Lebih 100 Tewas, Puluhan Hilang Akibat Banjir dan Longsor di NTT
2021.04.05
Jakarta
Lebih dari 100 orang meninggal dunia dan puluhan lainnya dinyatakan hilang akibat banjir bandang, luncuran lahar dingin dan longsor yang terjadi di sejumlah kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada akhir pekan, kata pejabat setempat Senin (5/4).
Bencana itu terjadi hari Minggu di Pulau Adonara di kabupaten Flores Timur, Lembata, Alor dan Ende menyusul hujan deras yang dipicu oleh badai Seroja, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur menyebut 67 orang meninggal di daerahnya dan 958 orang mengungsi setelah setelah lahar dingin yang berasal dari puncak Gunung Ile Lewotolok menerjang enam desa akibat badai tersebut.
“Akses terputus ke delapan desa. Alat berat belum bisa dipakai karena masih ada penggalian mayat-mayat yang tertimbun batu besar,” ujarnya dalam konferensi pers melalui Zoom.
Sementara itu Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi dalam konferensi pers yang sama mengatakan bahwa 49 orang tewas di Adonara di Kabupaten Flores Timur.
Namun data yang diumumkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan total 84 meninggal dan 71 masih hilang di semua lokasi yang terdampak.
Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Raditya Jati, mengatakan jumlah korban kemungkinan akan bertambah.
“Banjir bandang disebabkan akibat hujan dengan intensitas tinggi pada akhir pekan kemarin. Ada dampak bibit siklon tropis dan dampaknya ini berikan dampak ke NTT dengan hujan yang sangat lebat selama berhari-hari,” ujar Raditya dalam keterangan tertulis.
Menurut Raditya, akses ke pulau Adonara juga hanya bisa ditempuh melalui penyeberangan laut. Namun, ujar dia, buruknya cuaca menyebabkan gelombang tinggi sehingga sulit dilakukan.
“Sedangkan kondisi hujan, angin dan gelombang membahayakan pelayaran kapal. Di sisi lain, evakuasi korban yang tertimbun lumpur masih terkendala alat berat di lokasi. Belum ada bantuan alat berat di lokasi,” ujar dia.
Beberapa bantuan yang dibutuhkan antara lain makanan siap saji, sarung, selimut, masker dan obat-obatan, ujarnya.
Wakil Bupati Lembata, Thomas Ola, mengatakan mereka yang hilang kemungkinan ada yang tertimbun longsor dan terbawa ke laut.
“Di Laut Flores ombak tingi jadi tidak bisa dilakukan pencarian, termasuk evakuasi juga tidak bisa dilakukan lewat laut,” ujarnya kepada BenarNews.
Ia mengatakan kondisi Lembata sampai saat ini masih disertai hujan lebat dan angin kencang.
“Listrik di pedesaan terdampak dan masih padam total dan jaringan internet juga mati, saat ini akses jalan sudah mulai dibuka,”
“Belum ada bantuan sama sekali yang datang,” ujarnya.
Penyaluran bantuan banyak mengalami kendala karena medan yang lumpuh akibat bencana tersebut. Bupati Lembata mengatakandi sejumlah lokasi jalan masih terputus. Angkutan BBM juga bermasalah karena adanya larangan dari sahbandar untuk pengangutannya hingga empat hari ke depan.
Waspada cuaca ekstrem
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memprediksi kalau badai tropis Seroja akan semakin parah dalam beberapa jam ke depan dengan kekuatan angin 55 knots atau sekitar 100 km per jam dan kecepatan angin 10 knot atau 19 km per jam bergerak menjauhi wilayah Indonesia.
“Diperkirakan intensitas badai tropis Seroja akan menguat dalam 24 jam ke depan dan bergerak ke arah barat daya,” Kata Deputi bidang Meteorologi, Guswanto dalam keterangan tertulis.
Berdasarkan analisis, pada Selasa 6 April pukul 01.00 WIB badai akan berada di Samudera Hindia 360 kilometer barat daya Pulau Rote.
Guswanto menjelaskan intensitas badai juga berpotensi menimbulkan hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat disertai petir atau angin kencang di Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Maluku.
Badai ini juga akan meningkatkan gelombang laut hingga ketinggian 1,25 - 2,5 meter di perairan utara Sumbawa hingga Flores, Selat Wetar, perairan Pulau Sabalana hingga Pulau Selayar, perairan selatan Baubau - Pulau Wakatobi, perairan Sermata - Pulau Leti dan sebelah utara Laut Banda dan Laut Arafuru bagian barat.
