Pencarian Korban Longsor Ponorogo Terus Dilakukan
2017.04.03
Surabaya

Sekitar 2.000 personel gabungan sepanjang Senin, 3 April 2017, terus berusaha mencari 25 korban yang tertimbun tanah longsor di Dusun Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Kapolres Ponorogo, AKBP Suryo Sudarmadi, menjelaskan tim gabungan Basarnas, TNI, Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), para relawan dan masyarakat, Senin siang, menemukan satu korban di lokasi dekat dua jenazah yang ditemukan sehari sebelumnya.
Sebelumnya, satu jenazah ditemukan beberapa jam setelah longsor menerjang permukiman warga, Sabtu pagi, 1 April 2017. Dengan begitu, sudah empat warga dipastikan meninggal dunia dan 24 lainnya masih hilang.
“Untuk memperlancar proses pencarian para korban, tim mengerahkan enam eskavator,” kata Suryo kepada BeritaBenar.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, menyebutkan tak mudah mencari para korban hilang karena lokasi terdampak bencana mencapai 1,5 kilometer dan material longsoran cukup tebal.
“Di beberapa lokasi, ketebalan longsor mencapai 20 meter. Selain itu, faktor cuaca, akses ke lokasi dan bahaya akan longsor susulan menghambat proses pencarian korban,” ungkapnya dalam siaran pers yang diterima BeritaBenar.
Suryo menjelaskan bahwa hambatan lain yang dialami petugas adalah sulitnya sinyal untuk berkomunikasi di lokasi kejadian meski operasi pencarian sudah dibagi menjadi tiga sektor untuk memudahkan koordinasi dalam pencarian korban.
Menurut Sutopo, ketiga sektor tersebut masing-masing dikoordinasi Basarnas, TNI, dan polisi.
Data Posko Tanggap Darurat BPBD Ponorogo menyatakan, 28 warga hilang akibat bencana longsor yang terjadi menyusul hujan deras mengguyur daerah itu, Jumat malam.
Di Dusun Tangkil menetap 35 kepala keluarga, dengan jumlah 128 jiwa. Seratus warga selamat saat ini ditampung di pengungsian sekitar kantor Desa Banaran.
Kapolres Ponorogo menambahkan, kebutuhan sangat mendesak yang diperlukan adalah air bersih, jas hujan, sepatu boot serta peralatan evakuasi perorangan seperti sekop.
Relokasi
Kepala BNPB Willem Rampangilei yang meninjau lokasi bencana pada Minggu, 2 April 2017, menyebutkan tim dari berbagai pihak terkait sudah melakukan kajian cepat. Salah satunya adalah relokasi penduduk terdampak bencana.
"Kami telah meminta pemerintah daerah untuk menyediakan tempat relokasi. Bupati telah menyetujui usulan masyarakat untuk membangun di ladang mereka. Namun akan kami kaji lebih dahulu (apakah) daerah tersebut aman atau tidak dari potensi bencana," katanya.
Willem menambahkan, masa tanggap darurat untuk pencarian dan penanganan pengungsi ditetapkan hingga 15 April 2017.
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa ketika mengunjungi lokasi bencana pada Minggu juga menyatakan semua warga terdampak bencana harus direlokasi, karena kondisi tanah yang rentan mengalami keretakan.
“Masyarakat yang menjadi korban longsor harus direlokasi,” ujarnya kepada wartawan.
Untuk pemenuhan kebutuhan logistik, Kementerian Sosial telah menggelontorkan anggaran Rp1,3 miliar. Khofifah juga telah memberikan santunan kematian dua korban sebesar Rp.15 juta untuk masing-masing ahli waris.
Sutopo mengatakan, bantuan dari berbagai pihak terus berdatangan. Bantuan itu sangat diperlukan, karena warga yang berhasil menyelamatkan diri tidak sempat membawa apapun saat longsor terjadi.
“Warga masih takut dan trauma terhadap kemungkinan longsor susulan. Pengungsi trauma karena anggota keluarga hilang,” katanya.
Daerah pegunungan
Desa Banaran adalah daerah pegunungan yang masuk kawasan Gunung Wilis. Lereng Wilis terdapat di empat kabupaten, yakni Kediri, Nganjuk, Madiun, dan Ponorogo.
Selama ini, warga di lereng Wilis selalu mengalami kekeringan dan beberapa kawasan sering terjadi kebakaran lahan, terutama di Nganjuk.
Sebelumnya, longsor lereng Wilis terjadi di Kecamatan Mojo, Kediri, 28 Februari 2017. Meski empat desa terdampak longsor, tapi tidak menimbulkan korban jiwa.
"Ponorogo adalah zona merah dan kuning. Ada 40 persen daerah yang kondisi tanah sangat labil dan mudah tergerus air seiring berkurangnya pohon," kata Heri Purnomo, Ketua Tim Tanggap Darurat Bencana Tanah Longsor Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PMBG) Bandung.
Ia menambahkan warga yang tinggal di zona merah dan kuning harus segera direlokasi karena rawan longsor.