Amerika Serikat Imbau Negara ASEAN Tutup Pasar Basah Satwa Liar
2020.04.23
Jakarta
Amerika Serikat mengimbau negara-negara Asia Tenggara untuk menutup semua pasar basah yang secara ilegal menjual satwa liar, mengatakan tempat-tempat semacam itu memiliki kaitan dengan penyakit yang menular dari hewan ke manusia, sementara pada saat yang sama Washington mengumumkan telah mengeluarkan $ 35,3 juta bantuan regional untuk memerangi wabah virus corona.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengajukan permohonan itu setelah menyerukan China untuk secara permanen menutup pasar basah satwa liarnya, termasuk yang ada di pusat kota Wuhan, di mana para ahli kesehatan mengatakan COVID-19 tersebar dari wilayah itu tahun lalu sebelum menginfeksi lebih dari 2,6 juta orang di seluruh dunia dan menewaskan lebih dari 186.000 lainnya.
"Mengingat hubungan kuat antara satwa liar ilegal yang dijual di pasar basah dan penyakit zoonosis (penyakit yang diltularkan dari binatang ke manusia), AS telah meminta Republik Rakyat Tiongkok untuk secara permanen menutup pasar basah satwa liar dan semua pasar yang menjual satwa liar ilegal," kata Pompeo dalam sebuah pernyataan yang dirilis Rabu, merujuk pada kompleks pasar hewan yang menjual ikan hidup dan hewan liar kerap disembelih di lokasi.
"Saya meminta semua pemerintah ASEAN untuk melakukan hal yang sama," katanya.
AS: Siaga akan ‘ancaman Cina’
Dalam eksempatan itu Pompei juga mengatakan Cina telah memanfaatkan konsentrasi negara-negara di dunia menangani COVID-19 untuk semakin memperkuat klaim agresif negara Asia Timur itu di Laut China Selatan.
“Bahka ketika kita memerangi wabah, kita harus ingat ancaman terhadap keamanan jangka panjang kita belum hilang. Bahkan ancaman itu semakin menonjol,” kata Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo dalam pertemuan virtual Menteri Luar Negeri ASEAN dan AS tersebut.
“Beijing telah mengambil keuntungan dari pandemi, mulai dari pengumuman sepihak wilayah administratif atas pulau-pulau dan daerah maritim yang disengketakan di wilayah Laut Cina Selatan, menenggelamkan kapal penangkap ikan Vietnam awal bulan ini, dan ‘stasiun penelitian’ di Fiery Cross Reef dan Subi Reef,” kata Pompeo,
“AS sangat menentang penindasan Tiongkok, kami berharap negara-negara lain akan meminta pertanggungjawaban mereka,” sambung Mike.
“Kami menyatakan keprihatinan atas sejumlah laporan yang menunjukkan bahwa operasi bendungan di hulu Beijing telah mengubah aliran Sungai Mekong secara sepihak,” kata Pompeo.
Bantuan dana
Pada kesempatan tersebut, AS juga mengumumkan bantuan kepada Indonesia senilai lebih dari 3 juta dolar AS (sekitar Rp46,8 miliar) dari total 35,3 juta dolar AS yang diberikan kepada negara di kawasan ASEAN.
Bantuan untuk Indonesia akan disalurkan melalui Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan sejumlah lembaga riset dalam bentuk laboratorium, pengawasan, dan penyediaan alat kesehatan.
“Kami juga mendesak pihak berwenang untuk mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memfasilitasi pengiriman bantuan dan layanan kemanusiaan kepada penduduk paling rentan di seluruh Indo-Pasifik — termasuk mereka yang terlantar akibat kekerasan di Myanmar,” kata Pompeo.
“Kami menyerukan semua untuk bekerja dengan PBB dan organisasi kemanusiaan untuk mewujudkan bantuan itu bagi Rohingya dan pengungsi lainnya,” katanya.
Pompeo juga meluncurkan apa yang disebut inisiatif US-ASEAN Health Futures untuk kemitraan jangka panjang dalam bidang kesehatan. meliputi pengendalian HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya, memperluas akses air bersih, dan meningkatkan nutrisi serta kesehatan ibu dan anak.
Selama 20 tahun terakhir, AS telah menginvestasikan lebih dari $3,5 miliar untuk kesehatan bersama dengan negara-negara ASEAN, kata Kementerian Luar Negeri A.S. dalam pernyataannya.
Menteri Luar Negeri Malaysia, Hismamuddin Hussein, menyatakan Malaysia berkomitmen untuk terus melindungi hak dan kepentingannya di Laut Cina Selatan. Kendati demikian, pihaknya menyebut bahwa perselisihan harus diselesaikan secara damai.
“Ketika hukum internasional menjamin kebebasan navigasi, keberadaan kapal perang dan kapal laut di Laut Cina Selatan memiliki potensi untuk meningkatkan ketegangan yang mengancam perdamaian, keamanan, dan stabilitas di wilayah tersebut,” kata Hussein, dikutip dari The Star.
Indonesia minta harga vaksin terjangkau
Dalam pertemuan yang sama, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi meminta kepada negara-negara anggota ASEAN serta AS untuk mengesampingkan perbedaan politik demi memaksimalkan kerja sama internasiona untuk menangani pandemi ini.
“Indonesia mengusulkan dalam jangka pendek ini pentingnya seluruh negara bekerja sama memenuhi kekurangan yang masih dihadapi banyak negara terutama soal kelengkapan alat medis, obat-obatan, dan lainnya,” tambah Retno.
Dia juga meminta ASEAN dan AS untuk menjamin aksesibilitas terhadap harga vaksin virus corona ketika sudah benar-benar tersedia nanti.
“Apabila sudah tersedia, Indonesia secara konsisten meminta aksesibilitas vaksin bagi negara berkembang dan negara kurang berkembang dengan harga terjangkau,” kata Retno.
Sementara itu, WHO mengingatkan bahwa pandemi virus corona belum akan berakhir dalam waktu dekat. Pernyataan WHO disampaikan seiring terus meningkatnya angka pasien yang terinfeksi COVID-19 di sejumlah negara.
“Jangan salah. Kita masih harus menempuh jalan panjang. Virus ini akan bersama kita untuk waktu yang lama,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam pernyataannya.
“Sebagian besar negara masih dalam tahap awal pandemi. Beberapa yang terkena dampak lebih awal sekarang mulai berupaya bangkit dan melihat potensi gelombang kedua penularan virus,” tambahnya.
Hingga Kamis, virus corona telah tersebar ke lebih dari 200 negara dengan total kasus mencapai 2.624.846 dan 183.120 kematian.