernur juga dipertimbangkan beberapa partai lain, seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), serta Partai NasDem – pengusung Anies di pemilihan presiden lalu.
Sejumlah nama pun telah digadang-gadang sebagai pendamping Anies, termasuk putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep.
Kaesang dapat maju sebagai calon gubernur dan wakil gubernur setelah Mahkamah Agung mengubah aturan batas usia minimal pencalonan, dari semula harus berusia 30 tahun saat mendaftar di KPU, menjadi berumur 30 tahun saat dilantik.
Ketua Partai Solidaritas Indonesia (PSI) itu akan genap berusia 30 tahun pada 25 Desember tahun ini.
Pemungutan suara pemilihan kepala daerah serentak digelar 27 November mendatang.
Anies merupakan salah satu orang yang lantang mengkritik proses pencalonan penuh kontroversi Gibran yang merupakan putra sulung Jokowi saat pilpres lalu.
Gibran melenggang sebagai pendamping Prabowo dalam pilpres setelah Mahkamah Konstitusi (MK) yang kala itu dipimpin pamannya, Anwar Usman, merevisi aturan batas usia minimal pencalonan.
MK memperluas ketentuan pencalonan dengan menambahkan frasa seseorang yang pernah atau sedang menjabat kepala daerah dapat dicalonkan sebagai presiden atau wakil presiden kendati belum berusia 40 tahun.
Lantas, apakah Anies bersedia dipasangkan dengan Kaesang yang notabene berpotensi maju setelah aturan pencalonan gubernur dan wakil gubernur kini juga telah diubah?
Dia menjawab dengan analogi, "Anda main catur (lalu) di tengah-tengah permainan aturan diubah, ya, repot."
Sementara Kaesang tidak mempermasalahkan jika dia dipasangkan dengan siapa pun, termasuk Anies, andai kata benar-benar maju dalam pilkada Jakarta.
"Semuanya bagus. Enggak ada masalah. Kami komunikasi dengan semua," ujar Kaesang di Jakarta, dikutip dari Tempo.co.
Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP Jakarta Pantas Nainggolan mengatakan partainya tak menutup kemungkinan berkoalisi dengan PKB untuk mengusung Anies pada pilkada nanti.
Namun dia menolak jika partainya kemudian memasangkan Anies dengan Kaesang pada pemilihan nanti.
"Secara pribadi, tidak usah mengulang tragedi pemilihan presiden di Jakarta," kata Pantas, dikutip dari Kompas.com.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) NasDem Taufik Basari mengatakan partainya memang mempertimbangkan Anies sebagai salah satu calon gubernur pada pilkada nanti.
Hanya saja untuk calon resmi yang bakal diusung, dia menyebut NasDem masih membahasnya sampai saat ini.
"Internal masih membahas. Nanti saat sudah diputuskan, kami akan mengabarkan," ujar Taufik kepada BenarNews.
Terkait koalisi dengan partai-partai lain agar dapat maju dalam pilkada Jakarta, Anies juga belum memastikan dengan mengatakan komunikasi sampai saat ini masih terus masih berlangsung.
"Kita lihat saja nanti seperti apa," pungkasnya.
Pengamat politik Universitas Indonesia Cecep Hidayat menilai Anies berpeluang besar memenangkan pilkada jika akhirnya benar-benar mendapat tiket "berkompetisi" di Jakarta.
"Popularitas dan elektabilitas tinggi. Rekam jejak dia selama di Jakarta juga bagus," kata Cecep kepada BenarNews.
Potensi kemenangan itu pun akan semakin besar jika PKS dan PDIP turut berkoalisi mengusung Anies. Pasalnya, Cecep menilai, kedua partai tersebut memiliki "mesin" politik yang kuat dan berjalan baik.
Pengamat Politik Universitas Gadjah Mada Arga Pribadi Imawan menambahkan, Anies kemungkinan akan mengulang metode kampanye yang tidak jauh berbeda dibanding pilpres lalu, salah satunya penggunaan media sosial TikTok.
Metode itu, dinilai Arga telah cukup berhasil mengerek suara Anies yang semula tidak diperhitungkan pada pilpres.
“Cara ini saya pikir akan digunakan kembali, karena ini justru jadi momentum untuk menduduki jabatan yang lebih bagus,” ujar Arga kepada BenarNews.
Selain itu, dia menilai Anies juga bisa memainkan “political drama” yang cocok dengan karakteristik pemilih Jakarta yang mengedepankan perasaan. Semakin kandidat itu diserang, maka simpati orang akan bertambah besar.
Peneliti Pusat Riset Politik BRIN Aisah Putri Budiatri mengatakan Anies yang sudah resmi didukung PKB lebih memungkinkan membangun koalisi dengan mereka yang berada di luar pendukung Prabowo-Gibran saat Pilpres 2024 lalu, yaitu Nasdem, PKS, PDIP, dan PPP.
“Dukungan terhadap Anies oleh mantan koalisinya (pada PIlpres 2024) dan PDIP sangat mungkin terjadi. Juga karena Anies masih sangat populer di Jakarta dan punya peluang menang tinggi,” ujar dia pada BenarNews.