Akibat badai tropis tersebut, BMKG juga melakukan prakiraan kalau gelombang laut akan naik setinggi 2,5 - 4 meter di Selat Sumba bagian barat, Laut Flores, bagian selatan perairan Flores, dan bagian selatan pulau Sumba, Laut Sabu, Selat Ombai, bagian barat dan selatan Laut Banda.
Gelombang besar setinggi 4-6 meter juga diprediksi terjadi di perairan Kupang - Pulau Rote.
Kepala BNPB Doni Monardo mengatakan buruknya cuaca menjadi salah satu kendala yang dihadapi tim nya dalam mendistribusikan bantuan ke lokasi bencana.
Hal ini menyebabkan ia harus melanjutkan perjalanan dari Maumere menuju Larantuka melalui jalur darat karena penerbangan dibatalkan akibat cuaca buruk.
"Seharusnya sekarang akan terbang lagi ke Larantuka setelah isi bahan bakar, namun cuaca di Larantuka tidak memungkinkan. Sehingga kami putuskan menggunakan rute jalur darat,” jelas Doni di Bandara Maumere, NTT, Senin (5/4).
Setelah sampai di Larantuka, rombongannya juga harus menyeberang laut menuju Pulau Adonara demi mencapai lokasi bencana banjir bandang.
Menurut informasi dari otoritas pelabuhan penyeberangan setempat, cuaca buruk masih berpotensi terjadi sehingga pelayaran belum sepenuhnya dapat dilakukan.
“Penyeberangan akan melihat situasi apakah masih bisa menyeberang hari atau tidak, kalau tidak maka kami akan menunggu sampai cuaca bagus,” kata Doni.
“Bersama dengan pesawat juga ada barang-barang logistik yang dibutuhkan seperti selimut, makanan siap saji hingga obat-obatan,” jelas Doni.
Evakuasi dan penanganan korban
Presiden Joko Widodo menyampaikan duka atas bencana di NTT Tersebut.
“Pertama - tama atas nama pribadi dan seluruh masyarakat Indonesia saya mengucapkan duka cita mendalam atas korban meninggal dunia dalam musibah tersebut dan saya juga memahami kesedihan yang dialami saudara kita akibat dampak yang dialami karena musibah tersebut,” ujar Presiden.
Pihaknya telah memerintahkan Kepala BNPB, Kepala Basarnas, Menteri Sosial, Menteri Kesehatan dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Panglima TNI dan Kapolri untuk melakukan secara cepat evakuasi dan penanganan korban bencana.
“Semoga penanganan korban bencana dapat dilaksanakan dengan cepat dan baik seperti bantuan pelayanan kesehatan, pekerjaan logistik dan kebutuhan dasar bagi para pengungsi serta perbaikan infrastruktur,” ujar dia.
Jokowi menghimbau seluruh masyarakat untuk terus mengikuti arahan petugas di lapangan dan selalu meningkatkan kewaspadaan. “Selalu tingkatkan kewaspadaan dari bencana banjir dan longsor karena curah hujan ekstrim dan perhatian selalu peringatan dini dari BMKG dan aparat di daerah,” ujar dia.
Wakil Ketua DPR RI, Rachmat Gobel mengatakan pemerintah perlu menetapkan status bencana nasional atas kejadian musibah yang terjadi di hampir seluruh daerah di NTT.
“Hampir seluruh NTT tertimpa bencana, saya lihat di Sumba Timur banyak yang sudah terendam dan longsor dimana-mana, di Flores Timur juga mendapatkan musibah. Oleh karena itu perlu ada pemerintah perlu menetapkan bencana nasional karena bencana yang besar,” ujar dia.
Ia menyarankan pemerintah untuk segera memperbaiki infrastruktur listrik, jalanan segera dibenahi agar pengiriman logistik dapat berjalan dengan lancar.
Timor Leste
Banjir dan tanah longsor yang dipicu badai tropis Seroja juga menerjang Timor Leste, menewaskan setidaknya 21 orang, demikian dilaporkan kantor berita nasional negara itu, Tatoli.
“Bencana ini mirip dengan COVID-19 dan menyebabkan banyak penderitaan bagi penduduk Timor Leste,” ujar Presiden Republik Demokrasi Timor Leste, Francisco Guterres Lu Olo. Timor Leste yang dulunya merupakan salah satu provinsi Indonesia itu, seperti juga Indonesia, saat ini sedang berjuang melawan pandemi COVID-19.
“Saya ingin menyampaikan belasungkawa kepada keluarga yang kehilangan orang tercinta akibat bencana ini,”ujarnya.
Pemerintah Timor Leste akan segera mendata jumlah pasti korban jiwa dan kerusakan akibat dari bencana tersebut.