Densus 88 Tangkap Empat Terduga Teroris

WNI yang melarikan diri dari Raqqa setelah menyadari tertipu propaganda ISIS, kini berada di Erbil, Irak.
Arie Firdaus
2017.08.11
Jakarta
170811_ID_Syria_1000.jpg Sejumlah perempuan dan anak-anak WNI yang melarikan diri dari cengkeraman ISIS di Raqqa tiba di kamp Ain Issa di Suriah, 13 Juni 2017.
AFP

Pasukan Detasemen Khusus (Densus) Antiteror 88 Mabes Polri pada Jumat, 11 Agustus 2017, menyatakan telah menangkap empat orang terduga teroris dalam operasi di dua lokasi terpisah yang digelar sejak Kamis.

Sehubungan dengan penangkapan empat tersangka teroris tersebut, Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri, Kombes. Pol. Martinus Sitompul, mengatakan penangkapan pertama dilakukan di Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Kamis sore, dimana Densus 88 menciduk SL (38), RH (39), dan RB (45).

Sedangkan, seorang lagi berinisial S (39) ditangkap di Perumahan Graha Raya, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Jumat pagi.

"Tapi tidak ada kaitannya (antara penangkapan Jambi dan Banten). Penangkapan bermula dari informasi berbeda," kata Martinus kepada BeritaBenar.

Tiga terduga teroris di Jambi, menurut Martinus, ditangkap atas dugaan membantu pengiriman orang-orang yang mau berangkat ke Filipina dan Suriah. Mereka juga diduga telah berlatih membuat bahan peledak.

Meski disebut tak terkait, S yang ditangkap di Serpong memiliki peran tak jauh berbeda dengan tiga terduga teroris di Jambi. S, kata polisi, membantu keberangkatan orang-orang ke Filipina dan Suriah.

"Caranya dengan mengumpulkan dan untuk bekal yang mau berangkat," kata Martinus.

Pengumpulan dana oleh S secara personal dengan mendatangi orang yang dinilainya berpotensi menjadi donatur.

Namun, Martinus tak merincikan berapa orang yang telah dibantu S untuk berangkat dan kelompok yang menaunginya.

S ditangkap sekitar pukul 06.20 WIB, saat hendak mengantar anak ke sekolah. Awalnya, petugas ingin menangkapnya saat salat Subuh di mushalla dekat kediaman S, tapi ternyata dia tak kunjung hadir.

"Hingga akhirnya ditangkap di depan rumah," jelas Martinus.

‘Kelompok sama’

Mei lalu, Densus 88 juga menangkap dua terduga teroris di Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi. Belakangan diketahui keduanya bagian kelompok Jamaah Ansarut Khilafah (JAK).

Apakah terduga teroris yang ditangkap kali ini terkait dengan penangkapan sebelumnya dan berasal dari jaringan yang sama? Martinus hanya menjawab, "Masih didalami."

Yang pasti, tambahnya, penangkapan tiga terduga teroris itu bermula dari penggagalan pengiriman militan ke Filipina Selatan melalui Kabupaten Toli-Toli di Sulawesi Tengah.

"Pengembangan dari sana, petugas melakukan penangkapan di Jambi,” terang Martinus.

Namun Kapolda Jambi, Brigjen Priyo Widyanto, dikutip dari Antara, mengatakan ketiga terduga teroris yang ditangkap di daerahnya terkait JAK.

Pengamat terorisme dari Pusat Kajian Radikalisme dan Deradikalisasi, Adhe Bhakti, mengatakan JAK telah ada sejak 2014, atau tak lama setelah kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dideklarasikan oleh Abu Bakar Al Baghdadi.

"Sudah lama ini, hanya saja jarang terdengar," katanya kepada BeritaBenar.

Menurutnya, JAK sama dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD), kelompok yang disebut kepolisian sebagai dalang beberapa aksi teror seperti serangan di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat pada Januari 2016, dan aksi bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, Mei lalu.

Pemerintah Amerika Serikat telah menetapkan JAD ini sebagai kelompok teroris global sejak Januari 2017.

"Makanya lebih dikenal (JAD). Tapi pada dasarnya keduanya sama saja. Hanya masalah panggilan atau penamaan oleh orang lain saja," kata Adhe, "ada yang menyebut JAD atau JAK. Namun pimpinannya sama, Aman Abdurrahman."

Aman adalah terpidana kasus terorisme karena terlibat dalam pelatihan paramiliter di pegunungan Jalin, Aceh, pada 2010. Aman yang divonis sembilan tahun penjara kini ditahan di penjara Nusa Kambangan, Cilacap, Jawa Tengah.

Adhe meyakini terduga teroris yang ditangkap di Serpong juga terafiliasi dengan jaringan yang sama karena mengirim orang ke zona perang seperti Filipina selatan atau Suriah adalah modus normal kelompok pimpinan Aman Abdurrahman.

Di Erbil, Irak

Sementara itu, belasan warga negara Indonesia (WNI) yang pergi ke Suriah karena termakan propaganda ISIS dilaporkan telah berada Irak.

"Mereka dalam kondisi baik. Kami terus melakukan kontak, dan mereka saat ini sudah berada di Erbil," ujar Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi, kepada wartawan di Jakarta, Jumat, merujuk pada kota di Irak yang dikendalikan oleh etnis Kurdi.

Kelompok WNI yang dilaporkan berjumlah 17 orang termasuk anak-anak dan remaja itu menjadi pemberitaan media bulan Juni lalu ketika mereka berhasil kabur dari Raqqa, kota yang diklaim sebagai ibukota ISIS, setelah mereka melihat dan mengalami sendiri kekejaman kelompok teroris itu. Mereka sempat ditampung di kamp pengungsian di Ain Issa, Suriah.

Ketika ditanya status hukum dan kapan mereka akan dipulangkan ke tanah air, Retno hanya menjawab, "Saya belum bisa bicara tentang itu. Let me work on it."

Kantor berita Associated Press (AP) mengutip Omar Allouche, petugas di kamp Ain Issa menyebutkan, 17 WNI telah diserahkan ke perwakilan Indonesia di perbatasan Suriah dan Irak, Selasa, 8 Agustus 2017. Hal yang sama juga dikatakan Nisreen Abdullah, juru bicara divisi perempuan angkatan bersenjata kelompok Kurdi di Suriah.

Sementara itu, Wakil Menlu Abdurrahman M. Fachir hari Jumat mengatakan bahwa perwakilan pemerintah Indonesia di Baghdad telah mencoba memonitor semua proses terkait ke-17 orang tersebut, seperti dikutip AP.

“Kita harus sangat mengerti kondisinya,” kata Fachir, “ada banyak wilayah yang harus dilewati dan setiap wilayah memiliki karakteristik sendiri.”

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.