Kasus Harian COVID-19 Tembus Rekor, Kemenkes: Indonesia Dekati Puncak Gelombang

Pemerintah sebut kesiapan rumah sakit kali ini masih cukup baik dibanding saat merebaknya Delta.
Ronna Nirmala
2022.02.16
Jakarta
Kasus Harian COVID-19 Tembus Rekor, Kemenkes: Indonesia Dekati Puncak Gelombang Seorang pedagang mengenakan masker menunggu pelanggan di sebuah pasar di Tangerang, Banten, 16 Februari 2022.
AP

Kementerian Kesehatan memprediksi penyebaran varian Omicron mendekati puncaknya merujuk peningkatan penularan di luar wilayah DKI Jakarta, dengan kasus harian pada Rabu (16/2) mencapai 64.718 atau tertinggi sejak virus COVID-19 pertama kali terdeteksi pada hampir dua tahun silam. 

Siti Nadia Tarmizi, Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan, mengatakan prediksi itu diukur dari pengalaman gelombang kasus penularan COVID-19 dari varian Delta pada Juni tahun lalu. Ketika itu, angka penularan tertinggi tercatat berasal dari DKI Jakarta yang kemudian disusul wilayah lain di Jawa dan Bali. 

Pola puncak gelombang penularan kemudian ditandai ketika kasus di Jawa-Bali mulai menurun tetapi kasus di wilayah di luarnya seperti Sumatra, Kalimantan, dan Papua beranjak naik. 

“Kita memperkirakan 60-70 persen kasus (COVID-19) berasal dari DKI Jakarta dan di sini terjadi penurunan, maka kemungkinan kita sudah mendekati puncak Omicron,” kata Nadia dalam konferensi pers virtual, Rabu (16/1). 

Kasus terkonfirmasi positif di Jakarta memang tercatat menurun pada Selasa bila dibandingkan sejak Sabtu pekan lalu, dengan perincian masing-masing 10.172 kasus menjadi 9.482 kasus.

Kendati demikian, seiring dengan akumulasi kasus terkonfirmasi yang menembus rekor pada Rabu, angka penularan di Jakarta juga melonjak menjadi 12.388, atau berada di urutan kedua provinsi dengan kasus tertinggi setelah Jawa Barat dengan 15.196. 

Hingga saat ini sekitar 50% dari keseluruhan 270 jiwa penduduk Indonesia telah menerima dua kali vaksinasi COVID-19. Sekitar 68,9% telah mendapatkan sekali suntikan, dan sekitar 2,7% sudah mendapatkan vaksin booster.

Kementerian memprediksi peningkatan kasus di luar Jawa-Bali bakal terjadi dalam 3-4 minggu ke depan, sebelum gelombang kasus COVID-19 melandai.

“Ini pola yang kami pelajari dari Delta. Kalau Jawa-Bali turun, luar Jawa-Bali tetap harus jalankan protokol kesehatan dan lakukan testing. Tes ini cara untuk menghindari Omicron, walaupun (gejalanya) hanya flu biasa,” kata Nadia. 

Wisatawan tiba di bandara internasional Bali di Denpasar pada Rabu, 16 Februari 2022. Bali telah dibuka untuk turis asing dari semua negara awal bulan ini dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan ekonomi pulau wisata itu, yang secara ekonomi terpuruk akibat pandemi COVID-19 dalam dua tahun terakhir. [AP]
Wisatawan tiba di bandara internasional Bali di Denpasar pada Rabu, 16 Februari 2022. Bali telah dibuka untuk turis asing dari semua negara awal bulan ini dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan ekonomi pulau wisata itu, yang secara ekonomi terpuruk akibat pandemi COVID-19 dalam dua tahun terakhir. [AP]

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan Senin bahwa gelombang ketiga sudah hampir mencapai puncak di Jakarta.

