AS Tetapkan Bahrun Naim dan Seorang Warga Malaysia sebagai Teroris Global
2017.03.30
Washington

Pemerintah Amerika Serikat (AS) memasukkan Bahrun Naim, warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi salah satu pimpinan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) ke dalam daftar teroris global, Kamis, 30 Maret 2017.
Menurut laporan tersebut Bahrun yang kini berada di Suriah, telah berbaiat kepada ISIS pada Agustus 2014 dan hingga Januari 2016 telah berhasil merekrut lebih dari 100 orang WNI.
Pada Februari 2016, Bahrun memegang posisi sebagai satu pemimpin faksi pejuang ISIS dari negara-negara berbahasa Melayu di Suriah dan dipromosikan menjadi pejabat tinggi ISIS.
Amerika juga memperkirakan Bahrun sebagai orang yang merencanakan dan membiayai Teror Bom Thamrin di Jakarta, pada 14 Januari 2016, yang menewaskan delapan orang termasuk empat pelakunya. Bahrun dilaporkan mengirim uang mendekati $72.000 (sekitar Rp950 juta) kepada sebuah jaringan di Indonesia untuk melancarkan serangan yang menjadi aksi ISIS pertama di Indonesia itu.
Bersama Bahrun, seorang pemimpin ISIS warga Malaysia bernama Muhammad Wanndy Mohamed Jedi juga dimasukkan dalam daftar tersebut.
Kedua orang tersebut, menurut Departemen Keuangan AS telah menyediakan dukungan dana dan operasional untuk perekrutan ISIS dan untuk melakukan serangan di Indonesia, Malaysia, dan wilayah lainnya di Asia Tenggara.
“Penunjukan Muhammad Bahrun Naim Anggih Tamtomo and Muhammad Wanndy Mohamed Jedi memberi sinyal kuat kepada individu yang memberikan dukungan kepada ISIS dan menunjukkan tekad pemerintah AS untuk memerangi terorisme dan pendanaan terorisme di kawasan itu,” kata John E. Smith, Direktur Pengawasan Aset Luar Negeri Kementerian Keuangan AS.
Dengan keputusan tersebut, pemerintah AS memblokir semua kepentingan dan properti kedua orang tersebut yang berada di bawah yurisdiksi AS dan menyatakan bahwa warga negara AS dilarang melakukan transaksi keuangan dengan kedua orang tersebut.
Baru-baru ini Bahrun dilaporkan merekrut sejumlah perempuan untuk menjadi pelaku bom bunuh diri “karena mereka tidak terlihat terlalu mencurigakan,” berdasarkan laporan dari Institute for Policy Analysis of Conflict, sebuah lembaga kajian yang berbasis di Jakarta.
Salah seorang yang direkrut tersebut adalah Dian Yulia Novi yang gagal melakukan rencana bom bunuh diri yang menyasar Istana Presiden di Jakarta, Desember lalu.
Pelajaran bagi semua orang
Sedangkan Wanndy, warga Malaysia yang berbasis di Irak dan Suriah tersebut adalah perencana serangan dan memfasilitasi orang yang direkrut untuk datang ke Suriah dan bergabung dengan ISIS.
Dalam sebuah posting di Facebook, Wanndy menyatakan bertanggung jawab atas serangan granat di klub malam Movida pada 28 Juni 2016, yang melukai delapan orang, serangan ISIS pertama di Malaysia.
Wanndy, yang melakukan wawancara Facebook dengan BeritaBenar pada bulan September 2015, menyatakan tidak menyesal meninggalkan negaranya untuk bergabung ISIS.
“Saya harus katakan bahwa saya memiliki harapan untuk kembali ke Malaysia, tetapi itu bukan prioritas saya, karena fokus saya sekarang adalah untuk tinggal di sini dan berjuang untuk mewujudkan impian saya membela ISIS,” katanya pada saat itu.
Dia diduga berpartisipasi dalam pemenggalan kepala seorang pria Suriah, dan kejadian tersebut dipublikasikan di Facebook pada bulan Februari 2015. “Versi video hukuman ini adalah bagi mereka yang mengkhianati Islam. Ini pelajaran bagi semua orang,” demikian ia disinyalir berkata dalam video tersebut.