Puluhan Anggota Ormas Islam Protes Peresmian Gereja di Solo
2017.05.18
Solo, Indonesia
Puluhan orang dari gabungan organisasi massa (Ormas) Islam yang menamakan dirinya ‘Elemen Umat Muslim Solo’ memprotes peresmian Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Busukan, Solo, Jawa Tengah, Kamis, 18 Mei 2017.
Mereka menolak keberadaan gereja tersebut karena dianggap tidak memenuhi syarat pendirian bangunan untuk rumah ibadah.
“Kami meminta gereja ditutup karena menyalahi aturan,” ujar Suparman, seorang peserta aksi.
Menurutnya, selain tak meminta persetujuan warga saat akan memulai pembangunan pada 2014, pihak gereja juga dianggap tidak memenuhi persyaratan administrasi.
Namun, pihak gereja mengatakan apa yang dituduhkan Ormas Islam yang melakukan aksi selama peresmian gereja berlangsung, tidak benar. Pemberitahuan sudah dilakukan sejak sebelum pembangunan gereja dimulai.
Pendeta Waski mengatakan pendirian gereja tersebut tidak menyalahi aturan apapun. Selain sudah mendapat persetujuan dari warga sekitar, mereka juga mengantongi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dari Pemerintah Kota Surakarta.
“Kami punya berkas lengkap soal syarat-syarat pembangunan GKI Busukan,” ujar Waski.
Tetap diresmikan
Meski diwarnai aksi penolakan, peresmian gedung GKI yang dilakukan Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo, tetap berlangsung di bawah pengawalan ketat aparat kepolisian.
Sebagian pemrotes yang telah berkumpul sejak pukul 09.00 WIB turut membawa karton bertuliskan kata-kata penolakan dan penutupan gereja. Mereka berteriak-teriak di luar gereja dan berorasi.
Kapolresta Solo, AKBP Hari Ribut Prabowo mengatakan, pengawalan dilakukan untuk mencegah hal-hal kejadian yang tidak diinginkan.
Dia juga meminta pihak yang keberatan dengan keberadaan GKI untuk menempuh jalur hukum jika memang ada pelanggaran yang dilakukan pihak gereja terkait pendirian bangunan.
“Kami sudah mempertemukan kedua pihak supaya jangan sampai terjadi gesekan,” ujar Hari.
Meski sempat terjadi ketegangan ketika salah satu peserta aksi menyiram pendeta Waski dengan air, polisi tidak menahan pelaku penyiraman air karena dianggap bukan tindakan yang mengancam keselamatan orang lain.
“Tidak ada ancaman, hanya tindakan intervensi,” ujar Hari.
Kendati peserta aksi dilarang mendekati hingga radius 25 meter dari bangunan gereja, para jemaat pulang ke rumah masing-masing melalui pintu belakang gereja.
Penolakan sejak awal
Seorang anggota Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS), Hamzah, mengatakan pihaknya dan anggota Ormas lain yang tergabung dalam ‘Elemen Umat Muslim Solo’ melakukan aksi penolakan peresmian itu karena permintaan warga.
“Kami mendapatkan pesan yang mengeluhkan mengenai peresmian GKI yang ternyata dilakukan hari ini (Kamis),” ujarnya kepada BeritaBenar.
Hamzah mengaku terkejut ketika mengetahui GKI diresmikan, Kamis pagi, karena sekitar 1,5 tahun lalu telah disepakati oleh kedua pihak kalau bangunan itu berstatus quo.
Menurutnya, warga setempat awalnya tak tahu kalau bangunan tersebut gereja karena bentuknya seperti rumah biasa, tetapi ternyata dipakai sebagai rumah ibadah.
“Kami sudah berkali-kali menyatakan penolakan tapi ternyata tetap berlanjut,” ujarnya.
Hamzah mengatakan bahwa LUIS memang sudah mengambil sikap penolakan terhadap pembangunan gereja yang berada di tengah kompleks perumahan tersebut sejak masa pembangunannya berlangsung di tahun 2014.
Pada tahun-tahun tersebut, katanya, LUIS telah melakukan berbagai mediasi dan juga aksi untuk meminta agar pembangunan dihentikan sebelum statusnya jelas.