"Ada dua yang agak tinggi, yaitu Jakarta dan Bali. Tapi trennya Jakarta dan Bali sekarang, khususnya Jakarta itu sudah melandai dan kemungkinan akan segera turun berdasarkan data-data yang saya lihat di Jakarta," lanjutnya.

Nadia mengakui prediksi puncak kasus masih bisa melenceng karena tipe varian Omicron yang lebih cepat menular dibandingkan Delta, selain juga bergantung dengan kedisiplinan dalam deteksi serta pelaksanaan protokol kesehatan di masyarakat. 

Adapun kasus rekor penularan tertinggi melebihi periode Delta telah terjadi sejak Selasa kemarin dengan laporan 57.049 dalam satu hari. Puncak tertinggi dalam gelombang sebelumnya terjadi pada 15 Juli 2021 dengan penambahan 56.757 kasus dalam satu hari. 

Pada Rabu, kasus baru bertambah 64,718, sehingga jumlah total infeksi menjadi lebih dari 4,96 juta.

Angka kematian bertambah 167 orang, menjadikan total keseluruhan korban meninggal dunia menjadi 145.622. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan meski ada peningkatan kasus di luar Jawa-Bali, pemerintah belum memutuskan untuk memberlakukan pengetatan mobilitas masyarakat dari dan luar kota. 

Airlangga mengatakan, kendati penambahan kasus harian telah menembus rekor Delta, namun situasi kesehatan publik khususnya pada tingkat okupansi rumah sakit (BOR) masih jauh di bawah gelombang sebelumnya. 

“Tingkat BOR saat ini masih di angka 33,41 persen. Jadi ini membedakan dengan kasus Delta lalu. Pemerintah tetap berharap masyarakat tetap terus waspada agar transmisi tidak terlalu meningkat,” kata Airlangga, usai rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu.

Kekacauan data

Di sisi lain, Nadia mengakui akumulasi angka positif yang berfluktuasi dalam sepekan terakhir terjadi akibat adanya keterlambatan dalam input dalam sistem pendataan dari seluruh wilayah Indonesia. 

“Satu minggu ini polanya agak meragukan, tiga hari sebelumnya turun dari 55 ribu dan kemarin 57 ribu. Ini tentu ada data yang baru dimasukkan di hari Selasa karena ada akumulasi data pada Sabtu, Minggu,” katanya. 

“Jadi kalau bilang kekacauan data ini karena ada keterlambatan entry data,” kata Siti. 

Setiaji, Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Teknologi, mengingatkan agar seluruh laboratorium yang menyediakan layanan tes deteksi COVID-19 untuk segera melaporkan data hasil pemeriksaan ke dalam sistem kementerian.

“Kami akan menyampaikan teguran ataupun hingga sampai nanti taraf kepada laboratorium ditutup atau dicabut izinnya, jika ternyata tidak melakukan kecepatan terhadap hasil tersebut," kata Setiaji. 

Sementara itu, Kementerian Kesehatan juga meminta masyarakat yang terjangkit COVID-19 namun tak memiliki gejala berat untuk menggunakan layanan kesehatan daring (telemedicine) untuk mempermudah perawatan tanpa harus mendatangi rumah sakit. 

Ia mengatakan kementerian saat ini telah mengembangkan layanan tersebut yang bisa diakses oleh pasien yang dinyatakan positif dari hasil antigen. Sebelumnya, layanan telemedicine hanya bisa digunakan oleh pasien yang dinyatakan positif melalui hasil tes PCR. 

Dicky Budiman, pakar epidemiologi dari Griffith University di Australia, mengatakan hal yang perlu diperbaiki pemerintah bukan hanya kecakapan laboratorium dalam melaporkan tes deteksi COVID-19. 

“Ada yang namanya quality assurance atau jaminan mutu audit berkala. Itu penting. Jadi yang berkaitan dengan hasil laboratorium yang tidak tepat, salah orang, salah nama, atau bahkan belum dites hasilnya tidak keluar, itu yang evaluasinya juga harus berkala,” kata Dicky melalui pesan suara. 

 

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.