‘Bule Gila’ Galang Dana Mengayuh Becak dari Aceh ke Jakarta
2015.10.01
Banda Aceh
Lima hari sudah pria Skotlandia berusia 47 tahun itu mendayung becak. Dia mengayuh kendaraan roda tiga tradisional Indonesia untuk mewujudkan mimpinya mencapai Jakarta dengan menyusuri jalan lintas Sumatera dari Banda Aceh selama 22 hari.
Setiap hari Scott Thompson mendayung becak tanpa henti rata-rata 12 jam. Sejak pelepasan di halaman Museum Tsunami Aceh, ibukota Banda Aceh, Minggu pagi 27 September, sampai Kamis, ia telah mengayuh lebih dari 700 kilometer dari jarak tempuh 2.612 kilometer ke Jakarta.
“Meski hujan, dia tidak berhenti. Untuk makan siang, dia lakukan sambil mengayuh becak. Makanan diberikan oleh tim pendukung yang menggunakan dua mobil,” tutur Gerry Chrisagonus, anggota tim pendukung BecakTerus kepada BeritaBenar.
BecakTerus adalah aksi Scott mendayung becak dari Banda Aceh ke Jakarta. Misinya, menggalang dana amal bagi anak-anak Indonesia lewat empat yayasan sosial. Dia juga ingin memecahkan rekor di Buku Rekor Dunia Guinness kategori perjalanan terjauh dengan becak.
Scott baru berhenti kalau memang terpaksa harus ke toilet atau ada warga yang mau mengajak foto bersama. Apalagi selama lima hari perjalanan, sambutan warga cukup antusias. Mereka menyemangati Scott untuk terus mengayuh becak dan berdoa agar diberikan kekuatan dan kesehatan.
Tak menyangka disambut hangat
“Kami tak menyangka sambutan warga sangat antusias. Scott terkejut ketika tiba di Kota Lhokseumawe, sejumlah mahasiswa menyambutnya di hotel. Begitu juga waktu di Kota Langsa, ada seorang pemuda mendampingi Scott mengayuh sepeda sampai ke perbatasan Aceh dan Sumatera Utara,” ujar Gerry.
Ketika dihubungi BeritaBenar Kamis melalui telepon seluler, Gerry mengaku mereka sedang berada di Kota Lubuk Pakam, Provinsi Sumatera Utara. Meski cuaca diselimuti asap, akibat pembakaran hutan yang melanda Sumatera sejak beberapa pekan terakhir, Scott menargetkan mampu mendayung becak 147 kilometer untuk hari Kamis hingga ke Kota Kisaran.
Untuk menjalankan misinya, Scott menggunakan becak tua yang telah dimodifikasi dan dilengkapi gear, GPS, dan lampu. Tapi becaknya tidak memiliki mesin, sehingga untuk menggerakkannya hanya dengan mengayuh pedal.
Becak yang dicat merah dan putih itu diberi nama “Flying Merah Putih”, merujuk pada kereta api tua yang menjadi ikon Skotlandia “Flying Scotsman”. Becak usang itu dibelinya di wilayah Tangerang, Provinsi Banten, November 2013.
“Di beberapa daerah menanjak seperti Gunung Seulawah, Aceh Besar, Scott menarik sendiri becak dengan tali yang telah disiapkannya, tanpa bantuan dari kami,” jelas Gerry.
Sejauh ini, perjalanan tak mengalami kendala berarti. Hanya pada hari kedua ban becak pecah sehingga harus diganti.
“Scott terlihat masih tetap semangat untuk mengayuh sesuai yang dijadwalkan,” tutur Gerry.
Scott bagai mendapatkan energi baru setelah adiknya, Steve, bergabung dengannya meski hanya untuk dua hari sejak Rabu.
“Steve ikut dalam misi kemanusiaan dengan cara mendayung sepeda mendampingi Scott yang kayuh becak, tapi Jumat dia akan kembali,” jelas Gerry.
