Kapolda Jateng: Penyerang Polisi di Banyumas Simpatisan ISIS
2017.04.12
Semarang
Kapolda Jawa Tengah (Jateng), Irjen. Pol. Condro Kirono, mengatakan bahwa Muhammad Ibnu Dar yang menyerang sehingga melukai dua polisi di Markas Polisi Resort (Mapolres) Banyumas merupakan simpatisan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
“Dia (anggota) JAD, juga simpatisan ISIS. Jadi, dia mempelajari semua dari internet. Dia juga pernah berhubungan dengan salah seorang terduga teroris di Tuban,” ujarnya kepada wartawan, Rabu, 12 April 2017.
Terduga teroris dimaksud adalah Karno, yang berasal dari daerah yang sama dengan Ibnu yaitu Purbalingga. Karno dan lima terduga teroris lain tewas ditembak dalam kontak senjata dengan aparat gabungan polisi dan TNI di Tuban, Jawa Timur, Sabtu lalu, 8 April 2017.
Ibnu menabrak sepeda motor ke arah Aiptu Suparta di halaman Mapolres Banyumas, Selasa pagi. Kemudian dia menyerang Bripka Karsono dan Bripka Irfan dengan parang saat mereka hendak membantu Suparta.
“Kita memang masih interogasi, tapi kita sudah dapat garis merahnya karena dia masih bungkam jika ditanya keterkaitannya dengan kelompok-kelompok tertentu,” katanya.
Condro menyebutkan aksi itu direncanakan dan dilakukan atas inisiatif Ibnu sendiri. Alasannya diduga karena Karno telah tewas sehingga menguatkan niatnya untuk melakukan serangan.
“Mereka ini JAD (Jamaah Ansharut Daulah). Pimpinannya dipenjara, tentu mereka ingin melakukan pembalasan yang dituju tentu saja yang aktif memberantas,” katanya.
Ia menambahkan kemungkinan adanya komunikasi antara Ibnu dan terduga teroris yang tewas di Tuban.
Mereka juga aktif menjalin komunikasi dengan narapidana terorisme yang ditahan di Penjara Kedungpane, Semarang, dan Nusakambangan, Kabupaten Cilacap, dengan cara membesuk, katanya.
Tetapi, Condro tidak menjelaskan secara detil siapa narapidana terorisme yang mereka besuk di Penjara Kedungpane dan Nusakambangan.
Seperti diketahui pimpinan JAD Aman Abdurrahman saat ini sedang menjalani hukuman sembilan tahun di Nusakambangan karena terlibat pelatihan militer di pegunungan Jalin, Kabupaten Aceh Besar, awal 2010 silam.
“Meski para pimpinan berada di tahanan, JAD tetap berkembang dan menyasar anak-anak muda, utamanya masyarakat yang inklusif,” katanya.
Penggeledahan
Kabid Humas Polda Jateng, Kombes. Pol. Djarod Padakova, menyebutkan bahwa dalam penggeledahan yang dilakukan Densus 88 di rumah Ibnu di Purbalingga, polisi menyita 38 barang bukti.
Di antara barang bukti yang diamankan terdapat panci yang di bawahnya telah dipasang rangkaian kabel, timbangan duduk, trafo, speedometer kendaraan, plastik sasaran menembak, dan foto-foto latihan semi militer yang belum diketahui lokasinya.
“Kemungkinan bom panci, tetapi kami belum mengetahui benda itu aktif atau tidak,” ujarnya kepada wartawan.
Ia menambahkan polisi juga menyita selembar kata-kata tauhid di kertas dan kain hitam mirip lambang ISIS. Selain itu, buku-buku agama, komputer dan foto Ibnu bersama dua temannya di sebuah hutan turut diamankan polisi.
“Dia diduga banyak mengetahui tentang ISIS melalui internet dan terdoktrin paham radikal melalui internet sehingga mengubah perilaku dan meyakini polisi sasaran untuk penyerangan,” kata Djarod.
Dendam
Peneliti dari Yayasan Prasasti Perdamaian, Thayyep Malik, melihat dalam penyerangan seperti dilakukan Ibnu biasanya ada pihak yang memerintahkan. Tetapi tidak menutup kemungkinan dia melakukannya atas inisiatif sendiri.
“Aksi seperti itu memang bisa dilakukan dengan inisiatif sendiri,” ujarnya kepada BeritaBenar.
Terkait indikasi Ibnu sering berhubungan dengan narapidana terorisme yang ditahan di penjara, Thayyep melihat hal itu wajar terjadi.
“Ketika mereka menjadi simpatisan ISIS, biasanya dilakukan baiat oleh Amir di Indonesia meski bisa juga membaiat diri sendiri,” katanya.
Sedangkan, Direktur Eksekutif Yayasan Prasasti Perdamaian, Taufik Andrie, mengatakan kemungkinan Ibnu melakukan serangan di Polres Banyumas karena motivasi dendam.
“Saya pernah mendapat informasi semacam perintah jika ada pemimpin mereka yang tertangkap maka anggota jamaah wajib membalas,” terangnya.
Sidney Jones, Direktur Lembaga Analisis Kebijakan Konflik (IPAC), ketika dihubungi juga menduga bahwa para terduga teroris yang tewas di Tuban telah berbaiat kepada ISIS.
“JAD yang dulu dikenal dengan nama Jamaah Ansyarul Khilafah Islamiyah terdiri dari beberapa kelompok pro-ISIS. Tapi, JAD tidak bersifat struktur pro-ISIS satu-satunya di Indonesia,” katanya.