Densus 88 Tangkap 8 Terduga Teroris

Hampir 50 orang ditangkap atas dugaan terorisme pasca penusukan Wiranto.
Putra Andespu
2019.10.21
Jakarta
191021_ID_Terrorism_1000.jpg Sejumlah terduga militan dihadirkan dalam sebuah konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, 17 Oktober 2019.
AP

Densus 88 Antiteror Mabes Polri kembali menangkap delapan terduga teroris, termasuk seorang perempuan, yang diyakini bagian dari jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di sejumlah daerah pada akhir pekan lalu.

“Pengungkapan ini karena kita berhasil melakukan patroli siber dengan jaringan mereka yang aktif di media sosial. Itu merupakan bukti keberhasilan kita dari siber,” kata Kepala Bagian Penerangan Umum Divis Humas Polri, Kombes Pol. Asep Adisaputra kepada para wartawan di Jakarta, Senin, 21 Oktober 2019.

Asep menjelaskan bahwa tiga dari tujuh terduga teroris yang ditangkap tersebut adalah anggota JAD Lampung yang memiliki jaringan dengan JAD Bekasi pimpinan Abu Zee.

Abu Zee telah ditangkap Densus 88 bersama delapan orang lainnya dalam penyergapan yang dilakukan di Bekasi, Jawa Barat; dan di Jakarta, 23 September lalu.

Menurut Asep, dua dari tiga terduga teroris yang diciduk Densus 88 di Lampung dalam operasi sejak 14-19 Oktober 2019 berinisial IU (43) dan LH (41) merupakan buronan kasus terorisme.

“Mereka berdua ini sebagaimana jaringan JAD, mereka berbaiat kepada ISIS,” ujar Asep.

“Mereka telah melakukan latihan-latihan yang mempersiapkan diri untuk melaksanakan aksi teror bersama dengan kelompok JAD Rusdianto yang telah ditangkap sebelumnya.”

Densus 88 kemudian menangkap seorang lagi berinisial AH (27) yang pernah melindungi Syahrial Alamsyah alias Abu Rara, pelaku penusukan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Wiranto di Pandeglang, Banten, pada 10 Oktober lalu.

“AH ini juga bagian penting dari kelompok JAD di Lampung, yang merupakan bagian dari jaringan teroris kelompok JAD yang berada di Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jambi,” tutur Asep.

“Keterlibatan AH ini selain berbaiat kepada ISIS, aktif di jaringan JAD, kemudian pernah menyembunyikan salah satu orang DPO (Daftar Pencarian Orang).”

Menurut Asep, jaringan JAD tersebut sudah menargetkan polisi sebagai sasaran teror, tapi Densus menggagalkan rencana mereka sebelum melakukan aksinya.

“Secara keseluruhan mereka memiliki target yang tetap mereka sebut dengan toghut dan sasaran yang utama adalah aparat keamanan, khususnya kepolisian, baik anggota atau pun juga kantor kantor polisi,” ujarnya.

Selain penangkapan di Lampung, tim Densus 88 juga menangkap tiga terduga teroris berinisial R, RP dan F di Tanjung Morawa, Kabupaten Deliserdang, Sumatra Utara (Sumut), Jumat lalu.

Kapolda Sumut, Irjen Pol. Agus Andrianto mengatakan mereka diciduk karena berpotensi mengganggu keamanan jelang pelantikan Presiden Joko “Jokowi” Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin pada 20 Oktober 2019.

“Ada tiga orang yang ditangkap berkat kerja sama Densus 88 Antiteror bersama jajaran Polda Sumut,” katanya kepada wartawan.

Asep menambahkan bahwa pada hari yang sama, Densus 88 juga menangkap karyawan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) berinisial W (23) di Cirebon, Jawa Barat.

“Dia diduga bagian dari JAD yang terlibat dalam kerusuhan di Rumah Tahanan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, pada 8 Mei 2018,” katanya.

Pada Senin, Densus 88 menggeledah area Gardu Induk PLN di Tasikmalaya berkaitan dengan penangkapan W dan disita sejumlah barang seperti senapan angin, senjata tajam, panah dan busur, buku, penutup muka dan lainnya.

Densus 88 dilaporkan juga menangkap seorang perempuan berinisial H di Karangayar, Jawa Tengah, Sabtu lalu.

"Selama tinggal di sini, dia yang berprofesi sebagai penjahit jarang komunikasi dengan warga sekitar," ungkap Ketua RT setempat, Adi Tugino kepada wartawan.

Kapolres Karanganyar, AKBP Catur Gatot Efendi, membenarkan penangkapan itu dengan menyatakan pihaknya yang mem-back up operasi yang digelar Densus 88.

Belum diketahui sejauh mana keterlibatan perempuan, yang suaminya disebut berada di Solo, dalam jaringan teroris.

Penangkapan tersebut menambah daftar terduga teroris yang diamankan Densus 88.

Sejak penusukan Wiranto hingga Kamis lalu, Polri merilis sudah menangkap 40 orang terduga teroris dan menyebutkan mereka merencanakan serangan teror meski bukan bertujuan untuk menggagalkan pelantikan presiden.

Tetapi, pengamat terorisme dari Universitas Malikussaleh di Lhokseumawe, Aceh, Al Chaidar menyebutkan bahwa penangkapan puluhan terduga teroris di sejumlah daerah akhir-akhir ini “ada hubungannya dengan penusukan Wiranto dan pelantikan presiden.”

Dia menduga para teroris sudah menyiapkan serangan bom dengan menargetkan lokasi yang dianggap sebagai simbol negara.

“Target mereka hanya ke tempat-tempat pemerintahan di mana terdapat simbol-simbol negara,” katanya saat dihubungi.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj meminta pemerintah bertindak tegas terhadap teroris.

“Indonesia sudah darurat terorisme dan radikalisme karena selama ini kita bersikap terlalu ramah kepada mereka,” ujar Said dalam keterangan tertulis.

“Demi menyelamatkan NKRI, menyelamatkan seluruh bangsa Indonesia, sekecil apapun yang mereka lakukan (terorisme) harus ditindak tegas.”

Menurutnya, terorisme tidak sesuai dengan agama apa pun.

“Jadi kita harus lawan bersama. Apalagi mereka sudah berani terang-terangan,” ujar Said.

Sedangkan, staf khusus Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Antonius Benny Susetyo mengatakan bahwa salah satu cara menangkal radikalisme dan terorisme ialah dengan membumikan Pancasila di kalangan anak muda.

“Hal ini agar kaum milenial tak mendapat masukan tentang agama dari sisi yang sempit sehingga kemudian menciptakan radikalisme,” pungkasnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.