TNI AD Selidiki Penyebab Meledaknya Meriam di Natuna

Latihan PPRC melibatkan sekitar 5.900 prajurit berbagai kesatuan dan menggunakan alat utama sistem senjata dari ketiga angkatan.
Ismira Lutfia Tisnadibrata
2017.05.18
Jakarta
170518-ID-army-620.jpg Personel TNI melakukan latihan anti-teror di pantai Kajhu, pinggiran Banda Aceh, Provinsi Aceh, 22 November 2016.
AFP

Penyelidikan insiden dalam latihan menembak Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI Angkatan Darat (AD) di Tanjung Datuk, Natuna, Kepulauan Riau, yang menewaskan empat prajurit TNI, Rabu, 17 Mei 2017 masih terus dilakukan.

“Investigasi masih berjalan terus karena butuh waktu untuk mengetahui penyebabnya. Tim dari TNI Angkatan Darat yang melakukan investigasi akan melaporkan hasilnya ke Panglima TNI,” ujar Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat, Kolonel Arm. Alfret Denny Tuejeh ketika dikonfirmasi BeritaBenar, Kamis, 18 Mei 2017.

Selain menewaskan empat prajurit Batalyon Arhanud 1/Kostrad, insiden tersebut juga mengakibatkan delapan prajurit dari batalyon yang sama mengalami luka-luka karena terkena tembakan. Empat dari mereka dirawat di rumah sakit milik TNI di Pontianak, Kalimantan Barat.

“Dua korban luka-luka sudah selesai dioperasi, besok (Jumat) ada lagi yang dioperasi. Kami memberikan pelayanan maksimal kepada mereka dan mendatangkan dokter-dokter dari RSPAD,” ujar Alfret, merujuk pada Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto di Jakarta.

Insiden itu terjadi sekitar jam 11.21 WIB Rabu ketika PPRC sedang latihan pendahuluan menjelang latihan utamanya yang diselenggarakan, Jumat, 19 Mei 2017 yang juga akan dihadiri Presiden Joko Widodo.

Alfret mengatakan insiden terjadi ketika ada gangguan pada peralatan pembatas elevasi di salah satu pucuk meriam 23mm/Giant Bow dari Batalyon Arhanud 1/K yang sedang melakukan penembakan.

Akibatnya, meriam buatan China yang ditembakkan tidak dapat dikendalikan sehingga mengakibatkan insiden mematikan tersebut.

“Secara teknis, meriam Giant Bow yang digunakan dalam latihan tersebut masih dalam kondisi baik dan dipelihara dengan baik di satuan Batalyon Arhanud-1/K,” jelas Alfret.

Jenazah empat prajurit yang tewas sudah dipulangkan ke daerah asal masing-masing, Rabu malam.

Jenazah almarhum Pratu Marwan dibawa ke Pekanbaru, Riau. Almarhum Kapten Arh Heru Bahyu ke Padang, Sumatra Barat. Almarhum Pratu Ibnu Hidayat ke Semarang, Jawa Tengah dan almarhum Praka Edi ke Palopo, Sulawesi Selatan.

Libatkan 5.900 prajurit

Markas Besar (Mabes) TNI menyebutkan latihan PPRC melibatkan sekitar 5.900 prajurit berbagai kesatuan dan menggunakan alat utama sistem senjata dari ketiga angkatan antara lain berbagai jenis meriam, helikopter, tank, panser, kapal perang dan pesawat udara.

Sebelumnya, pada Senin, 15 Mei, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo bersama petinggi TNI ketiga angkatan telah meninjau persiapan pelaksanaan gladi bersih latihan PPRC.

Mereka juga menijau lokasi pembaretan gubernur-gubernur dari seluruh Indonesia di pantai Teluk Buton, Tanjung Datuk dan meninjau Pantai Sengiap dimana Pasukan Pendarat Amfibi akan melakukan latihan pertempuran laut.

Sampaikan duka cita

Komisi 1 DPR yang membidangi pertahanan, hubungan luar negeri dan teknologi informatika menyampaikan duka cita atas gugurnya prajurit TNI dalam latihan tersebut.

“Saya turut berduka atas gugurnya para prajurit TNI dalam insiden ledakan tersebut dan insiden meledaknya meriam buatan Tiongkok ini tentu tidak diharapkan kita semua. Saya berharap Mabes TNI segera menangani para prajurit yang terluka,” ujar Ketua Komisi I DPR, Abdul Kharis Almasyhari, dalam siaran pers, Kamis.

Kharis juga mengatakan perlu evaluasi terhadap upaya Mabes TNI untuk memastikan tingkat keamanan peralatan tempur, karena pemeliharaan dan perawatan alat utama sistem pertahanan TNI selama ini memang kurang diperhatikan.

“Dalam kasus meledaknya meriam buatan Tiongkok, TNI perlu menjelaskan dan mengusut faktor penyebabnya, apakah karena faktor pemeliharaan dan perawatan atau kondisi meriam saat dibeli memang sebenarnya tidak layak,” ujar Kharis.

Menurutnya, evaluasi ini penting karena wilayah yang akan menjadi tempat latihan PPRC adalah lokasi strategis dan berbatasan dengan Laut China Selatan yang menjadi sengketa perebutan wilayah antara beberapa negara Asia Tenggara dan China.

Kepulauan Natuna juga merupakan wilayah perbatasan laut terdepan paling utara di Indonesia dan kaya berbagai sumber daya sehingga rawan terjadi penerobosan wilayah dan pencurian ikan oleh kapal-kapal asing, termasuk dari China.

Tahun lalu, tercatat sedikitnya dua insiden dengan China karena TNI AL pada Juni 2016 menangkap kapal ikan asal China yang sedang mencuri ikan di wilayah Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia yang mencakup 200 mil laut dari garis dasar pantai.

Kapal ikan itu dikawal oleh kapal Penjaga Pantai China yang mencoba mengintervensi penangkapan tersebut dengan cara menabrakkan kapal ikan yang sedang ditarik oleh kapal Indonesia.

Pada bulan sebelumnya, TNI AL juga menangkap kapal China yang sedang mencuri ikan di wilayah tersebut.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.