Bantuan Asing Mulai Tiba di Palu

Kehidupan di sejumlah wilayah terdampak mulai menggeliat pada hari kelima pascabencana.
Keisyah Aprilia
2018.10.04
Palu
181004_ID_Palu_1000.jpg Personel TNI mengeluarkan paket bantuan dari sebuah pesawat kargo Singapura di Bandara Mutiara Sis Al-Jufri di Palu, Sulawesi Tengah, 4 Oktober 2018.
AP

Pesawat kargo asing mulai berdatangan di Indonesia, Kamis , 4 Oktober 2018, sebagai bagian dari bantuan internasional setelah hampir seminggu gempa dan tsunami menerjang Palu dan wilayah lainnya di Sulawesi Tengah (Sulteng).

Jumlah korban tewas akibat gempa berkekuatan 7,4 skala Richter pada 28 September itu telah menjadi 1.424 orang, sementara 113 lainnya masih hilang, dan 2.550 orang dirawat di rumah sakit karena cedera serius, demikian menurut Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB).

Sebagian besar korban jiwa berada di Palu, ibukota provinsi Sulteng, yang berpenduduk sekitar 330.000 orang. Sementara puluhan korban jiwa juga dilaporkan di kabupaten Sigi dan Donggala.

Sebelas negara telah mengirim pesawat mereka untuk membawa pasokan bantuan dan mengambil bagian dalam upaya bantuan kemanusiaan terhadap lebih dari 70.000 warga yang harus mengungsi karena bencana tersebut.

Lima pesawat menurut jadwal tiba hari Kamis, sementara 15 diperkirakan dalam beberapa hari mendatang, demikian kata Kepala Angkatan Udara Marsekal TNI, Yuyu Sutisna.

Sebuah pesawat angkatan udara Australia yang membawa pakaian, selimut, peralatan, terpal dan makanan, tiba Kamis, demikian juga pesawat angkatan udara Singapura yang mendarat di Bandara Mutiara Sis Al-Jufri, Palu.

Amerika Serikat akan mengirim tiga pesawat kargo Hercules C-130, kata Yuyu, "kedatangan pesawat-pesawat itu tidak berarti masalah logistik sudah selesai, karena kapasitas di bandara di Palu sangat terbatas.

Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad hari Kamis mendesak Komite ASEAN untuk Manajemen Bencana (ACDM) untuk memainkan peran utama dalam mengoordinasi dan memperluas bantuan bagi Indonesia.

"Sangat memilukan mengetahui berita itu dan, sebagai tetangga, kami tidak ingin duduk dan menonton dari pinggir lapangan," kata Mahathir dalam pidato pembukaan ACDM di Putrajaya, ibukota administratif Malaysia.

Uni Eropa telah menjanjikan sekitar 8 juta euro (9,2 juta dolar AS) dalam bantuan kemanusiaan untuk Indonesia dan menawarkan peralatan pemurnian air, tempat penampungan darurat, generator dan pasokan penting lainnya, kata pejabat dari kelompok negara yang beranggota 28 negara Eropa tersebut.

Sejumlah warga mulai melakukan transaksi jual beli di Pasar Masomba, Palu, Sulawesi Tengah, 4 Oktober 2018. (Keisyah Aprilia/Berita Benar)
Sejumlah warga mulai melakukan transaksi jual beli di Pasar Masomba, Palu, Sulawesi Tengah, 4 Oktober 2018. (Keisyah Aprilia/Berita Benar)

Aktivitas warga mulai terlihat

Sementara di Palu, pasar tradisional Masomba di jantung kota pesisir itu, Kamis, telah mulai buka sehingga aktivitas ekonomi warga pun menggeliat setelah sejak lima hari lalu lumpuh total.

Sejak pagi, pasar yang terletak di Kelurahan Lolu, Kecamatan Palu Selatan, itu dipadati warga untuk membeli berbagai keperluan meski tak seramai hari-hari sebelum bencana.

“Sangat bersyukur sekali pasar sudah buka meski memang belum banyak pedagang,” tutur Jumiyati (41) seorang warga Kelurahan Maesa, Palu Selatan, usai berbelanja.

“Tadi beli beras, ikan, dan bumbu. Cukuplah untuk dimasak di rumah.”

Pasar Masomba memang tak begitu parah terdampak gempa, sehingga bisa difungsikan ketika pedagang membuka lapak.

“Ada beberapa bangunan yang roboh, tapi tidak parah. Makanya kami bisa berjualan,” kata seorang pedagang, Nurna Ningsih.

Perempuan 34 tahun itu menambahkan Pasar Masomba sebenarnya sudah buka sejak hari kedua usai gempa, tapi hanya tiga orang yang berjualan.

”Warga yang datang membeli pun bisa dihitung jari. Tapi hari ini sudah cukup ramai,” papar Nurna.

Kebutuhan pokok yang dijual pedagang di pasar itu merupakan pasokan dari luar Palu yang dibawa pengepul.

“Ini semua barang kiriman dari luar kota. Makanya harga jual masih lumayan tinggi,” ungkap pedagang lain, Anton (48).

Di tempat lain, mereka yang selamat mulai membangun kembali kehidupan mereka.

Penduduk di desa Kabonga Besar di Kabupaten Donggala juga berharap situasi akan membaik, meskipun toko-toko masih tutup dan barang-barang kebutuhan pokok sulit ditemukan.