Sengaja memilih Museum Tsunami
Scott yang diwawancara BeritaBenar hari Minggu lalu mengaku punya alasan tersendiri memilih Museum Tsunami Aceh sebagai titik untuk memulai misi amalnya mengayuh becak.
Museum Tsunami ialah gedung yang dibangun setelah bencana gempa dan tsunami melanda Aceh pada 2004, sebagai pembelajaran dan wisata tsunami. Dalam bencana itu, lebih dari 170.000 warga Aceh tewas dan menghancurkan berbagai infrastruktur di sepanjang garis pantai provinsi tersebut.
“Selama tiga minggu saya mengayuh becak, penderitaan yang saya alami secara fisik dan mental tidak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan daya tahan orang Aceh ketika menghadapi tsunami 10 tahun lalu,” ujarnya.
Menjelang pelepasan, Scott tampak tak henti tersenyum. Dia berusaha untuk cepat akrab dengan siapa saja yang menyapanya. Tanpa sungkan, ia memeluk bahu anak-anak disabilitas sambil bergaya saat mereka foto bersama.
Ide mendayung becak muncul sekitar dua tahun lalu. Saat itu, Scott ingin mengayuh becak dari Jakarta dan tiba di Aceh bertepatan dengan peringatan 10 tahun tsunami pada 26 Desember 2014.
“Tapi baru bisa terwujud sekarang,” kata Scott yang sehari-hari bekerja sebagai direktur sebuah perusahaan tambang batubara.
Eksekutif yang telah 12 tahun menetap di Indonesia mengaku istri dan putri semata wayangnya sangat mendukung aksi dayung becak. Scott berharap perjalanannya bisa menginspirasi para pemuda Indonesia untuk menggalang dana kemanusiaan.
Lewat aksi kayuh becak yang melintasi delapan provinsi di Sumatera, Scott berusaha menggalang dana untuk disumbangkan kepada Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB), Mary’s Cancer Kiddies, Yayasan Puspita, dan Wisma Cheshire.
Penggalangan dana dilakukan secara online melalui tiga website. Sampai Kamis sore, jumlah dana yang berhasil dikumpulkan sudah mencapai sekitar Rp 5,6 miliar.
Sekretaris Jenderal YCAB, Muhammad Farhan menyatakan bahwa aksi dayung becak menargetkan 1 juta dolar AS untuk membantu keempat yayasan yang memang sangat membutuhkan dana tersebut.
“Kami menyebut Scott sebagai ‘bule gila’ karena aksinya ini memang benar-benar gila, tapi misinya mulia,” ujar Farhan, yang juga direktur proyek BecakTerus.
Bukan yang pertama
Aksi “bule gila” ini bukan yang pertama. Tahun 2010 Scott pernah berlari di Gurun Sahara sepanjang 250 kilometer selama lima hari untuk menggalang dana Rp 350 juta guna membantu anak-anak penderita kanker melalui Mary’s Cancer Kiddies.
Maret 2012, Scott kembali melakukan “aksi gila” dengan berlari marathon dari Bali ke Jakarta sepanjang 1,250 kilometer dan berhasil mengumpulkan dana Rp 3,8 milyar untuk pembangunan empat rumah YCAB di Bali, Banyuwangi, Situbondo dan Marunda serta membantu anak-anak penderita kanker.
Saat ditanya bagaimana perasaannya membantu mereka yang membutuhkan, Scott berujar, “Apa yang saya kerjakan belum ada apa-apanya karena masih banyak orang bisa melakukan misi kemanusiaan yang lebih dari saya.”
Sedangkan ketika ditanya bagaimana Scott akan mendayung becak masuk Jakarta, provinsi yang melarang pengoperasian becak di jalan umum sejak tahun 1988, direktur proyek BecakTerus Muhammad Farhan mengatakan Scott akan berhenti mengayuh becak setibanya di perbatasan Jakarta.
“Karena kalau kami masuk Jakarta akan ditangkap Pak Ahok,” tukas Farhan.