"Kami telah memesan beras, minyak goreng, gula, telur, dari Makassar dan begitu mereka tiba, kami akan mulai menjual," kata Mastur, seorang pemilik toko di Pasar Ganti.

Mirsan, warga lain, mengatakan dia bersyukur bahwa dia telah menerima bantuan, tetapi tidak ingin bergantung pada bantuan.

"Saya berharap bahwa pasar akan segera buka," katanya.

Awal pekan ini media memperlihatkan rekaman orang-orang menjarah sebuah mal, namun pemulihan telah mulai terbukti pada Kamis ketika bank mulai buka kembali dan jaringan telepon seluler utama kembali beroperasi, kata Reuters, menambahkan bahwa bahan bakar telah mulai tiba.

Organisasi kemanusiaan Oxfam mengatakan pihaknya menyediakan air bersih, peralatan kebersihan dan tempat tinggal bagi sekitar 500.000 orang.

"Di banyak daerah di Palu dan kota-kota sekitarnya, tidak ada air yang mengalir dan hanya ada sedikit jamban. Sanitasi merupakan masalah serius," kata Ancilla Bere, manajer Oxfam di Indonesia, kepada BeritaBenar.

Tindak para kriminal

Sementara itu, polisi mengatakan mereka telah menangkap 42 orang yang merampok sebuah pusat perbelanjaan, karena mencuri berkarung-karung coklat, makanan, bahan bangunan, dan lainnya, demikiain kata juru bicara kepolisian, Dedi Prasetyo.

Polisi juga menangkap sembilan orang sejak Selasa karena menyebarkan pesan hoaks bahwa gempa besar akan menyerang di tempat lain, termasuk Jakarta, kata Setyo Wasisto, juru bicara polisi lainnya.

Korban gempa dan tsunami mengungsi di posko halaman Masjid Agung Darussalam, Kecamatan Palu Barat, Sulawesi Tengah, 4 Oktober 2018. (Keisyah Aprilia/BeritaBenar)
Korban gempa dan tsunami mengungsi di posko halaman Masjid Agung Darussalam, Kecamatan Palu Barat, Sulawesi Tengah, 4 Oktober 2018. (Keisyah Aprilia/BeritaBenar)

Masih tanpa listrik

Meski aktivitas ekonomi mulai aktif, tak semua warga Palu merasakannya, terutama mereka yang rumahnya hancur.

Seperti mereka yang berada di lokasi pengungsian di halaman Masjid Agung Darussalam.

Kendati bantuan makanan terus mengalir ke posko, kehidupan mereka jauh dari layak dan listrik masih mati.

“Kalau sudah malam semua warga di sini langsung tidur. Tidak ada aktivitas yang bisa dilakukan,” kata seorang pengungsi, Muhamad Fadlin (32)

Dia mengaku sudah lima hari berada di posko pengungsian bersama istri dan anaknya. Selama itu pula, Fadlin, yang pekerjaan sehari-harinya sebagai nelayan, hanya bisa pasrah karena rumahnya telah hancur.

Saat terjadi gempa, Fadlin dan keluarganya sempat terkurung dalam rumah, tapi karena sigap meloloskan diri, saat tsunami menerjang mereka sudah tidak lagi berada di dalam rumah.

“Mungkin kalau tidak keluar sudah meninggal semua kami sekeluarga,” katanya.

Hilang anak dan istri

Nasib Mangge Alfian (29) lebih tragis dari Fadlin karena istri dan anaknya hingga kini tak diketahui keberadaannya.

Saat gempa terjadi, Mangge mengaku sedang berjualan ikan di pasar Kelurahan Lere, yang posisinya berada di pesisir pantai.

“Karena ada pasokan ikan dari nelayan, saya berjualan,” ujarnya.

Belum lama membuka lapak, gempa pertama dan kedua terjadi. Saat itu Mangge belum merespons untuk meninggalkan lapaknya.

Saat gempa ketiga terjadi, ia kalang kabut setelah melihat jembatan Palu IV yang berada di samping pasar ikan tempatnya berjualan bergerak seperti mau roboh.

“Lihat itu saya langsung lari ke rumah. Waktu lari itu sempat jatuh berapa kali,” akunya.

“Saya lihat di kiri dan kanan rumah sudah hancur. Orang-orang juga berteriak lari-lari air laut naik, bikin saya tambah panik. Tidak sampai di rumah karena sudah ikut tumpangan mobil warga yang juga lari.”

Mangge tidak mengetahui kabar istri dan anak semata wayang yang saat berjualan ditinggal tidur dalam rumah.

Sampai di tempat yang aman, Mangge terus berusaha menghubungi istrinya melalui telepon seluler, namun tidak tersambung.

Menjelang tengah malam, ia mendapat kabar bahwa semua rumah, termasuk rumahnya di Kelurahan Lere telah rata tanah diterjang tsunami.

“Sampai sekarang saya belum dapat kabar meski sudah ada tim evakuasi yang bilang kalau banyak korban ditemukan di sana, tapi tidak ada istri dan anak saya,” katanya.

“Kemarin sempat ikut melihat rumah sudah tinggal tanah, tidak tahu anak dan istri saya ke mana,” katanya.

Namun demikian Mangge tetap berharap ada keajaiban sehingga ia bisa bertemu anak dan istrinya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.